Melatinya Wiliam
“Wiliam.” Pak George menghampiri meja kerjanya.
“Iya pak.” Wiliam kaget pak George sudah ada di depannya.
“Tolong kamu ke bandara jemput guru baru yang nanti jadi pelatih renang di yayasan kita. Ini foto orangnya, namanya Leoni.” Perintah pak George.
“Siap. Sekarang kah pak?” Tanya Wiliam balik.
“Tidak. Tahun depan.” Bentak pak George. “Ya iya lah sekarang.” Tambah pak George.
Setelah mendapatkan perintah pak George, Wiliam langsung memperispkan perlengkapan kemudian menuju ke bandara.
“Hai, saya Leoni.” Leoni menghampiri sesorang yang membawah papan bertuliskan Namanya.
“Hai, selamat datang di kota Karang Kupang mba Leoni, saya Wiliam. Saya dari pihak Yayasan Gonzaga yang ditugaskan untuk menjemput anda.” Wiliam menyambut Leoni dengan senyum semerbak sambil mengulurkan tangannya yang bebas untuk berjabatan tangan. “Mari Mba…” Wiliam mempersilahkan Leoni untuk mengikutinya.
Leoni mengikuti Wiliam dari belakang tanpa memperhatikan Glen yang sudah menyodorkan tangannya kearah Wiliam untuk bersalaman tapi tidak ditanggapi.
“Issshhh…” Glen merasa kesal dalam hati, namun tetap mengikuti mereka tanpa bersuara.
“Hemm… Leoni!” Glen menyunggingkan bibirnya Ketika mereka mulai memasuki Kawasan bangunan milik Yayasan Gonzaga. Glen menyadari dimana mereka berada sekarang.
“Mba, mari kita ke kepala personalia dulu.” Wiliam menunjuk ruangan yang didepan pintunya bertuliskan ruangan personalia, Leoni pun menanggapi dan langsung melangkah masuk ke dalam ruangan.
“Ny…” Panggil Glen.
“Ohh… iya.” Leoni menyadari keberadaan Glen yang sedari tadi layaknya ajudan yang setia berada di sampingnya.
“Maaf mas, tunggu di sini saja yah!” Perintah Wiliam menunjuk kursi tunggu di depan ruangan ketika Glen ambil abah-abah untuk mengikuti mereka.
“Hem… baik.” Glen langsung duduk di tempat yang ditunjuk. Rasa kesal semakin hinggap di hati Glen.
“Permisi pak. Ini mba Leoni yang saya jemput di bandara.” Kata Wiliam ketika mereka masuk ke dalam ruangan personalia dan menemui pak George.
“Oh halo. Saya George kepala peronalia di sini.” Pak George berslaman dengan Leoni.
“Leoni.” Sapah Leoni sambil bersalaman dengan pak George.
“Baik selamat datang di yayasan Gonzaga, semoga senang bekerja di sini.” Kata pak George.
“Makasi pak George.” Leoni bersalaman dengan pak George lagi untuk mengakhiri pembicaraan mereka.
“Sama-sama mba. Mari saya antar untuk bertemu dengan kepala sekolahnya, dan rekan-rekan guru.” Pak George menanggapi.
“Baik pak.” Kata Leoni.
“Mari…!” Wiliam membukakan pintu untuk Leoni dan Pak George.
Sesampainya di luar ruangan, Leoni tersadar dengan kehadiran Glen yang setia menunggunya.
“Glen… “ Leoni menoleh kearah Glen.
“Ny….” Glen berdiri dari duduknya dan hendak menghampiri Leoni karena sempat kaget mendengar Leoni menyebut namanya.
“Pak, saya ketemu teman saya dulu sebentar yah.” Kata Leoni pada pak George karena ada perasaan tidak enak sejak tadi tidak menghiraukan Glen.
“Iya, silahkan.” Jawab pak George singkat. “Itu temannya Mba Leoni kok kayak familiar sih wajahnya?” Bisik pak George secara spontan. “Ah, mungkin hanya perasaanku saja.” Kata pak George dalam hati walaupun dia merasah ada sesuatu yang mengganjal dalam dirinya.
“Ada apa pak?” Tanya Wiliam yang merasah ada sedikit aneh dengan tingkah pak George.
“Heeeemmm.. tidak ada apa-apa.” Jawab pak George singkat.
Beberapa menit kemudian setelah berbincang sedikit dengan Glen, Leoni Kembali menghampiri Pak George dan Wiliam untuk kemudian menuju ke ruang Kepala Sekolah.
“Pak George.” Leoni Kembali berada di samping Pak George.
“Iya mba. Oh yah teman mba itu siapa?” tanya Pak George serasa penasarannya tadi masih agak mengganjal di benaknya.
“Oh itu teman saya dari kota pak. Dia mengantarkan saya ke sini.” Jawab Leoni tanpa mau menutup-nutupi kenapa Glen ada di situ walaupun dia tidak memberitahukan siapa Glen dalam hidupnya karena menurut dia ini belum saat yang tepat.
“Hem, baik.” Kata Pak George singkat menanggapi Leoni. “Mas, tolong menunggu di sini sebentar yah. Saya mengantarkan Mba Leoni nya untuk bertemu dengan kepala sekolah dulu.” Pak George menghampiri Glen yang sedang terpaku ditempatnya. “Saya George.” Menyodorkan tangan kearah Glen.
“Glen.” Menyebutkan Namanya dengan ramah menanggapi uluran tangan Pak George. “Nih orang kayaknya tidak kenal siapa saya? Sepertinya dia tidak tahu atau kurang bergaul yah??” Kata Glen dalam hatinya. “Sebagai kepala Personalia harusnya dia sudah tahu siapa saya.” Kata Glen lagi dalam hatinya.
“Glen?” Pak George bertanya-tanya dalam hatinya. “Apa saya salah lihat atau?” Pak George merasa seperti kenal dengan orang yang ada dihadapannya.
“Ayo pak, kita ke ruang kepala sekolah dulu! Sebentar lagi sudah mau jam bubar sekolahan pak.” Wiliam datang mengingatkan.
“Ah baik.” Pak George menanggapi seadanya. “Mas nya tunggu sebentar yah!” Pak George agak berhati-hati karena pikirannya agak tidak tenang.
“Baik.” Jawab Glen singkat.
Pak George kemudian membawah Leoni bersama Wiliam ke ruang kepala sekolah, setelah itu langsung diperkenalkan kepada semua guru yang ada di sekolahan tersebut.
“Halo, saya Melati.” Melati menghampiri Leoni dan bersalaman setelah semua guru-guru melakukan hal yang sama padanya.
“Hai, saya Leoni. Senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa berteman.” Kata Leoni.
“Diskusinya nanti dilanjutkan yah, bu Leoni di panggil pak George tuh!” Wiliam memutus interaksi diantara mereka.
“Baik.” Jawab Leoni singkat.
“Mba mari saya antar ke mess khusus pegawai yayasan.” Pak George mengajak Leoni setelah Leoni menghampirinya. “Wiliam tolong bantu mba Leoni membawah barang-barangnya!” perintah Pak George.
“Baik pak.” Respon Wiliam singkat dan langsung mengambil alih beberapa barang bawaan yang tadi ada dalam kendali Glen.
“Isshhh sampai segitunya sih.” Melati agak rese’ melihat Wiliam yang memberi perhatian pada Leoni.
Mereka semua mengikuti Pak George sebagai penunjuk arah menuju tempat tinggal Leoni yang baru.
“Mba Leoni, ini tempat tinggal mba selama bekerja disini. Silahkan masuk!” Pak George membukakan pintu rumah yang sudah mereka siapkan. “Kalau ada yang dibutuhkan, boleh hubungi Wiliam. Dia akan siap membantu.” Kata Pak George dengan sopan.
“Siap, aku akan selalu bersedia membantu.” Tambah Wiliam dengan wajah polosnya.
“Iya pak. Terima kasih.” Jawab Leoni.
“Saya tinggal dulu, silahkan mba Leoni beres-beres. Besok sudah bisa bekerja. Kami tunggu disekolah besok.” Kata pak George.
“Baik pak.” Leoni menganggu menanggapi perkataan pak George.
“Wiliam, kamu bantu mba Leoni yah. Saya Kembali ke ruangan.” Pak George memberi tugas kepada Wiliam.
“Siap.” Kata Wiliam singkat. “Mari mba. Apa yang bisa saya bantu?” Tanya Wiliam pada Leoni.
Setelah selesai beres-beres barangnya bersama Glen dan dibantu oleh Wiliam, Leoni membuatkan dua orang pria itu minuman Pelepas dahagah, dan sepertinya mereka terlihat sangat kelelahan karena membersihkan beberapa bagian rumah tempat tinggal yang baru itu dan menata barang-barang Leoni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dina Mlda
ghdfbsitbdibfjbjtbjt jf tkdn zjbfj j f hfbnfgbb ff hdbdbbddxvx vvvvvvvdv dbfhcdydkvuddidvd hssbdvvdvdgdvd
2023-11-20
2