...
Yasmeen terpana. Tak disangka sosok didepannya adalah yang sempat beradu tatap dengannya kemarin. Benar! Pria itu. Dengan kemeja flanel kotak-kotak hitam, celana chinos ash grey, jam tangan bermerek. Jambangnya rapi dengan bulu janggut tipis-tipis. Namanya Arya, seorang duda berusia 37 tahun.
"Neng Yasmeen, Ibu minta maaf atas kelakuan Kang Surya yah.. Kang Surya teh sebetulnya suka pisan sama Yasmeen", bela Bu Kades.
Seolah tak nyaman dengan pernyataan Bu Kades, Yasmeen hanya bisa menganggukkan senyum. Sesekali melirik, bola matanya menjelajahi paras Arya. Kemudian menunduk dalam hitungan detik. Malu bercampur dengan bahagia tiada tara. Pria yang berhasil menarik perhatiannya, berada pada jarak sedekat ini.
Demikian dengan Arya, bukan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri. Pandangannya tak luput dari Yasmeen, dia sepertinya juga menyadari rasa saling terpesona itu. Gadis ini seperti bule cantik yang nyasar di desa kecil. Aura berlian yang sepertinya salah tempat. Kenapa bule secantik ini berada di desa terpencil?
Lagi-lagi pertemuan ini hanya berlangsung beberapa menit. Sedikit lebih lama dari yang pertama. Arya mengangguk sebagai isyarat perpisahan sementara untuk mengantar Ummi dan bu Kades. Hanifah mengantar mereka ke luar. Yasmeen tertegun beberapa saat. Nyeri, pusing dan bungah bercampur jadi satu. Senyumnya mengembang. Sampai Hanifah masuk, membuyarkan semuanya.
"Ya Allah Yasmeen.. Kamu teh tau tadi siapa?", teriak Hanifah begitu bersemangat.
"Enggak tau, Ipah tau?"
"Ih si Yasmeen mah! Aa' nya tadi teh bilang kalo ketemu Yasmeen lagi mungkin jodoh. Berarti Yasmin sudah pernah ketemu atuh!"
"Pernah.. tapi cuma lewat aja.." Yasmeen menyembunyikan senyum.
"Ipah bilangin ka Abah yah Yasmeen, dari kapan Yasmeen kenalan sama laki-laki?".
"Ih.. sembarangan Ipah teh. Kemarin si Aa' nya mah cuma lewat, nanya rumah Pak Kades sama si Izza. Orang Yasmeen juga nggak sempet ngomong apa-apa".
"Sumpah yah demi Allah, si Aa' teh tadi ngasih ini sama Ipah, minta tolong disampaikan ke Yasmeen". Hanifah menyodorkan secarik kertas.
Yasmeen menutup mulutnya dengan kedua tangan. Perasaannya campuraduk. Diraihnya kertas itu sambil tertegun.
"Ipah.. ini teh apaa.."
"Duit Yasmeen.. Ini teh duiiit, ya surat lah. Ipah mah gemes sama Yasmin ah". Gerutu Hanifah.
Yasmin membuka lipatan secarik kertas notes itu. Melihatnya sekilas. Menangkupkannya lagi ke dada. Gemetar tangannya serasa kehilangan energi. Padahal dia juga belum pesan apa yang disampaikan. Jangan-jangan catatan bon rumah sakit.
"Enggeus dibaca atuh Yasmeen, Ipah teh penasaran juga."
"Iya-iya.. Yasmeen teh deg-degan". Jawabnya dengan lugu. Lalu mereka membacanya berdua.
Assalamualaikum..
Saya Arya. Kita sempat berpapasan kemarin. Sepertinya kita ditakdirkan bertemu lagi. Jika Allah mempertemukan kita untuk yang ke 3 kalinya mungkin ini yang dinamakan jodoh.
Waullahualam
Syafakillah
Arya Permana Aji
Ditangkupkan lagi kertas itu ke dadanya. Yasmeen tersenyum dengan penuh rasa malu di hadapan Ipah. Apakah seperti ini namanya jatuh cinta?
"Ipah, kamu teh pernah suka sama laki-laki?" Tanya Yasmeen polos.
"Ya pernah atuh Yasmeen. Ipah kan suka sama Aa' Rijal." Dua gadis yang masih polos ini saling bercerita tentang jatuh cinta.
"Aa' Rijal adiknya Kang Surya? Yang bener kamu teh Ipah?"
"Iya.. kan kalo Aa' Rijal mah sopan. Kamu sih enggak pernah mau kalo diajak belanja di toko Bu Kades. Padahal A' Ijal kan sering di sana juga". Papar Hanifah.
"Abisnya Yasmeen takut sama Kang Surya. Pantesan kamu teh semangat kalo Ummi ngajak ke sana", goda Yasmeen.
"Eh Yasmeen. Si Aa' ganteng tadi beneran suka sama Yasmeen kelihatannya ya?
"Enggak tau.. kok Ipah bilang gitu?"
"Tadi teh dia yang nawarin diri gendong Yasmeen ke mobil. Pas Kang Surya dimarahin sama Bu Kades. Eh.. Bu Kades minta tolong si Aa' ganteng nganter kita ke sini".
"Yasmeen teh digendong sama Aa' yang tadi??" Yasmeen terkaget-kaget.
"Iya atuh putri cantik.. emang kamu teh bisa jalan sendiri sambil pingsan?".
* * *
Menjelang sore Yasmeen dinyatakan boleh pulang. Tidak ada cedera yang serius di kepala. Hanya kakinya yang bengkak karena terkilir hingga harus dibalut.
Kali ini Yasmeen di jemput sendiri oleh Pak Kades. Menggunakan mobil Kijang lawas bersama Abah dan Ummi Siti. Abah adalah salah satu orang yang dihormati di desa, sebagai guru ngaji dan ustadz. Pribadi Abah sederhana namun sangat berwibawa.
Di dalam mobil Pak Kades tak henti-hentinya meminta maaf atas perbuatan Kang Surya. Beliau meminta izin agar Kang Surya boleh menemui Yasmeen untuk meminta maaf. Abah bertanya apakah Yasmeen berkenan? Karena sungkan, Yasmeen mengizinkan.
Mereka tiba di panti ba'da Maghrib. Yasmeen yang sudah ditunggu teman-teman panti dibantu Hanifah dan Ina masuk ke dalam. Sementara Abah dan Ummi masih berbincang dengan Pak Kades seusai sholat.
* * *
Di panti ini Yasmeen tidur di pondok putri bersama 2 orang seusianya dan 8 orang anak perempuan usia SD. Pondok putri cukup besar untuk ditempati 11 orang. Bangunannya dari kayu ulin, bentuknya seperti rumah panggung. Ada 4 kamar terpisah. 2 kamar mandi di bawah. Dapur jadi 1 dengan Abah dan Ummi.
Di pondok putri semua mendampingi Yasmeen. Menunggu cerita tentang apa yang sudah terjadi. Semua sayang pada Yasmeen, hampir tidak pernah berselisih satu sama lain. Hanya beberapa yang terkadang jahil. Justru mereka yang membuat ramai suasana pondokan putri.
Beranjak malam, setelah semua ibadah ditunaikan. Ummi masuk menemui Yasmeen. Di kamar Yasmeen tidur dengan Izza dan Sulis. Sementara Izza dan Sulis sudah terlelap, Ummi bercakap-cakap dengan Yasmeen.
"Ummi, tolong jangan kabari Om ya mi..", pinta Yasmeen. Karena dia tau, Om Rudolf pasti akan membuat perhitungan pada siapapun yang berani mengganggu keponakan kesayangan satu-satunya.
"Ummi memang belum kabari Pak Rudolf, Ummi tunggu Yasmeen yang minta
Ummi kabari". Jawab Ummi.
"Mi.. Ummi teh kenal Aa' yang ngantar kita ke rumah sakit?"
"Mas Arya? Beliau teh yang beli perkebunan teh milik Pak Kades. Bos di perusahaan minuman kitu", terang Ummi.
"Berarti Mas Arya sering ke sini ya mi?"
"Ummi teh baru ketemu kemarin. Orangnya sopan pisan. Sepertinya suka sama Yasmeen. Waktu Yasmeen jatuh dia yang menawarkan diri bawa ke rumah sakit, padahal orang-orang bilang suruh bawa ke tukang urut saja".
"Ah Ummi.." Yasmeen tersipu. Tak kuasa mengadu pada Ummi tentang surat yang Arya berikan.
"Besok Kang Surya mau ke sini sama Pak Kades. InsyaAllah nggak apa-apa. Kang Surya teh enggak jahat. Cuma resek aja."
"Tapi nggak sopan mi..", Yasmin merengut. Moodnya berubah tiap disebut nama 'Surya'.
"Abah sudah tegur Kang Surya, jangan sembarangan colek-colek anak gadis. Abah sempet marah sekali. Tapi kang Surya ke sini minta maaf ka Abah waktu Yasmeen di rumah sakit".
"Memang Kang Surya begitu mi, kalo di pasar juga sering goda-godain yayuk jamu".
"Yasudah, Yasmeen istirahat nyak? Besok Abah dan Ummi dampingi pas Kang Surya ke sini."
Malam itu berkali-kali Yasmeen baca kembali surat dari Arya. Isinya tidak berubah. Tapi membuat perasaan Yasmeen berubah-ubah. Apakah perasaan ini berkelanjutan, ataukah hanya akan meninggalkan sedikit kenangan semanis ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Kookies_cokelate
So sweet amattt
2023-07-30
0
Tiani jee
semngat terus kak💪 jangan lupa mampir💞
2023-07-19
0
Apiin, bukan ipin pulang ke wp
capek ketawa😭😭
2023-07-12
1