Rahasia Tersembunyi
Anna Gurviena berjalan dengan cepat, nafasnya terengah-engah. Melihat hari yang mulai senja dan teman yang sedang menunggunya membuat dia sangat tidak tenang, Anna yakin temannya itu pasti akan mengomel panjang lebar karena ia baru menemukan buku ini setelah 15 menit berlalu, ia melirik arloji kecil ditangannya dan terus berjalan di lorong sekolah lalu...
"Brukkksss..."
Semua buku yang Anna bawa jatuh berserakan, tak sengaja dia menabrak seseorang sampai-sampai camilan yang orang itu bawa-pun ikut terjatuh. Setelah beberapa kejadian sial menimpanya hari ini, kali ini apa lagi?
"Maaf, maaf aku tak sengaja!"sahutnya, Anna mengambil buku yang berserakan dilantai dengan tergesa gesa.
"Hati hati dong! Makanya jalan tuh, pakai mata." bentak orang itu.
Anna mendelik kesal, bukannya membantu untuk mengambil bukunya laki-laki ini malah mengomelinya, Tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Laki-laki itu hanya menatap Anna tajam dengan acuh tak acuh.
Setelah bukunya ia bereskan, Anna menengadahkan kepalanya melihat laki-laki itu. Tatapan tajamnya memang menakutkan tapi ia berusaha menjawab perkataan laki-laki itu.
"Maaf kak, dimanapun jika berjalan memakai kaki, kalau melihat baru pakai mata!"Sindir Anna dengan nada polosnya.
Anna memperhatikan wajah orang itu, kelihatannya menjadi marah karena wajahnya memerah seperti akan meledak. Dengan sigap Anna langsung berlari menjauhinya."Maaf kak, aku harus pergi sekarang!"
"Hei.."Teriak laki-laki itu sampai terdengar ditelinga Anna.
Anna menghela nafas berkali-kali menormalkannya agar tidak sesak, berlari dari lorong kelas sampai gerbang sekolah membuatnya terasa lelah. Selain untuk menghindari amukkan lelaki itu, Anna juga dikejar waktu. Sekarang waktunya pulang sekolah, Syeila pasti menggerutu karena lama menunggunya didepan gerbang sekolah.
"Ini bukunya!"sahut Anna kesal ketika menghampiri temannya yang berdiri di samping gerbang, ia tidak memberikan seulas senyum-pun kepada Syeila yang ada didepannya itu membuat temannya bingung.
"Hei hei hei kenapa cemberut gitu sih? Dan kenapa kamu lama banget?"Tanya Syeila seraya mengambil buku ditangan Anna.
Anna mendengus kesal "Gara-gara kamu nyuruh aku ngambil buku dikelas, aku sampai nabrak orang!" bentaknya.
"Salah kamu sendiri,kenapa ninggalin buku aku setelah meminjamnya,"balas Syeila."Memangnya siapa yang kamu tabrak itu?"
Anna mengerutkan kening berpikir keras mengingat lelaki itu, wajahnya sedikit asing bagi Anna,pasalnya ia tidak pernah bertemu lelaki itu selama ia sekolah baru kali ini ia melihatnya. Melihat saja baru,apalagi mengenalnya.
"Aku tidak kenal orang itu!"Kata Anna ringan."Sepertinya aku baru melihatnya dan kau tau laki-laki itu menyebalkan."
"Tidak kenal? Atau mungkin kamu nabrak murid baru disekolah kita, lebih tepatnya kakak kelas baru!"Tebak Syeila
Sebenarnya Anna juga tidak peduli tentang laki-laki itu, lagi pula ia tidak punya urusan apapun."Mungkin,"Gumam Anna sembari mengangkat bahu.
Syeila berkata bahwa ia mengagumi laki-laki itu, menceritakan apa saja yang ia tahu tentang laki-laki itu. Kenapa Syeila begitu tahu tentangnya? Anna bertanya-tanya dalam hati. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu. Anna sesekali tersenyum dan mengangkat bahu menanggapi yang Syeila ceritakan.
Setelah cukup puas menceritakan semuanya Syeila berhenti dengan sendirinya. Dari sekian banyak yang Syeila ceritakan hanya ada satu yang menyelip di ingatan Anna yaitu nama lelaki itu. Alvin Dirgantara.
"Oh begitu... ayo kita pulang!'' ajak Anna pada Syeila.
Anna melambaikan tangannya sebagai isyarat memberhentikan angkut yang melaju didepannya.
Pulang sekolah seperti biasa Anna menaiki angkutan umum. Rumahnya dan rumah Syeila berbeda arah jalan, jarak sekolah dan rumahnya memang cukup jauh. Setelah sampai di rumah ia mencium tangan ibunya.
Anna tinggal berdua dengan ibunya, kata ibunya ayahnya sudah meninggal sejak masih kecil, tapi Anna tidak terlalu tahu betul,kenapa? karena jika ia bertanya, ibunya juga tidak menceritakan secara detail, Anna juga takut ibunya bersedih jika ia bertanya macam-macam. Harapannya hanya satu ingin membahagiakan ibunya.
" Anna makan dulu nak!" pinta ibunya
" Iya sebentar lagi" jawabnya, Anna bergegas masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian seragam yang ia kenakan sekarang, dengan pakaian casual sehari-hari
*****
Alvin menggerutu tak jelas dia tidak terima di tabrak orang itu lalu pergi begitu saja. Perempuan itu begitu menyebalkan baginya, lihat saja kalau Alvin bertemu dengan perempuan itu lagi nanti, ia akan menerima balasannya.
Alvin mendengus kesal dan melanjutkan perjalanannya, ia bersiul pelan berjalan keluar dari gedung sekolah dan menghampiri motornya yang ada di tempat parkir. Langit hari ini begitu cerah tapi tidak sesuai dengan suasana hatinya saat ini. Yah, gadis itu sudah merusaknya hari ini. Alvin menancap gas motor sport-nya lantas keluar dari gedung sekolah.
Setelah hampir sepuluh menit Alvin melajukan motornya ia memberhentikannya dipinggir sebuah café.
Seorang lelaki keluar dari café dengan pakaian rapih tapi modis lalu menyapa Alvin yang sedang turun dari motor.
"Hai Vin, Kemana saja? Akhirnya datang lagi ke café!" kata Bryan tersenyum lebar dan mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa Alvin, lalu mengajak Alvin masuk ke dalam cafenya.
Alvin menghela nafasnya."Baru sempet, soalnya belajar terus akhir akhir ini."Jelasnya.
Bryan dan Alvin duduk dimeja Sembilan, lelaki itu memanggil seorang pelayan untuk memesan minuman untuknya dan Alvin.
Café ini milik sahabatnya, Alvin sudah berteman sejak kecil tapi semenjak SMP mereka terpisah sekolah jadi jarang untuk mengenal satu sama lain lagi. Alvin juga baru bertemu dengan Bryan sekitar tiga bulan yang lalu, jika Alvin tidak ikut ke pesta yang diadakan oleh sepupunya mungkin ia dan Bryan tidak akan bertemu.
"Jadi gimana? Masih jadi siswa berprestasi Vin?"Tanya Bryan sambil menyunggingkan sebelah bibirnya.
Alvin mengangkat sebelah alisnya."Berprestasi? masih seperti biasa."Kata Alvin datar.
" Ngomong-ngomong, gimana sekolah diluar negeri? Apa sama dengan di Indonesia?" tanyanya, Alvin tahu jika Bryan dipindahkan sekolah oleh orang tuanya. Alvin pikir tidak salah untuk bertanya tentang itu.
"Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, tapi lebih ketat peraturannya di sana, yah untuk pelajaran lumayanlah."Kata Bryan.
Alvin menyesap minumannya raut wajahnya masih terlihat rasa kesal yang mendominasi. Bryan menelisik setiap inci wajah Alvin karena matanya menerawang jauh."Kenapa? wajahnya merenggut gitu."
Alvin menggeleng pelan."Tidak, dan jangan pernah Tanya kenapa!"
Tidak lama setelah Alvin bicara ponselnya berbunyi mengharuskan Alvin mengangkatnya, ia meminta ijin pada Bryan untuk mengangkatnya dan Bryan memperbolehkannya. Alvin melangkah agak jauh dari meja pengunjung setelah itu berbicara dengan orang di sebrang sana.
Alvin kembali lagi menghampiri Bryan lalu berkata."Aku pergi dulu!" sahutnya sembari keluar dari café.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Baru ini ketemu. Author yg balas comment dgn menyebut nama Readers.. , ☺
Thanks Thor dan semangat sll! 🥰💪
2023-10-04
1
Mukmini Salasiyanti
Salken Thor...
lanjut dan semangat?!!!!!
2023-10-04
0
Nov Tomic
Mangat Thor, lanjut terus pokoknya
2023-10-01
2