"Pagi."
Sapa Anna dengan tidak bersemangatnya masuk ke kelas, lain dengan Syeila yang tampak ceria menyambutnya.
" Pagi Ann!"
Anna melenggang menuju mejanya, meletakan tas dan duduk sambil memangku wajah dengan kedua tangan. Lantas menghela nafas panjang.
"Tampang apaan tuh, harusnya buat yang baru ketemuan lagi tuh, full smile every day. Kemarin sukses kan?" kata Syeila bersemangat.
"Ng.." Anna hanya mengangkat sebelah alisnya.
Syeila masih belum tahu kejadian itu."Anna.."menyadari sikap Anna yang diam, Syeila mulai cemas.
"Katakan padaku yang sebenarnya!'' bentak Syeila.
"Kemarin kau bertemu kan?". Anna mengangguk pelan."Lalu apa yang terjadi?". Anna diam saja. " jangan jangan masa sih kau..". Anna mengerucutkan bibirnya, memasang muka cemberut.
"Revan ternyata selingkuh, dan selingkuhan nya itu orang yang aku tolong waktu di dalam bis waktu beberapa hari yang lalu!'' Jelas Anna kecewa.
"Apa selingkuh?..dia selingkuh, kenapa bisa??"Diam sesaat tampang Syeila pun kini tak lebih kecewanya dari Anna."Sudahlah Ann.." perlahan dia meraih kedua tangan Anna, menggenggamnya erat.
Matanya menatap Anna lekat lekat. "Jangan putus asa, tenang saja, pasti kamu ngga dengan dia karena ada laki-laki lain yang lebih baik darinya untukmu, pasti. Aku yakin jadi tetaplah semangat Anna!" .
"iya!" sambil tersenyum Anna mengangguk mantap.
Senang sekali rasanya di saat seperti ini ada teman yang masih peduli padanya."Terima kasih"
"Sama sama, kitakan sahabat." Syeila memeluk Anna dan menyemangatinya.
*****
"Anna.." panggil seseorang.
Anna dan Syeila sedang berjalan menuju perpustakaan, ia mencari sumber suara yang memanggilnya."Revan!" ucapnya pelan.
Anna merasa kenangan buruk itu terjadi lagi, mengingat semuanya rasa sakit itu muncul lagi, ia menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar. Melihat wajahnya melihat Revan, Anna sudah benar benar muak. Aku benci dia, pikir dia dalam hati.
Saat Revan berlari mendekati Anna, Anna langsung berlari menjauhinya dan tanpa sadar Anna meninggalkan Syeila.
"Anna tunggu... Anna aku minta maaf!'' Teriak Revan.
Anna terus berlari tanpa sedikitpun menoleh kebelakang. Ia berhenti dibelakang gedung sekolah dan duduk dibawah pohon yang rindang. Menghela nafasnya pelan, Pandangannya mulai kabur terhalang cairan bening yang mendadak berkumpul dimatanya. Menetes, menuruni pipinya. Ia menekuk kakinya dan mendekapnya, menunduk lalu meredam tangisannya.
"Hilangkan tangisanmu!" Seru seseorang. Anna lantas menoleh pada orang itu.
"Mau apa kau?" lirih Anna.
"Kau tak ingin tunjukan pada Revan bahwa kau bisa bahagia?" Tanyanya datar, ia berdiri disamping Anna sambil melipat kedua tangannya di dada. Memasang pose cool.
Anna menghela nafasnya dalam dalam."Aku tidak tahu!''.
"Jadi buat dia menyesal sudah mencampakanmu!" Suruhnya.
Anna tahu, ayolah aku mohon jangan menangis lagi, teriak batinnya dalam hati. Menahan kesedihan itu.
"Iya." Anna menengadah, tersenyum lepas." Aku tak akan menangis lagi. Tidak ada air mata untuknya." Ia layangkan pandangannya kearah Alvin.
"Terima kasih".
Alvin hanya mengangguk pelan dan pergi begitu saja. Tapi itu sudah menjadi hal biasa untuk Anna. Sebentar Anna mendengar suara langkah samar.
"Anna...Anna kau tidak apa apa?" Resah Syeila.
"Tidak."Jawab Anna pendek.
"Aku panik, tiba tiba kau pergi!".
"Oiya, maaf tadi aku meninggalkanmu"kata Anna menyesal.
"Tidak apa, aku mengerti".
Anna heran kenapa Syeila bisa tau ia disana, tapi itu bukan masalah baginya. Alvin laki-laki itu memang aneh, terkadang dia marah marah, walaupun dia berbuat baik tapi tak ada kelembutan dikata katanya. Awalnya memang dia agak menyebalkan, tapi akhir akhir ini rasa sebalnya agak berkurang. Anna lupa ia harus meminta maaf pada Alvin, tapi Alvin sudah pergi, mungkin nanti bila ia bertemu dengannya lagi.
***********
"Slurrpp". Alvin meminum sebotol softdrink. Di Kantin sekolah.
Beberapa hari ini perempuan itu selalu mengganggu pikirannya, Alvin sudah tidak mengerti maksud perasaanya, setiap bertemu dengannya membuat jantungnya berdegup lebih kencang, dia tidak tahu harus bicara seperti apa, bertemu dengannya membuatnya gugup. Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Ia sama sekali tidak mengerti.
''Vin.."
"Alvin..". sahut Diki sekali lagi
Avin tersadar dari lamunannya."Apa?"
"Kenapa?." Diki menelisik wajah Alvin, dan menatapnya lekat lekat.
"Kenapa apanya?" Tanyanya datar.
"Baiklah, kau sekarang agak aneh ada apa denganmu?"
"Apa maksudmu aneh?" Alvin menyesap minumannya lagi.
"Apa kau tidak merasa akhir akhir ini kamu aneh?" tanyanya lagi
"Tidak." Jawabnya setengah hati.
Sebenarnya Ia juga merasakannya keanehan pada dirinya, tapi dia tidak mungkin menceritakan ini pada Diki. Alvin pikir mungkin dia saja yang menyembunyikan rahasia ini, sebenarnya ini juga bukan urusan penting. Ia lantas berdiri dan berjalan pergi dari kantin.
"Hei..kau mau kemana?" Tanya Diki
Alvin hanya menengok dan menghiraukan pertanyaan Diki. Ia melenggang pergi, saat ia berjalan menyusuri koridor sekolah ia melihat Anna sedang mengobrol dengan Syeila. Alvin melihat dari ekspresi wajah Anna memang tidak terlalu bahagia, wajahnya masih menunjukan rasa kecewa. Alvin menatap Anna dari kejauhan. Gadis ini memang manis matanya yang bulat bibirnya yang tipis, rambutnya sepunggung, ia tidak terlalu tinggi tapi postur tubuhnya pas. Raut wajahnya yang tidak bahagia membuatnya semakin manis. Pikir Alvin.
Saat ia sedang memperhatikannya, ia tidak sadar kalau Anna menghampirinya. Alvin agak tersentak kaget ketika Anna menyapanya.
"Hai kak!" sahut Anna.
Alvin hanya mengangkat sebelah alisnya dan melipat kedua tangannya.
"Begini, tadi aku tidak sempat bicara, ini soal yang kemarin." Anna memalingkan pandangannya ke bawah dan memainkan jari jari tangannya tak jelas. Terlihat dari wajahnya Anna seperti gelisah.
Alvin mengerutkan keningnya mengingat ingat kejadian kemarin, ia merasa sebal setelah mengingatnya.
"Ada apa?" Alvin mulai menatapnya kembali.
"Aku minta maaf" kata Anna pelan.
"Untuk?"
"Untuk yang kemarin!" Anna menatap Alvin sejenak lantas mengalihkan pandangannya lagi.
"Ng.." Alvin mengangkat sebelah tangannya lalu mengusap usap dagunya dan mengangkat kedua bahunya.
"Ya, aku tau maksudmu baik kemarin tapi aku malah memakimu lantas meninggalkanmu!" Raut wajah Anna mulai memperjelas ia merasa bersalah.
Alvin hanya menatap Anna tanpa berkata kata dia hanya terdiam.
"Jadi? Apa kakak mau memaafkanku?" Anna mengangkat alisnya dengan tatapan penuh harap. Tapi tidak, kalau pun Alvin tidak memaafkannya ia juga tidak menyesal karena ini juga salah Alvin kenapa Alvin harus memaksanya?.
"Baiklah, tapi ada syaratnya" Alvin menyunggingkan bibirnya
"Syarat? Syarat apa?" Mata Anna terbelalak tak percaya, kenapa bisa ia meminta maaf padahal Alvin juga bersalah.
"Kau harus mengabulkan tiga permintaanku!" katanya datar
"Apa maksudmu? Memangnya aku ini jin!" gerutu Anna kesal
"Yasudah kalau tidak mau. Tapi kau akan berdosa selamanya" sahut Alvin datar.
"Hei jangan sembarangan kau!'' Bentak Anna."Baiklah, apa permintaanmu? Oh ya,kalau aneh aneh aku tak akan mengabulkannya!" Lanjut Anna
"Nanti ku beritahu!'' Jawab Alvin sembari melengos pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments