Interesting Love
Karya Author ini mengandung unsur latar belakang di negara dengan julukan Paman Sam, ya Amerika tepatnya di Washington state. Adalah sebuah negara bagian Amerika Serikat. Negara bagian Washington berbeda dengan ibu kota Amerika Serikat: Washington D.C.
Negara bagian ini terletak di bagian barat.
Meskipun mengambil latar tempat di luar negri sana, Author tetap menggunakan Bahasa Indonesia. Di karenakan Author sendiri tidak begitu fasih dalam menggunakan Bahasa Inggris. Harap di maklum ya teman-teman.😄😄😄
...MENERIMA...
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
"Olive......."
"Olive....." Teriakan Vanya membuyarkan konsentrasi ku yang tengah fokus mengerjakan tugas di perpustakaan.
"Ada apa? Sepertinya ada hal penting. Sampai kamu lari seperti itu,''
"Aku lihat ibu kamu di ruang guru......"
"Ibu? Kamu mungkin salah lihat."
"Tidak mungkin,"
"Bagaimana mungkin aku salah lihat, hampir tiap hari aku bertemu dengan ibu kamu."
"Kamu yakin?"
"Tentu saja,"
"Kenapa yah? Ada urusan apa ibu sampai ke sekolah. Perasaan aku tidak punya masalah apa-apa deh,"
"Hasil ujian semester ini cukup bagus dan bahkan lebih bagus dari semester kemarin." Lanjut ku.
"Dari pada kamu penasaran di sini, ada baiknya kamu hampiri saja ibu kamu. Mumpung masih ada di ruangannya pak Septi."
"Benar juga,"
Aku pun buru-buru membereskan semua buku-buku yang aku pinjam tadi dan menyimpannya di tempat semula.
"Yuk......." Ajak Vanya tak kalah penasarannya.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Aku dan Vanya pun berlari menuju ruangannya pak Septi. Jaraknya pun cukup jauh, sampai aku dan Vanya kecapean di buatnya.
"Terima kasih pak,"
"Saya harap prosesnya tidak akan lama. Terlebih lagi, ini kan habis ujian juga."
"Iya bu,"
"Namun kalau boleh saya tau, apa Olive juga tahu tentang kepindahannya ini?"
*Deg.......
"Saya akan memberitahunya hari ini,"
"Mungkin ini terdengar mendadak, karena saya pun mendapatkan kabar ini semalam."
"Saya harap dia bisa mengerti dengan keputusan yang di ambil oleh ibu."
"Iya pak......."
"Kalau begitu saya permisi. Terima kasih atas waktunya,"
"Baik bu,"
"Secepatnya saya akan menghubungi ibu."
Setelah itu, ibu pun langsung keluar dari ruangan pak Septi. Saat itu pula ibu pun di buat kaget, karena mendapati aku dan Vanya tengah berdiri tepat di depan pintu.
"Olive......" Ucap ibu kaget.
"Pindah? Maksud ibu, siapa yang pindah?'' Tanya ku.
"Kita bicarakan masalah ini, nanti di rumah ya."
"Sekarang ibu, mau mau langsung ke sekolah adik kamu."
"Tapi bu,"
"Liv......"
"Ibu harap kamu mengerti yah,"
"Kali ini saja. Ibu janji nanti setelah pulang sekolah, ibu akan menjelaskannya sama kamu."
"Baiklah......" Balas ku pasrah.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Sepeninggal ibu, aku dan Vanya pun berjalan sambil terdiam tidak mengucapkan satu patah kata pun.
"Liv......"
"Apa kamu akan pindah?"
"Aku pun tidak tahu Vanya,"
"Kamu tau sendiri, aku pun baru mengetahuinya baru saja."
"Kira-kira, kamu bakalan pindah kemana yah?"
"Kalau menurut aku, tidak mungkin kalau masih daerah sini."
"Secara sekolah kita ini, salah satu sekolah dengan akreditasi terbaik di kota ini." Lanjutnya.
"Entahlah......"
"Aku bakalan sedih banget, kalau kamu beneran pindah. Meskipun kita baru kenal sebentar, tapi aku sudah merasa udah dekat banget dengan kamu."
"Aku juga......."
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Nama ku Olivia Agatha Hamilthon, aku anak sulung dari pasangan ibu bernama Hana Humaira dan ayah ku bernama Dave Hamilthon. Beliau berasal dari amerika tepatnya di Washington State, dulu ibu dan ayah bertemu saat ibu bekerja menjadi penerjemah. Saat itu ayah datang ke Indonesia untuk membuka perusahaan cabang yang ada di kota ini dan kebetulan ibu lah yang di percaya untuk mendampingi ayah saat itu.
Aku mempunyai seorang adik yang baru saja masuk sekolah TK, namanya Axel Native Hamilthon. Sekarang usinya menginjak 4 tahun, sedangkan aku baru mau menginjak usia 16 tahun tahun ini.
Ayah sendiri saat ini tengah berada di Amerika, karena beliau memang bertanggung jawab atas perusahaan yang ada di sana. Sudah hampir 3 tahun lamanya aku tidak bertemu dengan beliau, hanya lewat komunikasi online saja baik aku,ibu dan Axel bisa berkomunikasi.
Tahun ini, aku baru saja masuk SMA dan baru mau naik kelas XI. Aku mempunyai target untuk mendapatkan nilai yang bagus supaya aku bisa mendapatkan beasiswa. Aku sangat ingin sekali untuk melanjutkan kuliah di luar negeri, lebih tepatnya di tempat kelahiranku Amerika.
Makanya sejak awal masuk sekolah, yang menjadi tujuan ku itu adalah belajar dan belajar. Terkadang saking sibuknya dan waktu yang ku habiskan untuk belajar, aku sampai lupa tidak punya teman dekat.
Baru masuk SMA saja, aku bisa dekat dengan Vanya itu pun karena kami kebagian satu meja.
...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...
Sepulang sekolah aku langsung pulang, biasanya aku suka mampir ke perpustakaan untuk belajar sampai sore. Namun karena ada hal penting yang ingin aku ketahui, aku pun buru-buru untuk pulang lebih awal.
Sesampainya di rumah, ibu tengah memberi makan Axel di ruang makan. Melihat kedatangan ku, ibu langsung menyuruhku untuk makan terlebih dahulu.
"Bu......"
"Karena sekarang aku udah pulang, ceritakan lah apa yang sebenarnya terjadi?" Ucap ku.
Terlihat ibu menarik nafasnya begitu dalam, sepertinya memang alasan ibu bermaksud untuk memindahkan ku itu cukup berat juga bagi beliau.
"Semalam ayah menelpon,"
"Sepertinya ayah, tidak bisa berkunjung ke sini. Karena ada beberapa perusahaan di sana tengah mengalami krisi dan ayah tengah mencari solusinya."
"Jadi....?"
"Ayah menyarankan untuk kita saja yang ikut pindah ke sana. Ayah ingin berkumpul dengan kita di sana," lanjut ibu.
"Jadi itu alasan kenapa ibu tadi datang ke sekolah?"
"Ya, tadi ibu mengurus kepindahan kamu Liv. Begitu pun dengan Axel,"
"Kamu pastinya tahu, ibu pun di sini tidak punya siapa-siapa. Karena nenek dan kakek sudah lama meninggal, sudah hampir 4 tahun lamanya."
"Adapun kakak ibu, om Fikri beliau sekarang kan ikut bersama keluarganya pindah ke Kalimantan."
"Ibu pun sudah meminta pendapat om Fikri dan jawabannya pun sama. Semua kembali ke ibu,"
"Mungkin sekarang udah saatnya untuk kita bisa berkumpul dengan ayah kalian. Apa kamu tidak kangen sama ayah?" Ucap ibu.
"Tentu saja aku merindukannya......"
"Tapi, di sini pun."
"Meski pun aku tidak punya banyak teman di sini, tapi aku udah merasa nyaman tinggal di sini. Namun di satu sisi, terkadang aku pun merindukan ayah juga."
"Terlebih lagi Axel, dari dia bayi tahu ayah hanya lewat HP saja."
"Jadi gimana? Apa kamu pun setuju dengan keputusan yang di ambil oleh ayah dan ibu ini?"
"Aku harus menerimanya bu,"
"Terima kasih Liv,"
"Karena kamu sudah mau mengerti. Ibu tahu, ini pasti sulit untuk kamu."
"Tidak apa-apa bu,"
"Aku senang, sebentar lagi aku bakalan bertemu dengan ayah." Timpal ku.
Sedangkan Axel hanya menyimak sambil menikmati makan siangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments