“Oh ya mba, temannya ini nanti nginap di mana?” Tanya Wiliam dengan sopan, mengingat kehadiran Glen disitu dan dia tersadar kalau tadi pak George tidak sempat memberi tahu peraturan di mess ini..
“Saya nginap disini dengan Leoni.” Kata Glen dengan tegas.
“Tapi disini kan sekolahan. Tidak diperbolehkan seorang guru membawah teman lawan jenis nginap di satu tempat yang sama. Apalagi disini hanya ada satu kamar.” Kata Wiliam polos.
Glen dan Leoni jadi salting mendengar perkataan Wiliam tapi sekaligus membuat Glen jengkel. “Berani sekali dia melarangku untuk tinggal di sini? Hhheeeemmm….” Kata Glen dalam hati.
“Tapi sekarang kan sudah malam. Glen tidak tahu keadaan di daerah sini. Tidak mungkin dia pergi mencari tempat nginap sendirian. Kalaupun aku mengantarnya, juga pun sama.” Kata Leoni spontan. “Biarkan dia nginap di sini malam ini. Besok dia akan Kembali ke Manado. Boleh?” Leoni melirik Wiliam seraya meminta persetujuan. “Glen nanti tidur di sofa. Lagian kami sudah dewasa. Tidak mungkin kami melakukan hal-hal yang buruk, kami juga tahu batasan.” Jelas Leoni lagi.
Glen terlihat diam saja, tidak berniat menjawab atau merespon sedikitpun.
“Yah sudah, benar juga. Baik mas Glen boleh nginap disini. Nanti aku beri tahu pak George.” Wiliam meng-iya kan. “Kalau gitu saya pamit pulang. Rumah saya tinggal ada di sebelah. Jika ada sesuatu, bisa hubungi saya.” Wiliam menunjuk rumah yang tidak jauh dari tempat Leoni.
“Terima kasih.” Kata Leoni setelah Wiliam keluar dari rumahnya.
Ting…
(bunyi pesan masuk di Hp Leoni)
“Besok pagi jam 9 ada pertemuan dengan Direktur utama Yayasan Gonzaga di aula utama. Jadi diharapkan jam 8 sudah berada di sekolah. Kita persiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pertemuan.” Bunyi pesan singkat dari Wiliam.
“Baik. Terima kasih.” Balas Leoni singkat.
***
Tok… tok… tok (pintu rumah Leoni di ketok oleh seseorang).
“Hem… pagi-pagi ni orang sudah bertamu saja.” Glen melihat siapa yang datang dari lubang monitor pintu.
“Tok… tok… tok.” Pintu Kembali diketuk.
“Glen siapa yang datang? Tolong bukakan pintunya!” Teriak Leoni dari dalam kamar mandi.
“Iya.” Jawab Glen kemudian membukakan pintu. “Ada apa pagi-pagi sudah bertamu.” Kata Glen ketus.
“Apa-apaan sih temannya mba Leoni ini? Pagi-pagi aja uda ketus gitu. Siapa sih dia ini?” Wiliam mengomel dalam hatinya.
“Saya hanya mau mengingatkan mba Leoni untuk segera ke sekolah. Karena hari ini secara kebetulan ada pertemuan dengan Direktur utama, takutnya mba Leoni terlambat apalagi hari ini adalah hari pertamanya kerja.” Jelas Wiliam.
“Ohhh….. dia lagi mandi. Nanti saya sampaikan.” Kata Glen singkat kemudian menutup pintu walaupun Wiliam belum selesai bicara.
“Isshhhh dasar!” Bentak Wiliam tidak senang. Wiliam setia menunggu Leoni di depan rumah, dia tidak peduli dengan sikap Glen yang tiba-tiba menutup pintu. “Ini orang nih menjengkelkan sekali. Hanya teman juga, masi bersyukur tidak di usir dari sini.” Wiliam merasa jengkel dengan sikap Glen.
“Mba…” Wiliam sontak berdiri ketika Leoni membuka pintu hendak keluar.
“Wiliam? Ngapain di sini? Kamu belum ke sekolah?” Tanya Leoni kaget melihat Wiliam duduk di depan rumahnya.
“Iya, aku menunggu mba di sini supaya bisa sama-sama ke sekolah. Kan kasihan toh mba kalau pergi sendiri, mba kan masih baru di sini.” Jawab Wiliam penuh pengasihan.
“Makasi, tapi sebenarnya tidak harus bigini juga. Dia bisa pergi sendiri ke sekolah, kamu jangan terlalu berlebihan.” Glen tiba-tiba muncul di belakang Leoni. Rasa protektifnya mulai muncul mengingat tingkah Wiliam yang dinilainya agak berlebihan.
“Maaf, saya rasa tidak berlebihan, malah ini wajar kok. Saya sebagai teman dan orang yang sudah lama bekerja lama di tempat ini. Sudah seharusnya berlaku baik terhadap orang baru.” Wiliam masa bodoh menanggapi perkataan Glen.
“Semoga saja kamu bisa bertahan bekerja disini.” Glen semakin kesal, kemudian berlalu dari hadapan Wiliam menuju ke dalam rumah.
“Sabar yah, aku omong sedikit dengan ….” Leoni belum menyelesaikan perkataannya langsung masuk menyusul Glen karena Wiliam memberikan respon Gerakan tangan seraya mengerti maksud Leoni. “Glen…” Panggil Leoni.
“Iya, silahkan terus menerima perlakuan baiknya! Aku jamin dia akan segera berhenti bekerja di sini.” Kata Glen tegas.
“Glen. Kamu kenapa sih?” Leoni serasa tidak mengerti dengan tingkah Glen.
“Tidak ada apa-apa. Sebaiknya kamu pergi ke sekolah sekarang, sebelum terlambat. Ingat ad abos mu yang datang. Apalagi ini hari pertama mu kerja.” Kata Glen dengan tegas.
Leoni masih pingin mempertanyakan sikap Glen, tapi ketika melirik jam yang melingkar di tangannya sudah hamper jam 8, akhirnya dia memutuskan untuk segera menuju ke sekolah. “Iya. Aku ke sekolah dulu yah. Kamu tunggu di sini! Selesai pertemuan aku akan pulang.” Kata Leoni buru-buru.
“Sarapanmu belum di makan.” Belum selesai Glen bicara, Leoni sudah menghilang dari hadapannya. “Issshhhh…. Ini semangat banget masuk kerja atau apa sih?” Glen masih jengkel.
Di dalam ruang guru, kepala sekolah sementara memperkenalkan Leoni kepada pihak dewan guru sebagai guru baru di sekolah itu. Tidak lama kemudian Wiliam datang berbisik ke telinga kepala sekolah, memberi tahu kalau direkturnya sudah dalam perjalanan dan mereka diminta untuk segera menuju ke aula.
“Baik bapak/ibu semua, info dari Pak Lukas bahwa presdir sudah dalam perjalanan ke sini, maka kita harus segera bersiap-siap dan menus uke aula sebelum beliau ada. Kita harus sudah terlebih dahulu berada di sana.” Kepala Sekolah memberi tahu.
Semua guru dan pegawai sekolah meninggalkan tugas masing-masing dan menuju ke aula kantor.
“Ini perdana bagi presdir yang baru untuk bertemu dengan kita di sini. Beliau baru saja dilantik karena papa nya meminta untuk anaknya melanjutkan perusahaan.” Bisik-bisik rekan guru Leoni dalam perjalanan ke aula.
“Katanya presdir yang baru ini masih muda loh, saya sempat mendengar pembicaraan pak Lukas dan Pak George tadi di lobi.” Kata bu guru Melati ke telinga Leoni.
“Ah bu Melati bisa aja.” Kata Leoni santai.
“Hehehe…. Pasti ganteng deh.” Pikir bu Melati.
“Mba Leoni.” Panggil Wiliam ketika Melati dan Leoni sudah berada di depan pintu aula hendak masuk ke dalam.
“Wiliam.” Sapah Leoni menghampiri Wiliam yang sedang berdiri di depan pintu. “Kamu ngapain di sini? Tidak masuk ke dalam?” tanya Leoni.
“Aku ditugaskan Pak George untuk menunggu mba Leoni di sini.” Jawab Wiliam singkat. “Mari mba, bu.” Wiliam mempersilahkan Leoni dan Melati Bersama guru yang lain untuk masuk.
“Isshhh apaan sih, pake acara disuru pak Geroge, dasar maunya sendiri juga kalie.” Kata Melati.
“Kamu apa-apaan sih Mel? Ayo!” Ajak Wiliam.
“Heemmm… perhatian banget sama mba Leoni?” Sindir Melati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments