Chapter 3

...AWAL BERTEMU...

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Keesokan paginya, aku bangun kesiangan. Mungkin karena habis melakukan perjalanan jauh,bisa juga karena jam segini biasanya di Indonesia itu malam. Jadinya aku masih belum bisa menyesuaikan waktu dengan di sini.

Aku pun langsung turun ke lantai bawah,karena biasanya bangun tidur aku suka langsung minum air putih.

"Pagi bu......." Sapa ku.

"Pagi juga,"

"Axel mana?"

"Dia tengah pergi bersama ayah kamu,ke supermarket. Ada beberapa barang yang ibu butuhkan untuk masak nanti."

"Ayo sarapan,ibu sudah siapkan roti panggang untuk kamu."

"Aku belum lapar bu,"

"Baiklah kalau begitu ibu simpan di sini saja."

"Ibu tengah membereskan pakaian miliknya Axel di kamarnya. Kalau butuh sesuatu panggil ibu saja,"

"Iya......"

Sepeninggal ibu, aku pun berinisiatif untuk melihat-lihat area taman belakang. Mungkin karena masih baru,di taman belakang rumah ku ini hanya ada beberapa tanaman saja dan itu pun kurang terawat.

Udara di Washington pagi ini cukup menyegarkan, meskipun sinar mataharinya cukup terang namun udaranya cukup sejuk.

Saat aku tengah melihat-lihat, tidak sengaja aku mendengar kegaduhan dari rumah tetangga ku yang berada tepat di belakang rumah ku. Taman belakang rumah kami hanya terpisah oleh dinding yang terbuat dari kayu. Ada pun tingginya mungkin ada sekitar 2 meter lebih. Meskipun begitu, aku bisa melihat orang yang berada di balik dinding kayu itu. Karena ada celah yang cukup untuk aku bisa melihatnya.

"Ibu buatkan sandwich kesukaan kamu, jangan lupa untuk berbagi dengan Sherly."

"Baiklah......"

"Masuklah, sebentar lagi kamu sudah harus berangkat sekolah. Ayah tengah bersiap untuk mengantar kamu dan Sherly pergi ke sekolah."

"Iya sebentar lagi, aku masih mau berjemur dengan Maxim."

"Jangan lama-lama,"

"Oke......."

Karena penasaran aku pun perlahan mengintip dari balik celah dinding pagar rumah ku. Namun sayangnya, karena posisi cowok itu membelakangi dindingnya aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang pasti di lihat dari postur tubuhnya sepertinya umur dia tidak jauh beda dengan aku.

Terlihat dia tengah mengelus kucing di pangkuannya, mungkin kucing itu yang di bilangnya Maxim tadi.

"Liv........"

Teriakkan ibu membuat aku kaget,sampai-sampai aku membentur dinding.

"Ah........"

Aku pun langsung berbalik dan berjinjit supaya tidak ketahuan oleh anak laki-laki itu. Nanti dia malah berpikir yang tidak-tidak lagi,karena ulah ku pagi ini.

"Iya bu......."

"Sini nak," ucap ibu dari dalam kamar Axel.

Aku pun langsung menghampiri beliau yang tengah sibuk membereskan bajunya Axel.

"Kenapa bu?"

"Ini maaf, masukin bajunya Axel."

"Ketinggalan dan belum ibu masukan ke dalam mesin cuci."

"Ah iya......."

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Siangnya saat aku tengah bersantai sambil membaca novel kesukaan ku. Ibu tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar ku dengan membawa Axel.

"Kenapa bu?"

"Ibu dan Axel mau pergi dulu."

"Kamu mau ikut atau enggak?"

"Pergi ke mana?"

"Ibu dengar dari ayah, tetangga kita yang rumahnya ada di belakang rumah kita itu istrinya sama orang Indonesia."

"Ibu ingin menyapanya, sekalian ingin memberi sedikit bingkisan padanya."

Atau mungkin yang di katakan ibu ini, keluarga yang tadi itu.

"Liv......"

"Kenapa kamu malah diam? Mau ikut atau enggak?" Tanya ibu kembali.

Sebenarnya aku malas sekali untuk pergi ke sana,karena lagi santai-santainya.

"Boleh deh bu,"

"Ya udah pakai jaket mu. Masa iya kamu mau pergi dengan hanya menggunakan hot pant sama kaos saja."

"Iya......."

Aku pun langsung menyusul ibu yang sudah lebih dulu keluar. Karena aku harus mengambil jaket ku terlebih dulu.

"Bu......."

"Apa?"

"Coba saja seperti di rumah kita dulu, ada pintu pagar bagian belakang. Jadinya kita tidak harus berputar dulu, padahal rumah kota itu cukup dekat hanya di batasi oleh dinding saja." Jelas ku.

"Disini itu, privasi itu sangatlah penting nak."

"Oh......."

"Ibu dengar beliau punya anak yang seumuran dengan kamu,"

"Tapi cowok." Lanjut ibu.

"Ibu tahu dari mana?"

"Tahu dari ayah kamu lah,"

"Karena beberapa kali ayah kamu pernah bertemu dengan anaknya."

"Dia juga punya dua saudara perempuan,"

Berarti benar,yang di bicarakan ibu ini keluarga yang tadi pagi aku intip dari balik dinding kayu.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Tanpa terasa kami pun akhirnya sampai di rumah yang di maksudkan oleh ibu tadi.

"Liv, coba pencet bel nya....."

Aku pun langsung memencet bel yang berada di bagian samping pintu rumah. Karena ternyata tipe rumah ini tidak mempunyai pagar depan dan gerbang juga. Berbeda dengan tipe rumah ku yang mempunyai pagar dan gerbang depan.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pintunya pun terbuka.

"Siapa yah......?"

"Kenalkan saya Hana,"

"Saya baru pindah ke sini kemarin pagi." Ucap ibu sambil mengulurkan tangannya.

"Saya dengar dari suami,anda asli dari Indonesia."

Mendengar hal itu,ibu itu pun langsung tersenyum dan langsung membalas uluran tangan ibu.

"Nikma....."

"Senang bisa berkenalan dengan anda."

"Mari silahkan masuk," ajaknya.

Kami pun akhirnya masuk ke dalam rumah beliau. Tampak dalam rumahnya itu sangat rapi dan tertata.

"Silahkan duduk,"

"Ngomong-ngomong mba ini yang menghuni rumah yang di belakang rumah saya itu bukan?" Tanya beliau.

"Iya benar sekali,"

"Ah......."

"Suami saya pernah cerita, kalau calon penghuni rumah itu sama merupakan keluarga dari Indonesia."

"Iya......."

"Oh iya saya sampai lupa,"

"Ini saya bawakan beberapa barang untuk sedikit berbagi. Tidak banyak, hanya sekedar untuk mencicipi saja." Ucap ibu langsung memberikan bingkisannya.

"Ya ampun, padahal tidak perlu repot-repot. Saya jadi tidak enak loh,"

"Tidak apa-apa,"

"Ini anak saya namanya Olivia dan ini anak bungsu saya namanya Axel."

"Bentar, sepertinya anak sulung mba ini sepertinya seumuran dengan anak saya Daniel."

"Benarkah?"

"Dia baru naik kelas XI tahun ini,"

"Sama anak saya juga,"

"Wah......."

"Tidak di sangka yah,"

"Tapi sayangnya anak-anak saya saat ini tengah sekolah. Sore baru mereka pulang,"

"Saya punya tiga anak, yang pertama itu Daniel. Anak kedua saya itu Sherly, dia tahun ini kelas tiga SMP. Sedangkan yang terakhir itu Carissa, dia kelas dua SMP." Jelas tante Nikma.

"Oh......."

"Ngomong-ngomong, kemana mba mau menyekolahkan anak mba yang pertama ini?" Tanya tante Nikma kembali.

"Di Western School State......."

"Sama dong, anak saya pun sekolah di sana."

"Benarkah? Wah kebetulan sekali,"

"Sepertinya kita bakalan sering bertemu setelah ini," lanjut ibu.

"Benar banget, saya setuju."

"Sayang sekali yah, mereka tidak bisa bertemu sekarang."

"Lain kali kalau ada waktu, giliran saya untuk berkunjung ke rumah anda." Lanjut tante Nikma.

"Silahkan, saya sangat menantikan kedatangan ibu." Balas ibu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!