“Kayaknya belum datang sih, sejak tadi aku belum melihat dia. Ada apa emangnya?” Tanya Melati berusaha santai walaupun sedikit dongkol pada pertanyaan Wiliam yang dikiranya mau menanyakan apa kabarnya ke atau apa gitu, eh malah menanyakan keberadaan Leoni si guru baru.
“Heemmm… gitu yah?” Kata Wiliam sambil menaruh jari telunjuk dan jempolnya dibawah dagunya seperti menyanggahnya, pertanda bahwa dia sedang memikirkan sesuatu. “Mel, bu Leoni kan baru yah di sini, gimana kalau kita ajak jalan sekaligus makan malam bareng? Anggap saja kita bertiga jadi best friend yuks! Lagian dia kan belum mengenal kota ini, yah hitung-hitung sekalian kita mengenalkan keadaan di sini padanya. Gimana?” Ajak Wiliam.
“Heemmmm….” Nampak Melati sedang berpikir.
“Supaya kamu juga bisa jalan-jalan sama aku kan? Anggap saja Leoni hanya menemani kita.” Kata Wiliam percaya diri membujuk Melati agar setuju dengan ajakannya karena dia tahu Melati akan sangat senang kalau diajak olehnya.
“Baiklah.” Kata Melati menyetujui permintaan Wiliam.
“Yes. Akhirnya bisa dekat dengan Leoni, semoga ini langkah awal. Hahaha…” Kata Wiliam dalam hati. “Kalau gitu, sebentar kamu kasi tahu dia yah?” Tanya Wiliam.
“Oke, nanti siang aku sampaikan ke Leoni sebentar pas mau pulang.” Kata Melati menyetujui perkataan Wiliam.
“Baik. Aku tunggu kabar darimu yah. Nanti kalau jadi, aku jemput kamu di rumahmu.” Bisik Wiliam di telinga Melati sebelum meninggalkan ruangan mereka berada saat itu.
Melati menjadi berbunga-bunga mendengar perkataan Wiliam yang mau menjemputnya. Dia menarik napas dalam-dalam meresapi kalimat yang dia dengar itu. “Yes, dia bakalan jemput aku.” Melati tersenyum sumringah membayangkan Wiliam yang akan menjemputnya.
Menjelang pulang sekolah.
“Mba, tadi aku dan pak Wiliam semapat ngobrol, dia ngajak kita makan malam bersama, anggap saja sebagai penyambutan mba Leoni bergabung dengan kami di sini. Mau kan?” Melati menghampiri Leoni yang sedang bersiap-siap untuk pulang. “Mau kan? Nanti aku sama Wiliam jemput yah?” tekan Melati lagi.
“Hemmm… nanti aku kabari kamu yah, aku belum bisa janji Mel.” Jawab Leoni.
“Mau yah!” Bujuk Melati. “Anggap saja kamu temani aku aja deh.” Melati bergelayut manja pada Leoni. “Jangan-jangan kamu tidak mau jadi teman kami? Mentang-mentang kamu calon istri bos?” Kata Melati lagi sengaja menyinggung Leoni dan berpura-pura marah.
“Bukan begitu bu.” Tekan Leoni.
“Kalau gitu, mau yah? Aku jemput loh.” Tambah Melati lagi.
“Biar tidak usa di jemput, nanti aku ke sana bersama Paula. Mau makan di mana?.” Tanya Leoni.
“Oke nanti aku serlok alias share lokation. Sampai jumpa nanti malam, jam 7.00pm yah!.” Melati mengakhiri perbincangan mereka saat itu. Melati merasa sangat gembira karena berhasil membujuk Leoni untuk jalan karena dengan demikian dia bisa berdekatan dengan Wiliam. “Aku sudah ajak mba Leoni untuk nanti malam. Kita ketemuan jam 7.00pm yah, jangan lupa jemput aku!” Melati sempatkan mengirimi pesan singkat ke WIliam sebelum melangkah keluar dari ruang guru dan menuju ke ruangan personalia di mana tempat mereka melaporkan kehadiran mereka.
“Oke baik. Sampai jumpa nanti malam, pastikan kamu siap sebelum jam 7.00pm! kalau sudah siap hubungi aku, supaya aku jemput.” Wiliam membalas pesan singkat Melati. Di sudut ruangan Wiliam melihat interaksi ke dua wanita itu dengan senyum di bibirnya.
Melati merasa senang membaca pesan singkat balasan dari Wiliam, setelahnya dia langsung memasukkan Hp ke dalam tasnya. Sementara Wiliam merasa senang karena bisa mengajak Leoni keluar, dia tidak merasa terganggu dengan keberadaan Melati dan Paula nantinya karena ini merupakan langkah awal untuk bisa mengenal Leoni, alih-alih menjadi best friend.
Sore harinya.
“Kring…. Kring… Kring….” Bunyi alaram di Hp Leoni.
“Ah sudah jam enam sore ternyata.” Leoni mematikan bunyi alaran yang menyadarkan dirinya bahwa sudah saatnya untuk mempersiapkan diri dan memenuhi ajakan dari Wiliam dan Melati. Leoni panggilan ke Paula untuk mengingatkan agar dia segera bersiap-siap, setelah itu dia bergegas ke kamar mandi dan mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Wiliam dan Melati.
Tiga puluh menit kemudian Leoni sudah siap. “Jalan sekarang mba?” Paula menghampiri Leoni yang terlihat sudah menuruni tangga dan sampai di lantai satu.
Perjalanan memakan waktu lima belas menit menuju lokasi yang di share oleh Melati.
“Di sini mba?” Paula menunjuk ke arah restoran tepi laut yang ada di depan mata mereka.
“Sepertinya di sini. Coba lihat lokasi ini yang dikirim Melati!” Leoni menyodorkan Hp nya Paula.
“Benar mba di situ jelas nama restorannya Subasuka Paradise, berarti ini tempatnya.” Kembali Paula menunjuk ke arah restoran dengan menunjuk papan nama restoran yang ada di bagian depan tempat mereka parkir saat ini. “Kita cari parkiran dulu mba? Atau mba duluan turun disini? Nanti aku menyusul masuk ke dalam?” Tanya Paula dengan hati-hati.
“Parkir dulu! Kita turun sama-sama.” Jawab Leoni tegas, dia juga masih baru di tempat ini sehingga dia merasa asing kalau berjalan sendiri.
Paula memarkirkan mobil tidak jauh dari pintu masuk restoran agar memudahkan mereka untuk keluar masuk nantinya.
“Itu mba Leoni sudah datang.” Melati menunjuk ke arah Leoni dan Paula saat memasuki restoran. “Mba sini…!” Melati memanggil dan melambaikan tangan ke arah Leoni.
“Mba silahkan bergabung dengan mereka, aku tunggu di mobil yah?!” Tanya Paula hati-hati.
“Kamu juga ikut makan denganku! Tidak ada tawar menawar.” Jawab Leoni dengan ekspresi tegas. Dia masih merasa tidak percaya pada Melati dan Wiliam, lagian mereka masih baru berkenalan sehingga Leoni merasa canggung untuk berbicara dengan mereka, jika ada Paula mungkin akan sedikit mengurangi kecanggungannya.
“Baik.” Paula mengikuti Leoni dari samping.
“Kamu pegawainya Glen, mereka berdua juga sama. Jadi tidak ada statusnya yang lebih tinggi. Kita semua sama. Jadi kamu juga harus ikut makan dengan kami.” Bisik Leoni tegas ke telinga Paula.
“Iya mba. Aku sih nggak kepikiran seperti itu, hanya aku merasa tidak enak ikut terlibat dengan privasi mba, mereka kan teman mba.” Kata Paula jujur.
“Aku tidak suka kamu berkata seperti itu.” Leoni melototkan matanya lebar-lebar pada Paula.
Melihat interaksi Paula dan Leoni, membuat Wiliam penasaran dengan apa yang mereka berdua diskusikan.
Paula menurut saja dengan perkataan Leoni, mereka berdua duduk di tempat yang kosong samping Wiliam dan Melati.
“Sudah lama menunggu?” Tanya Leoni basa-basi.
“Belum lama juga kok.” Jawab Melati spontan. “Mba mau pesan apa? Kayaknya pesan makanan dulu deh baru kita ngobrol-ngobrol.” Lanjut Melati polos.
“Pelayan…….” Teriak Wiliam memanggil pelayan restoran, pelayan itu langsung menghampiri mereka.
“Baik. Di tunggu yah!” Pesan pelayan sebelum meninggalkan meja mereka setelah mereka menyampaikan makanan yang akan mereka makan.
Malam itu mereka menikmati makan malam dengan penuh keceriaan, empat orang itu mengawali pertemanan mereka dengan baik, saling berbagi cerita dan saling menguatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments