NovelToon NovelToon

Rahasia Tersembunyi

BAB 1 : Pertemuan Tak Terduga

Anna Gurviena berjalan dengan cepat, nafasnya terengah-engah. Melihat hari yang mulai senja dan teman yang sedang menunggunya membuat dia sangat tidak tenang, Anna yakin temannya itu pasti akan mengomel panjang lebar karena ia baru menemukan buku ini setelah 15 menit berlalu, ia melirik arloji kecil ditangannya dan terus berjalan di lorong sekolah lalu...

"Brukkksss..."

Semua buku yang Anna bawa jatuh berserakan, tak sengaja dia menabrak seseorang sampai-sampai camilan yang orang itu bawa-pun ikut terjatuh. Setelah beberapa kejadian sial menimpanya hari ini, kali ini apa lagi?

"Maaf, maaf aku tak sengaja!"sahutnya, Anna mengambil buku yang berserakan dilantai dengan tergesa gesa.

"Hati hati dong! Makanya jalan tuh, pakai mata." bentak orang itu.

Anna mendelik kesal, bukannya membantu untuk mengambil bukunya laki-laki ini malah mengomelinya, Tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Laki-laki itu hanya menatap Anna tajam dengan acuh tak acuh.

Setelah bukunya ia bereskan, Anna menengadahkan kepalanya melihat laki-laki itu. Tatapan tajamnya memang menakutkan tapi ia berusaha menjawab perkataan laki-laki itu.

"Maaf kak, dimanapun jika berjalan memakai kaki, kalau melihat baru pakai mata!"Sindir Anna dengan nada polosnya.

Anna memperhatikan wajah orang itu, kelihatannya menjadi marah karena wajahnya memerah seperti akan meledak. Dengan sigap Anna langsung berlari menjauhinya."Maaf kak, aku harus pergi sekarang!"

"Hei.."Teriak laki-laki itu sampai terdengar ditelinga Anna.

Anna menghela nafas berkali-kali menormalkannya agar tidak sesak, berlari dari lorong kelas sampai gerbang sekolah membuatnya terasa lelah. Selain untuk menghindari amukkan lelaki itu, Anna juga dikejar waktu. Sekarang waktunya pulang sekolah, Syeila pasti menggerutu karena lama menunggunya didepan gerbang sekolah.

"Ini bukunya!"sahut Anna kesal ketika menghampiri temannya yang berdiri di samping gerbang, ia tidak memberikan seulas senyum-pun kepada Syeila yang ada didepannya itu membuat temannya bingung.

"Hei hei hei kenapa cemberut gitu sih? Dan kenapa kamu lama banget?"Tanya Syeila seraya mengambil buku ditangan Anna.

Anna mendengus kesal "Gara-gara kamu nyuruh aku ngambil buku dikelas, aku sampai nabrak orang!" bentaknya.

"Salah kamu sendiri,kenapa ninggalin buku aku setelah meminjamnya,"balas Syeila."Memangnya siapa yang kamu tabrak itu?"

Anna mengerutkan kening berpikir keras mengingat lelaki itu, wajahnya sedikit asing bagi Anna,pasalnya ia tidak pernah bertemu lelaki itu selama ia sekolah baru kali ini ia melihatnya. Melihat saja baru,apalagi mengenalnya.

"Aku tidak kenal orang itu!"Kata Anna ringan."Sepertinya aku baru melihatnya dan kau tau laki-laki itu menyebalkan."

"Tidak kenal? Atau mungkin kamu nabrak murid baru disekolah kita, lebih tepatnya kakak kelas baru!"Tebak Syeila

Sebenarnya Anna juga tidak peduli tentang laki-laki itu, lagi pula ia tidak punya urusan apapun."Mungkin,"Gumam Anna sembari mengangkat bahu.

Syeila berkata bahwa ia mengagumi laki-laki itu, menceritakan apa saja yang ia tahu tentang laki-laki itu. Kenapa Syeila begitu tahu tentangnya? Anna bertanya-tanya dalam hati. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu. Anna sesekali tersenyum dan mengangkat bahu menanggapi yang Syeila ceritakan.

Setelah cukup puas menceritakan semuanya Syeila berhenti dengan sendirinya. Dari sekian banyak yang Syeila ceritakan hanya ada satu yang menyelip di ingatan Anna yaitu nama lelaki itu. Alvin Dirgantara.

"Oh begitu... ayo kita pulang!'' ajak Anna pada Syeila.

Anna melambaikan tangannya sebagai isyarat memberhentikan angkut yang melaju didepannya.

Pulang sekolah seperti biasa Anna menaiki angkutan umum. Rumahnya dan rumah Syeila berbeda arah jalan, jarak sekolah dan rumahnya memang cukup jauh. Setelah sampai di rumah ia mencium tangan ibunya.

Anna tinggal berdua dengan ibunya, kata ibunya ayahnya sudah meninggal sejak masih kecil, tapi Anna tidak terlalu tahu betul,kenapa? karena jika ia bertanya, ibunya juga tidak menceritakan secara detail, Anna juga takut ibunya bersedih jika ia bertanya macam-macam. Harapannya hanya satu ingin membahagiakan ibunya.

" Anna makan dulu nak!" pinta ibunya

" Iya sebentar lagi" jawabnya, Anna bergegas masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian seragam yang ia kenakan sekarang, dengan pakaian casual sehari-hari

*****

Alvin menggerutu tak jelas dia tidak terima di tabrak orang itu lalu pergi begitu saja. Perempuan itu begitu menyebalkan baginya, lihat saja kalau Alvin bertemu dengan perempuan itu lagi nanti, ia akan menerima balasannya.

Alvin mendengus kesal dan melanjutkan perjalanannya, ia bersiul pelan berjalan keluar dari gedung sekolah dan menghampiri motornya yang ada di tempat parkir. Langit hari ini begitu cerah tapi tidak sesuai dengan suasana hatinya saat ini. Yah, gadis itu sudah merusaknya hari ini. Alvin menancap gas motor sport-nya lantas keluar dari gedung sekolah.

Setelah hampir sepuluh menit Alvin melajukan motornya ia memberhentikannya dipinggir sebuah café.

Seorang lelaki keluar dari café dengan pakaian rapih tapi modis lalu menyapa Alvin yang sedang turun dari motor.

"Hai Vin, Kemana saja? Akhirnya datang lagi ke café!" kata Bryan tersenyum lebar dan mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa Alvin, lalu mengajak Alvin masuk ke dalam cafenya.

Alvin menghela nafasnya."Baru sempet, soalnya belajar terus akhir akhir ini."Jelasnya.

Bryan dan Alvin duduk dimeja Sembilan, lelaki itu memanggil seorang pelayan untuk memesan minuman untuknya dan Alvin.

Café ini milik sahabatnya, Alvin sudah berteman sejak kecil tapi semenjak SMP mereka terpisah sekolah jadi jarang untuk mengenal satu sama lain lagi. Alvin juga baru bertemu dengan Bryan sekitar tiga bulan yang lalu, jika Alvin tidak ikut ke pesta yang diadakan oleh sepupunya mungkin ia dan Bryan tidak akan bertemu.

"Jadi gimana? Masih jadi siswa berprestasi Vin?"Tanya Bryan sambil menyunggingkan sebelah bibirnya.

Alvin mengangkat sebelah alisnya."Berprestasi? masih seperti biasa."Kata Alvin datar.

" Ngomong-ngomong, gimana sekolah diluar negeri? Apa sama dengan di Indonesia?" tanyanya, Alvin tahu jika Bryan dipindahkan sekolah oleh orang tuanya. Alvin pikir tidak salah untuk bertanya tentang itu.

"Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, tapi lebih ketat peraturannya di sana, yah untuk pelajaran lumayanlah."Kata Bryan.

Alvin menyesap minumannya raut wajahnya masih terlihat rasa kesal yang mendominasi. Bryan menelisik setiap inci wajah Alvin karena matanya menerawang jauh."Kenapa? wajahnya merenggut gitu."

Alvin menggeleng pelan."Tidak, dan jangan pernah Tanya kenapa!"

Tidak lama setelah Alvin bicara ponselnya berbunyi mengharuskan Alvin mengangkatnya, ia meminta ijin pada Bryan untuk mengangkatnya dan Bryan memperbolehkannya. Alvin melangkah agak jauh dari meja pengunjung setelah itu berbicara dengan orang di sebrang sana.

Alvin kembali lagi menghampiri Bryan lalu berkata."Aku pergi dulu!" sahutnya sembari keluar dari café.

.

.

.

BAB 2 : Orang yang Aneh

Anna menjalani harinya seperti biasa. Bangun pagi, pergi ke sekolah, belajar, bermain dengan teman. Pulang ke rumah bercengkrama dengan ibunya, bermain gadget atau mengerjakan PR, lalu pergi tidur mengharapkan hari esok lebih baik.

'' Kringgg... kring... kringg.."

Suara jam weker, yang membangunkan Anna dari tidur. Sebentar dia melirik jam itu ternyata waktu menunjukan pukul 5:00 pagi, ia menggeliat sekedar meregangkan otot ototnya yang kaku lalu ia beranjak dari ranjang.

Membersihkan diri, memakan sarapan yang disiapkan ibunya di meja makan, setelah itu berangkat ke sekolah.

Di tengah hiruk pikuk suasana bis di pagi hari,Anna menghela nafas dalam dalam. Sebenarnya ini pertama kali Anna menggunakan bis. Sambil menunggu bis ini sampai, tatapannya tertuju pada seorang gadis yang dari tadi dibuntuti oleh seorang lelaki. Dan tiba-tiba lelaki itu mengambil tas si Gadis. Dengan sigap Anna langsung mengalihkan kakinya lalu menyodorkannya ke sisi kursi dan."BRUGGGHT" lelaki itu tersungkur jatuh, orang-orang dalam bis langsung membawanya keluar setelah itu menghakiminya.

"Terima kasih, kalau tidak ada kamu mungkin tasku sudah dibawa lari olehnya!'' kata si Gadis pada Anna yang berdiri dihadapannya.

Anna tersenyum "Iya sama-sama..bukan apa-apa kok,tadi itu hanya kebetulan saja"

"Namaku Nayya.. kamu siapa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Anna menjabat tangan itu."Aku Anna Gurviena panggil saja Anna".

Nayya tersenyum lebar tangannya membetulkan tas yang ia gendong.

" Sekali lagi terima kasih ya!"

Anna membalas senyumannya lalu mengangguk kecil. Tadi itu gerakan spontan, Anna sendiri masih tidak percaya ia bisa menolong orang dari pencuri. Dulu Anna juga pernah dicuri waktu ia sedang berbelanja alhasil ponsel lamanya hilang waktu itu, Anna tidak bisa apa-apa selain teriak minta tolong.

CKIITT.... Mendadak bis berhenti, Anna layangkan pandangannya melihat sekeliling, ternyata ini sudah sampai di halte tujuannya, dia turun dari bis dan berjalan sebentar menuju sekolah.

"Sampai juga akhirnya.."Gumam Anna

Ia berjalan ke lorong kelasnya dan berdoa dalam hati supaya tidak bertemu dengan laki-laki waktu itu, dari lubuk hati yang paling dalam Anna mengaku punya salah padanya karena tidak sempat minta maaf secara tulus, tapi jika laki-laki itu tidak bersikap ketus pada Anna, ia juga akan minta maaf dengan tulus.

"Pagi Anna.."Sapa Syeila saat Anna memasuki ruang kelasnya dengan wajah berbunga-bunga.

"Pagi!"

Anna menyimpan tas di meja kedua tempat duduknya, ia tersenyum lebar pada Syeila tapi temannya tidak bisa mengartikan senyum itu.

"Kenapa?"Tanya Syeila heran.

Anna menghentikan senyumnya dan menatap Syeila dengan serius.

"Kau harus tahu Syeila, tadi aku menyelamatkan seseorang, Tidak. lebih tepatnya membantu seseorang dari pencuri."

Syeila mendengarkan apa yang Anna katakan tanpa berkata kata menunggu Anna melanjutkannya.

Anna menelan ludahnya lalu mulai bercerita dengan logat drama.

"Saat itu seorang Gadis dibuntuti oleh lelaki didalam bus, aku cukup penasaran apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu,maka dari itu aku memperhatikannya. Dan kau tahu? Lelaki itu mengambil paksa tas si gadis lalu berlari keluar." Anna menyipitkan matanya lalu menyeramkan suaranya."Sebelum lelaki itu keluar, aku membuatnya jatuh dengan kakiku. Dan saat itu pula aku jadi seorang pahlawan! Selesai."

Kening Syeila berkerut."Tunggu, jadi dari tadi kamu bercerita setelah itu membanggakan dirimu!"

Anna menggaruk garuk kepala yang tentunya tidak gatal."Yah, kurang lebih seperti itu. Tapi Syel seharusnya kamu bangga loh!"

"Sebagai sahabat aku bangga kok."Kata Syeila sambil terkekeh.

Kemudian Syeila jadi penasaran dan memberikan banyak pertanyaan lebih detail tentang cerita yang Anna berikan, Anna juga dengan senang hati menjawabnya. Tidak lama setelah kami mengobrol terdengar sesuatu berbicara.

Bel sekolah berbunyi dengan sangat kencang menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai.

*****

Sudah waktunya istirahat Anna dan Syeila menuju ke kantin, setelah pelajaran matematika dan fisika tadi cukup menguras energinya dan sekarang mereka akan menambah energi untuk pelajaran selanjutnya nanti.

Melewati lorong sekolah, mata Anna tertuju kepada sebuah lapangan melihat kumpulan anak lelaki sedang memperebutkan bola basket dengan gagahnya. Tapi apa ini? Sebuah bola melayang dan menimpa kepala Anna. Ya Tuhan rasanya sakit sekali! Dengus Anna dalam hati.

Anna memegang kepalanya meringis kesakitan. Baru kali ini ia merasa penglihatannya melayang seperti ini.

"Anna, kamu baik-baik saja kan?"Tanya Syeila cemas, ia juga membantu mengusap-ngusap kepala Anna.

"Aduh Syel, gimana baik-baik saja sakit nih!"Ringis Anna.

Seorang lelaki menghampiri Anna untuk mengambil bolanya dan juga meminta maaf dengan cara jalannya yang keren.

"Hei kak, kalau main bola tuh pakai mata dong. Jadi kena orang sakit tahu!" gerutu Anna pada pemuda yang menghampirinya, dan saat itu juga tubuh Anna menegang ia baru menyadari bahwa laki-laki itu orang yang Anna tabrak kemarin.

Alvin mengambil bola yang tergeletak dibawah, ia menatap Anna dengan datar tanpa ada senyuman sedikitpun."Hei main basket tuh pakai tangan bukan pakai mata!" kata Alvin sisnis kakinya melangkah lagi kelapangan.

Mata Anna melebar ia membungkam mulutnya sendiri, sepertinya ia salah berbicara. Jangan jangan lelaki yang bernama Alvin itu mau balas dendam gara-gara kemarin Anna menabraknya. Anna mendengus kesal lalu mengajak Syeila ke kantin supaya Anna bisa meminum sesuatu yang dingin agar hatinya yang panas ini berubah menjadi dingin.

Mereka duduk di bangku kantin sambil menunggu makanan yang telah mereka pesan, tidak lama setelah pesanan mereka siap, dua orang lelaki kakak kelasnya datang lalu duduk bersama mereka.

"Kita boleh duduk disini kan? Soalnya bangku kantin penuh" sahut Diki meminta persetujuan.

Anna memangku kepala dengan sebelah tangannya menunduk mengaduk-ngaduk makanannya tidak jelas sama sekali tidak menyadari kehadiran seseorang.

Sejenak Syeila melirik ruang kantin ini dan ternyata benar memang penuh.

" Iya." Syeila mengangguk kecil.

Syeila memakan spagethi dengan ragu, melihat teman yang ada di sampingnya cuek bebek, ia merasa malu saat makan ada dua orang lelaki dihadapannya. Anna masih sama melamun entah apa yang sedang dipikirannya.

Pikiran Anna masih belum dingin, sedang memikirkan cara untuk membalas dendam pada lelaki yang telah menimpanya dengan bola tadi. Kemarin ia Cuma menabraknya tidak terlalu keras, tetapi pembalasan lelaki itu sungguh mengejamkan.

"Heh,, kamu kenapa tidak bertanggung jawab?" Alvin melipat kedua tangan didada memperhatikan perempuan yang ada didepannya itu, dan menyudutkan pertanyaan itu untuk Anna.

Suara keras itu menghentikan lamunan Anna, ia menoleh pada seseorang yang berbicara itu. Lagi-lagi Anna kaget karena lelaki itu ada dihadapannya.

Mendengar pertanyaan itu Anna spontan menjawabnya,karena dia tau pertanyaan itu untuknya.

"Iya maaf, kemarin aku sedang terburu-buru!" Anna menatapnya sebentar lalu mengalihkan pandangannya kebawah sambil mengaduk ngaduk makanannya tak jelas.

"Tapi kemarin kamu pergi begitu saja!" suara Alvin meninggi.

'' Tapi aku kan sudah minta maaf kak!" Jelas Anna.

"kamu itu menabrakku lantas menyindirku!'' Bentak Alvin sembari berdiri dari kursinya

"Aku tau, makanya aku minta maaf" Anna juga berdiri lantas menjawabnya dengan gaya membentak juga. Lelaki ini begitu menyebalkan bagi Anna, apa dia tidak sadar kalau dia tadi menimpa Anna dengan bola basket.

Diki dan Syeila Cuma menatap mereka bergantian, Diki bingung melihat mereka tiba tiba bertengkar, dia tak tahu apa apa atas permasalahan mereka.

" Anna sudah!" Sela syeila.

Alvin menatap Anna lekat lekat," Kau tidak tahu apa-apa!''. Ia lantas pergi

'' Alvin tunggu!'' teriak Diki lalu berlari mengejar Alvin.

"Hei apa maksudmu? Hei.."Tanya Anna berteriak. "Dasar aneh..!"

Beberapa orang orang di kantin melihat kejadian itu, mereka saling berbisik tapi tidak terlalu ingin tahu permasalah Anna. Yang jadi masalah adalah ia telah membuat perempuan di kantin geram karena lelaki yang mereka sukai dan menurut mereka tampan yaitu Alvin Dirgantara, dibentak oleh seorang Anna.

Yah, setelah beberapa hari sejak kejadian itu, Anna sedikit memperhatikan Alvin hanya sedikit yah. Ternyata laki-laki itu cukup populer dikalangan perempuan. Anna melirik wajah-wajah perempuan di kantin terlihat geram pada Anna bahkan tidak sedikit yang melotot, tapi harusnya mereka tahu bahwa Alvin duluan yang membentak Anna.

" Anna tenanglah! Kau tidak apa apa?'' Syeila mengusap ngusap punggung Anna pelan, sembari menyuruhnya duduk kembali.

Anna terdiam, ia menghela nafasnya berkali kali agar lebih menenangkan emosinya laki-laki itu telah membuat Anna naik darah.

" Kenapa dia marah marah sih? Aku kan tidak sengaja menabraknya. Dan apa maksudnya aku tidak tahu apa-apa?". Gerutu Anna.

" Sudahlah".

******

Anna berjalan menyusuri koridor sekolah dia melirik jam kecil di tangannya.

"Sekarang waktunya kenapa dia belum ada?" tanyanya dalam hati. Dia menunggu seseorang di bangku taman sekolah, Syeila dari tadi sudah pulang, tapi beberapa orang ada yang belum pulang mungkin karena ada pelajaran tambahan atau lainnya.

Sementara ia menunggu terdengar bunyi ponsel membuyarkan lamunannya.Ternyata ada telepon, langsung dia angkat karena itu dari orang yang Anna tunggu-tunggu.

"Halo!'' sapa Anna riang.

"Halo sayang, aku minta maaf belum bisa ketemu sekarang, tadi aku pulang duluan ada hal yang harus aku urus, sekali lagi maaf ya sayang mungkin besok kita ketemu, aku ngga bisa lama lama sudah dulu ya!" ucap si penelpon

"Tapi..." belum sempat Anna bicara dia sudah mematikan telponnya. Hati Anna benar-benar kecewa.

Lima bulan belakangan ini Anna menjalin hubungan dengan Revan, hubungan mereka baik-baik saja tapi tiga minggu terakhir ini dia mulai berubah Anna tak tahu alasannya kenapa. Padahal dia yang membuat janji tapi dia juga yang mengingkari, semua ini membuatnya kesal. Dia tak pernah perhatian lagi, Anna selalu menelponnya tapi Revan tidak mengangkatnya.

******

"Brugggg..."

Anna menjatuhkan tubuhnya pada ranjang, dia rasakan seharian ini dia lelah. Anna tidak mau memikirkan persoalan yang kini menghadangnya, seraya menutup mata dia ingin melepaskan semua masalah itu, tapi baru saja dia metutup matanya untuk tidur siang tiba tiba suara ponselnya itu datang lagi mengganggu tidurnya. Sambil menutup mata dia gerakan tangannya meraba raba sperai mencari sumber suara itu, setelah dia angkat.

"Halo mau apa lagi sih!" bentaknya,terbawa emosi.

"Biasa aja kali,kenapa kamu marah marah sama aku?" Tanya Syeila.

Anna membuka matanya lalu membungkam mulutnya dengan sebelah tangan.

"Ups Syeila ya..maaf maaf kupikir orang yangg tadi menelponku!"Jelas Anna dengan nada menyesal.

"Memangnya siapa yang tadi nelpon?".

"Tidak, aku lagi tidak mau membahasnya. Ada apa Syeil?." Jawab Anna datar.

"Oh ya, Anna main ke rumahku yah. Soalnya kita-kan tadi dapat tugas, kita kerjakan sama-sama saja!"ajaknya

" Tapi aku lagi males Syeil."Desah Anna

"Yah Anna, please please please ya. Aku mohon!" pinta Syeila sangat memohon. Anna jadi tidak tega untuk menolaknya lagi pula jika mengerjakan tugas sendiri pasti buat kepala Anna makin pusing apalagi fisika.

"Baiklah".

"Makasih".sahut Syeila dan saat itu pula sambungannya langsung terputus membuat Anna mendesah kesal.

"Aduh, kenapa langsung dimatiin sih? Dasar Syeila". Gerutunya.

Anna beranjak dari ranjang dengan malas, ia mengganti pakaian seragamnya lalu meminta izin kepada ibunya untuk pergi kerumah Syeila.

********

Tiitdidd..tiitdidd.... terdengar bunyi klakson memanggil. Anna yang sedang berjalan sedikit menoleh,mengikuti laju sebuah motor sport hitam yang melambat dan kemudian berhenti tidak jauh di depannya. Si pengendara lantas membuka kaca helm full face-nya. Mata Anna membulat saat melihat tatapan mata lelaki itu.

" Mau kemana?"tanyanya datar.

"Apa urusanmu aku mau kemana!" Anna mendelik kesal.

" Baiklah, Aku minta maaf" kata Alvin, suaranya memang pelan mengatakan itu bahkan mungkin jika telinga anna lengah ia tidak akan mendengarnya. Mata Anna melebar apa ia tidak salah dengar Alvin meminta maaf kepadanya, ia pikir dia akan bersikap ketus seperti tadi tapi Alvin terlihat bersikap datar, walaupun ia meminta maaf suaranya pelan tidak seperti biasanya, ini benar benar aneh bagi Anna.

" Aku Tanya mau kemana?" Tanya Alvin lagi.

" Kerumah Syeila!" jawab Anna ketus. Anna belum berani menatap Alvin, karena dia takut Alvin berubah Monster seperti di kantin tadi tiba tiba dia marah.

"Baiklah, Ayo aku antar!"Ajaknya

Apa? Sejak kapan laki-laki ini berubah jadi baik seperti ini? Tanya Anna dalam hati. Ini diluar dugaan Anna.

"Tidak usah kak aku bisa sendiri."Tolak Anna pelan.

"Ayo cepat!". Dia memberikan helm satunya lagi.

Sebenarnya Anna tidak dengan hati menolaknya, ia juga butuh tumpangan untuk pergi ke rumah sahabatnya itu. Jadi dengan senang hati Anna menerimanya tapi masih jual mahal kok, di depan Alvin nerimanya dengan terpaksa.

"kita berangkat!" sahut Alvin ketika Anna sudah menaiki motornya.

Tidak lama Motor Alvin pun akhirnya laju. Anna menunjukan kemana arah jalan rumah Syeila.Lama Anna menatap punggung cowok ini dia sendiri bukannya tak tertarik. Cowok yang sekarang tingkat tiga ini memang tampan dan bertumbuh tinggi ideal. Terlihat keren dengan tatanannya yang modern. Aduh apa yang dia pikirkan berusahalah setia Anna, ia menegaskan dalam hatinya.

Lima belas menit sudah berlalu, Alvin memberhentikan motornya dengan gerakan halus di depan rumah Syeila dan Anna lekas turun dari motor Alvin.

"Terima kasih kak!" ucapnya, sembari tersenyum. Tetapi Alvin tidak menjawabnya malah langsung memacu motornya lagi.

"Benar-benar aneh!." Gumam Anna. Tidak ada angin tidak ada hujan lelaki ini tiba tiba baik.

Yah, memang wajahnya selalu datar tak pernah ada senyuman terulas diwajahnya. Kalaupun ada pasti cuma tersenyum sinis. Tapi hari ini agak aneh, kenapa sikap dia berbeda pada Anna, memang Anna tak pernah dekat dengannya kalau sesekali dia bertanya jawabnya pun singkat tak pernah banyak ngomong, jutek juga itu yang Syeila bilang.

"Permisi.." Anna mengetuk pintu rumah syeila.

Syeila menatap temannya lalu tersenyum lebar melihat kedatangan Anna.

"Oh, kau sudah datang yah,"Gumam Syeila lalu melangkah ke samping membiarkan Anna masuk.

"Yah."Jawab Anna ringkas. Anna masuk kesebuah ruang tamu dan duduk di sofa yang empuk berwarna agak kecoklatan itu.

''kamu mau minum apa?'' Tanya syeila. '' Teh, jus, kopi, softdrink, susu, panas atau dingin?" lanjutnya. Dengan mengangkat satu persatu jarinya. Seperti menghitung beberapa minuman yang diucapkannya.

"Air putih saja, dingin". Jawab Anna singkat.

Syeila mengkerutkan keningnya.''Yah, padahal aku tidak menawarkan air putih, tapi tidak apa-apa''.

Sahut syeila kecewa. Dia melenggang menuju dapur sambil bersiul pelan.

Mereka mengerjakan beberapa tugas dan sedikit berbincang bincang tentang apa yang telah Anna

alami.

*****

"Sluuurpp"

Anna meminum segelas Coffie mocacinno hangat, ditemani dengan alunan music klasik lembut yang membuat hatinya tenang sambil melihat bintang-bintang di malam hari yang begitu indah, dia memikirkan pendapat Syeila tadi tentang perubahan kakak kelas aneh itu, Syeila bilang 'mungkin dia suka sama kamu'

"Ohh..tidak tidak tidak kenapa memikirkan ini?" Anna menepuk nepuk kepalanya berusaha mengenyahkan pikiran itu.

Dreettt..."1 pesan baru". Terdengar suara getar ponselnya, setelah dia membuka pesan itu.

'' sayang besok kita ketemu ya!!! Maaf kalau akhir akhir ini aku sibuk, aku janji besok akan menepati janjiku.''

Ternyata pesan ini dari Revan, memang Revan sering mengajak Anna ketemu tapi dia sendiri yang selalu membatalkan pertemuan itu. Mungkin tidak salah jika Anna menyetujui pertemuannya, nanti ia akan meminta penjelasan dari Revan.

"Tapi janji yah, jangan dibatalin lagi..." balas Anna

.

.

.

BAB 3 : Penghianatan

Anna berjalan di sebuah jalan panjang tak berujung diselimuti kabut yang menghalangi pandangan banyak sekali pepohonan lebat di samping jalan ini, setelah dia temukan jalan setapak dia terperosok kedalam lubang, terjatuh hingga dia menangis karena rasa sakit yang tidak berhenti.

KRINGG.... Anna terbangun dengan nafas yang memburu dan keringat yang membasahi keningnya, Yah,dia mengingat mimpinya. Apa maksud mimpi ini? Tanyanya dalam hati.

Seperti biasa Anna bersiap untuk pergi ke sekolah.

****

'DARR'... Anna tersentak kaget saat melamun di kelas. "Syeil apaan sih? kaget tau".

"Maaf deh, abis kamu ngelamun terus mikirin apaan sih?".Tanya Syeila

"Kamu bilang tadi di kantin, Revan ngajak ketemuan sama kamu dan katanya ngga akan berbohong lagi, harusnya kamu happy dong!"lanjutnya

"Iya aku senang kok!"Jawab Anna datar

"Terus kenapa melamun?"

"Ya gak apa-apa!"Jawab Anna.

"kalau ada apa-apa bilang ya!" suruh nya lagi.

"Iya iya bawel".

****

Hari ini akan jadi hari bahagia untuknya. Setidaknya itulah yang Anna pikir sejak semalam. Perasaan yang berbunga bunga. Menanti hari saat akhirnya bisa bertemu dengan Revan. Meskipun dalam mimpi terlintas sesuatu yang buruk.Tapi ini indah. Semuanya indah dan ia bahagia, Itu cukup baginya. Sepulang sekolah Anna menunggu dia, di tempat biasa mereka bertemu di taman sekolah.

Saat dia sedang mengotak ngatik ponselnya terdengar suara langkah mendekatinya, Anna menengok kearah suara itu dan memang benar itu Revan.

" Revan!"Anna lantas berdiri saat duduk di bangku taman. Revan menghampirinya dan memeluknya sesaat.

"Aku rindu sama kamu.."ucap Revan lembut.

"Aku juga.." jawab Anna riang. "Kamu kemana aja sih?" lanjutnya, Seraya duduk kembali.

"Maaf yah, aku sibuk ada urusan yang harus aku selesaikan!" tegasnya.

"Urusan apa??"Tanya Anna heran. Ia bermanja-manja pada Revan.

"Ada pokoknya, beberapa urusan keluarga."

Mereka berbincang bincang tentang hubungannya, dan beberapa masalah lainnya. Saat mereka sedang asyik mengobrol tiba tiba ada seseorang mengejutkannya. Orang itu menepuk bahu Revan lalu langsung menutup mata Revan dengan kedua tangannya dari belakang. "Coba tebak,siapa aku sayang!" ucap orang itu.

Revan langsung melepaskan tangan itu. Dan gadis itu juga langsung mencium sebelah pipi Revan.

"kamu? Kenapa kamu ada disini?"Tanya Revan kebingungan. Dia menengok kearah gadis itu, Revan terlihat sangat panik.

"Ini kejutan buat kamu loh!"kata Gadis itu ceria.

Anna seperti pernah melihat Gadis itu. Yah, dan sekarang Anna ingat, Gadis itu yang pernah Anna tolong di bis waktu itu, dia bernama Nayya. Gadis itu memakai seragam yang berbeda, Anna yakin dia tidak satu sekolah dengan Revan.Tapi apa maksud semua ini. sayang, apa sayang ? Tanya Anna dalam hati. beribu ribu pertanyaan berkecamuk dalam hatinya.

"Ehh..siapa dia yang?" Tanya Nayya pada Revan, dia sepertinya baru menyadari keberadaan Anna Tapi Revan hanya diam saja tak menjawab pertanyaan itu.

Revan menunduk dan keningnya berkerut seperti sedang mencari cari alasan. Di saat Anna sedang menelisik wajah gadis itu, Nayya juga seperti sedang menelisik wajah Anna.

"Kamu Anna kan?" Tanya Nayya ragu.

"Revan, apa maksud semua ini ?" Anna tak menjawab pertanyaan Nayya dan ingin tahu langsung penjelasan semua ini dari Revan.

"Eum.... Anna... sebenarnya aku....eumm... aku..". gumam Revan tak jelas

"Aku pacarnya Revan , Revan memang Anna itu siapa kamu?"sela Nayya, suaranya terdengar tinggi seperti dia ingin menjelaskan statusnya dengan Revan.

"Pacar??". Anna mengernyit heran, tanpa segan Anna langsung menampar pipi Revan dengan keras.

" Jadi ini yang kamu sebut urusan penting selama ini heh!" bentak Anna sembari berdiri dan mendorong Revan.

Saat Anna melihat Nayya, Gadis itu seperti kebingungan. Tapi Anna tak memperdulikannya.Tanpa sadar pandangannya mulai kabur terhalang cairan bening. Rahangnya mulai mengeras tak sanggup lagi berbicara. Tapi tiba tiba ada seseorang menarik tangannya dengan cepat dan membawanya pergi dari tempat itu.

Sementara Revan hanya memandangi kepergian Anna dengan seseorang, Nayya menatap Revan lekat lekat ''Revan jawab aku siapa Anna?''.

'' Dia...dia... dia pacarku.!'' Katanya terbata bata serta memalingkan wajahnya menghadap yang lain.

'' Jadi kau selingkuh!'' tuduh Nayya, matanya melotot pada Revan.

'' bu.. bu..bukan begitu tapi kau selingkuhanku!''. Jelas Revan gagap dengan nada pelan.

''Apa?.. dasar kau bajingan!'' Mata Nayya membulat setelah mendengar penjelasan Revan. PLETAK.. satu tamparan keras meluncur untuk kedua kali di pipi Revan.

'' Kita putus!'' lanjut Nayya sembari pergi meninggalkan Revan.

'' Nay, tunggu!'' Revan mengejar Nayya untuk menjelaskannya lagi.

****

Saat Anna melihat punggung tegapnya tidak salah lagi itu Alvin.

''Lepaskan aku.'' Titah Anna. '' Lepas.lepas!..''.

Alvin tak mendengarkan ucapan Anna, Anna sedikit memberontak. Tiba tiba lelaki itu berhenti berjalan Anna tak sengaja menabrak punggungnya.

'' Aw..kenapa kau tiba tiba berhenti? Lepaskan aku..!''. suara Anna memelan, Isak tangisnya mulai terdengar.

Tapi bukannya dilepaskan dia malah menarik Anna lebih dekat dengannya. Sekarang Alvin mendekap Anna,dia berontak lagi dalam pelukannya.

'' Apa yang kamu lakukan?'' lirih Anna, tapi dia hanya terdiam. Anna tak sanggup saat rasa sakit itu datang menerpanya lagi ketika mengingat kejadian itu.

Dia menumpahkan semua tangisannya didalam pelukan Alvin.''kenapa kamu jahat Revan?''. Lirih Anna.

Alvin mengusap usap kepala Anna dengan pelan, Gadis ini memang menyebalkan tapi waktu ia melihat bahwa gadis ini di berdaya oleh lelaki ia jadi geram. Bukan karena suka tapi Alvin tidak suka jika laki-laki menyakiti perempuan dengan cara selingkuh. Tetapi Alvin harus bersikap seperti biasa jutek, dan tak peduli, tapi kali ini tidak, sedikit peduli tidak apa-apakan? Pikir Alvin.

Alvin memeluk Anna dengan erat tapi seperti bukan paksaan terkesan melindungi. Anna menggigit bibir bawahnya mencoba Menahan isak tangisnya.

'' Sudahlah lupakan semuanya..!'' ucap Alvin, sembari melepaskan pelukannya. Alvin mengusap kedua pipi Anna dengan ibu jarinya mencoba menghapus air mata Anna yang sedari tadi keluar.

Anna merasa belum bisa bicara sepenuhnya, kedua matanya terasa sembab akibat menangis. Anna mengalihkan pandangannya melihat sekeliling ternyata Alvin membawanya kesebuah taman bermain untuk anak anak tak jauh dari sekolah, Alvin menarik tangan Anna lalu membawanya kesebuah ayunan kosong.

''Sudah, jangan nangis lagi!" sahut Alvin."kamu tuh jelek jadi tambah jelek tau!'' lanjutnya.

" Aku tidak peduli" jawab Anna singkat

Beberapa saat mereka terdiam hanya ada suara decitan besi yang saling bergesekan.

" Kamu masih memikirkannya?" Tanya Alvin.

Anna mengangkat sebelah alisnya sembari melirik Alvin sekilas. " Memikirkan apa maksudmu?". Anna balik Tanya.

" Hei.. aku yang bertanya kenapa kamu malah balik nanya??"tegasnya, nada suara Alvin terdengar agak meninggi.

"Hari ini kau terlalu banyak berbeda kak!''. Balas Anna pelan.

''Hari ini kau juga banyak nangis!". Baliknya

" Memang masalah buatmu?".

"Yah..tidak juga, cuma akhirnya kamu tau semuanya! Aku jadi lega" jelas Alvin dengan nada cueknya.

Anna melirik Alvin dengan mengerutkan keningnya."Apa maksudmu??" Tanya Anna heran.

Mereka berdua bermain ayunan dengan laju yang pelan. Pandangan Anna beralih memperhatikan taman bermain ini. Biasanya di sore hari taman ini dipenuhi anak anak yang sedang bermain, tapi sekarang tidak, mungkin dikarenakan langit yang sedari tadi sudah mulai mendung. Anna pikir sore ini akan cerah, secerah suasana hatinya sebelum bertemu dengan Revan tapi, langit seperti mengerti perasannya yang kelabu.

"Aku tanya apa maksudmu?"Anna mengulangi pertanyaannya, sembari menyipitkan matanya dan menatap Alvin lekat lekat.

"Iya..akhirnya kamu tau semuanya" jawabnya datar.

Anna mengernyit heran, lalu dia menarik nafasnya dalam dalam dan mengeluarkannya dengan pelan seakan tau apa yang dimaksud Alvin, Anna melirik Alvin sesaat.

" Hah?? Ha ha.. jadi selama ini kamu udah tau semuanya dari awal". Anna tertawa hambar, menunduk menutupi wajahnya dengan sebelah tangan.

Oh, jadi begitu, dia sungguh merasa bodoh sementara Anna mencintainya, Revan ternyata mencintai orang lain. Sementara Anna mengerti perasaanya, ternyata Revan tidak. Sementara Anna memegang janji itu, Revan bahkan sudah melupakannya. Jadi selama ini, dari awal Anna tak tahu apa-apa. Malah terbuai dan mempercayai atas kebaikan Revan, tanpa tahu yang Revan berikan itu bohong. Menyedihkan betapa sengsaranya Anna atas cinta ini.

"Bagaimana kamu bisa tau hal ini? Kenapa kamu juga tidak pernah bilang? Kenapa kamu menyembunyikannya? Kenapa, kenapa?"suara Anna terdengar pelan, dia memalingkan wajahnya menghadap yang lain. Anna menahan air mata yang mendadak muncul.

Diam sejenak, Alvin menghela nafas."Yah, aku pernah melihat kamu bertemu dengannya, dan di hari yang sama aku juga melihat dia bertemu dengan orang yang berbeda."kata alvin." Oh ya, kamu Tanya kenapa aku tidak memberitahumu? Aku tak mau dianggap perusak hubungan orang, dan aku yakin kamu tidak akan percaya padaku." Tambahnya.

Anna melirik Alvin sebentar dan kembali menunduk, Alvin benar kalaupun dia memberitahunya, ia tidak mungkin langsung percaya pada Alvin. Anna termenung mendengar semua jawabannya Alvin, jujur Anna tak sanggup lagi berbicara.

" Ayo kita pulang, sebentar lagi sepertinya akan hujan!"Ajaknya.

"iya" sahut Anna pendek.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!