Chapter 2

...KEPERGIAN...

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Jadi, kamu bakalan pindah ke Amerika?" Ucap Vanya.

"Iya......"

"Ibu dan ayah ku sudah membicarakan ini sejak kemarin. Ada beberapa hal yang mengharuskan aku untuk menerima kepindahan ku ini."

"Sedih sudah pasti, namanya aku harus pindah. Apalagi ini aku harus pindah ke beda negara," lanjut ku.

"Yah......."

"Aku bakalan sendirian dong,"

"Tapi kamu tenang aja, kita kan masih bisa berhubungan. Asalkan kita bisa menjaga komunikasi dengan baik."

"Benar banget,"

"Meskipun aku mengenal kamu cukup singkat yah, tapi aku sudah merasa kita itu sudah cukup dekat satu sama lain."

"Bener banget,"

"Jangan lupakan aku, kalau kamu sudah sampai di sana."

"Tidak mungkin lah, aku pasti akan menghubungi kamu."

"Nanti kalau kamu libur musim panas, kapan-kapan kamu pulanglah ke sini. Aku dengar sekolahan di sana suka ada liburan musim panas gitu."

"Tentu saja,"

"Lagi pula rumah aku pun masih di sini."

"Terus kan kamu sekeluarga pindah, rumah kamu siapa yang nempatin?" Tanyanya.

" Adalah salah satu anggota keluarga dari ibu ku. Paman Hasan,"

"Oh........"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Butuh waktu sekitar hampir satu bulan untuk aku dan keluarga ku,mengurus kepindahan kami ke Amerika. Untungnya semua prosesnya berjalan dengan lancar.

Hari ini adalah hari keberangkatan ku menuju Amerika. Setelah mempersiapkan semuanya hampir 3 hari lamanya, aku dan keluarga ku pun akhirnya bisa terbang menuju Amerika.

Penerbangan menuju Amerika membutuhkan waktu sekitar 25 jam lebih. Selama di dalam pesawat aku menghabiskan waktu dengan membaca novel dan tidur. Jujur ini kali pertama aku naik pesawat terlama yang pernah aku alami. Karena sebelumnya paling hanya sekitar 10 sampai 12 jam saja, ini seharian lebih aku berada di dalam pesawat.

Untungnya meskipun ini kali pertama Axel naik pesawat, dia sama sekali tidak rewel atau pun gugup. Dia bahkan sangat senang, karena sebentar lagi dia bakalan bertemu dengan ayah yang sudah lama di rindukannya.

"Bu......."

"Kenapa nak?"

"Nanti sesampainya di sana, kita bakalan tinggal di mana?"

"Kata ayah, kita akan tinggal di perumahan yang jaraknya dekat dari tempat kerja ayah."

"Ayah sudah menyiapkan semuanya di sana, di bantu oleh nenek dan kakek kamu juga."

"Bisa gak ya, aku beradaptasi dengan lingkungan baru ku nanti."

"Semoga saja bisa Liv,"

"Ibu dengar dari ayah, tetangga kita pun ada beberapa yang berasal dari Indonesia."

"Benarkah?".

"Iya......."

"Ada yang pindah sama seperti kita, karena mempunyai salah satu keluarga asli dari sana. Ada juga yang memang orang Indonesia asli dua-duanya namun sudah lama menetap di sana dan jadi warga negara sana." Jelas ibu.

"Tapi kebanyakan, yang menikah dengan orang sana."

"Nanti kan, kamu bisa kenalan juga dengan tetangga kita itu. Siapa tahu ada yang punya anak. Seumuran dengan kamu atau pun Axel,"

"Seperti itu......."

"Semoga saja ya bu,"

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah menempuh perjalanan sehari lebih saru jam, akhirnya kami pun sampai di salah satu bandar udara yang ada di Washington state. Kebetulan kami sampai sekitaran jam 7 pagi kalau di Indonesia,padahal kemarin kami berangkat dari indonesia pun sama menjelang pagi.

"Ayah kalian sudah menunggu kita di pintu kedatangan katanya." Ucap ibu.

Tampak dari raut wajah beliau, ibu lah yang paling senang karena akhirnya bisa bertemu dengan ayah. Bukan berarti aku tidak senang, namun perasaan ibu jauh lebih dari itu.

Setelah mengantri untuk keluar dari dalam kapalnya, kami pun akhirnya sampai di pintu keluar. Dari dalam aku bisa melihat ayah yang sudah menunggu kami sambil membawa sepanduk bertuliskan " Hamilthon Family".

Ibu dan Axel yang lebih dulu berjalan di hadapan aku pun langsung memeluk beliau dengan erat. Melepas kerinduan yang sudah tidak bisa di bendung lagi, meskipun awalnya Axel sempat kebingungan juga.

Bahkan ayah sempat beberapa kalli mencubit pipinya Axel, mungkin beliau pun masih belum menyangka bayi yang waktu di tinggalnya sekarang sudah tumbuh besar.

Melihat momen itu, aku sedikit terharu. Biar bagaimana pun, aku pun pernah mengalami hal itu juga sewaktu aku masih kecil dulu.

"Daddy......"

Giliran ku untuk memeluk sosok yang selam ini aku rindukan dan hanya bisa melihatnya lewat HP saja. Sekarang sudah berada di hadapan ku, ayah memeluk dengan erat.

"Miss you......" Ucapnya.

"Miss you too...."

Setelah melepas rindu, ayah pun langsung menggiring kami menuju mobil. Karena memang jarak dari bandara ke rumah kami lumayan jauh, sekitar 1 jam lebih.

Setelag memasukan semua barang bawaan kami, ayah pun langsung tancap gas menuju tempat tinggal kami yang baru.

"Welcome to my new life......." Bisik ku dalam hati.

Sepanjang perjalanan, mata ku tertuju pada pepohonan yang tampak gundul tidak ada daun sama sekali.

"Dad, kenapa pohon di sini tidak punya daun?" Tanya Axel.

"Karena di sini sudah memasuki musim gugur dan sebentar lagi akan memasuki musim dingin."

"Benarkah?" Sambung ku.

"Iya Liv......"

"Kita sampai di sini, bertepatan dengan musim dingin. Makanya nanti kamu harus jaga daya tahan tubuh kamu, supaya bisa beradaptasi dengan musim di sini." Jelas ibu.

"Oh gitu......."

"Tenang saja, nenek kalian sudah membelikan baju hangat untuk kalian. Tapi apa yang di katakan ibu benar juga, kamu harus jaga daya tahan tubuh kamu itu."

"Pasti akan sulit juga untuk kamu bisa langsung beradaptasi dengan musim di sini." Lanjut ayah.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Akhirnya kami pun sampai di salah satu rumah yang ukurannya cukup besar dan mempunyai halaman yang luas.

"Ini rumah kita ayah?" Tanya ku.

"Iya......."

"Wah......"

"Bagus banget,"

"Kamu suka?" Tanya ayah.

"Tentu saja, aku suka."

"Aku juga, Axel bisa main-main di sini." Sambung Axel.

Setelah menurunkan semua barang bawaan kami, ayah pun menunjukan isi dari rumah baru kami ini. Kebetulan aku kebagian kamar yang berada di lantai dua dan dekat dengan rooftop nya.

"Apa kamu menyukai kamar baru kamu ini Liv?" Tanya ayah.

"Tentu saja, aku suka sekali warna sage ini."

"Nenek yang memilihkannya khusus untuk kamu,"

"Aku harus berterima kasih sama nenek, karen sudah menyiapkan semua ini untuk aku."

"Sekarang mandi lah,"

"Ayah sudah kasih tahu kakek dan nenek, kalau kalian sudah sampai. Dan mereka dalam perjalanan menuju ke sini,"

"Iya ayah......."

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Sepeninggal ayah, aku tidak langsung mandi melainkan mengecek semua isi kamar baru ku. Sungguh di luar dugaan ku, kamar ku ini langsung menghadap ke arah taman belakang yang dimana langsung menghadap halam belakang milik orang lain. Berbeda dengan halam depan rumah ku yang masih terdapat banyak pohon.

"Aku harus betah tinggal di sini," gumam ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!