Beberapa menit mereka menunggu kedatangan sang presdir yang dimaksud. Sambil menunggu, Wiliam menceritakan berbagai informasi yang dia peroleh dari kepala personalianya yaitu Pak George mengenai presdir yang saat ini sementara mereka tunggu. “Pasti presdir kita ganteng yah? Iya kan bu Leoni?” kata bu Melati sambal menyenggol tangan Leoni yang sejak tadi diam saja.
“Iya pasti, namanya juga orang kaya pasti ganteng.” Wiliam menanggapi dengan tersenyum. “Saya juga pingin seperti dia, masih mudah, ganteng, berprestasi dan sudah bisa menerima tanggung jawab yang besar.” Wiliam menunjuk-nunjuk dagunya dengan jari telunjukknya seolah berpikir dengan keras. “Tapi aku tidak mau jadi cowok yang pengecut seperti dia, pasti banyak cewek yang sudah disakitinya.” Lanjut Wiliam yang masih dengan pemikirannya.
“Pak Wil ngomong jangan sembarangan dong! Emangnya pak sudah kenal dengan orangnya?” Bu Melati mengagetkan Wiliam.
“Tidak kenal juga sih, tapi kan rata-rata orang kaya gitu. Suka menghambur-hamburkan uang.” Kata Wiliam lagi.
Sementara Wiliam dan Melati sibuk dengan perbincangan mereka mengenai presdir yang baru, Leoni sendiri sibuk dengan pemikirannya. “Kok Glen tidak membaca pesan ku yah? Padahal sudah terkirim. Dia kok berpakaian rapih banget kayak mau pergi kerja? Tapi ke mana? Di telpon juga tidak di angkat, lagi apa sih?” Leoni bertanya-tanya dan penasaran dengan Glen yang tadi dia tinggalkan di rumah.
“Bapak/Ibu semua, tuan presdir sudah berada di ruang kerjanya. Sedikit lagi akan datang menjumpai kita di sini untuk itu harap semua tenang.” Pengumuman dari orang yang dipercaya untuk menjadi MC dan mengarahkan para pegawai, guru dan semua pihak yang hadir di tempat itu.
*
Di dalam kantor ruang kerja pak Lukas telah berkumpul para pimpinan Yayasan, mereka menunggu kedatangan Glen untuk membicarakan beberapa hal dan melaporkan keadaan yayasan sebelum melakukan pertemuan dengan semua pihak.
Tok… tok… tok (suara pintu di ketuk dari luar).
“Itu pasti presdir sudah ada.” Bisik pak Lukas sambal berdiri hendak menyambut kedatangan petinggi yayasan mereka tersebut kemudian diikuti oleh semua orang yang ada di situ.
Glen memasuki ruangan kerja tersebut dengan gagah dan tampan menggunakan setelan kemeja kerja berwarna biru muda senada dengan baju yang tadi Leoni kenakan.
“Hah???” Pak George bingung ketika melihat orang yang masuk ke dalam ruangan. “Bukannya itu temannya mba Leoni yang kemarin?” Kebingungan pak George melihat wajah pria tampan yang semakin dekat dengan dirinya.
“Om Lukas, senang bertemu Kembali.” Glen menyalami om Lukas sambil duduk di sampingnya yang merupakan kursi kosong.
“Glen… om juga senang bertemu denganmu. Selamat datang di Kupang. Mohon maaf om tidak tahu kedatanganmu. Untung saja papamu telpon.” Kata om Lukas panjang lebar.
“Tidak apa-apa om. Glen memang sengaja kasi surprise.” Glen tersenyum ramah menanggapi om Lukas.
“Hai…” tak lupa juga Glen menyalami Pak George yang ada di samping kirinya. Glen berada di antara Om Lukas dan Pak George.
“Mas?” pak George menerima tangan Glen yang terulur sejak tadi.
“Pak, tidak usa sungkan. Saya tahu apa yang ada dalam pemikiran anda.” Balas Glen dengan senyuman.
“Maaf, kemarin saya sudah punya feeling. Tapi entah kenapa tidak benar-benar mengenali anda, tuan.” Pak George sungkan.
“Sudah pak. Saya tidak permasalahkan lagi.” Kata Glen menenangkan. “Om Lukas, gimana? Apa persiapannya sudah beres?” Tanya Glen mengalihkan.
Pak Lukas sebagai wakil direktur cabang Kupang melaporkan kondisi yayasan saat ini secara detail kepada Glen sebelum bertemu tatap muka dengan semua karyawannya.
Setelah itu mereka menuju aula untuk menjumpai semua orang yang sudah menunggu mereka.
*
Di ruangan sebelah Leoni, Wiliam, Melati dan teman-temannya asik berbincang-bincang. Wiliam selalu memberikan perhatian kepada Leoni. Entah apa yang dirasakannya sampai bisa berlaku seperti itu pada Leoni, padahal mereka baru saja kenal. Sementara Leoni menanggapi Wiliam hanya karena menghargainya sebagai teman.
*
Sebelum bergabung dengan para karyawan di aula, Glen menyuruh om Lukas dan para pimpinan lainnya untuk lebih dulu masuk ke dalam aula dan menunggunya di sana karena dia mau ke toilet dulu.
“Bruuukkkk….” Glen meubruk seseorang karena berjalan menunduk sambal merapihkan bajunya.
“Hei kalau jalan tuh lihat-lihat sedikit yah!” Bentak orang yang ada di hadapan Glen.
“Maaf.” Kata Glen spontan.
“Kamu? Ngapain kamu di sini?” bentak orang itu lagi. “Mba Leoni masih ada pertemuan dengan pimpinan, jadi sebaiknya kamu pulang dulu dan tunggu saja di rumah. Kalau di sini yang ada malah kamu mengganggunya.” Marah Wiliam. Yah Wiliam adalah orang yang ditabrak oleh Glen saat keluar dari toilet sedangkan Wiliam mau masuk ke dalam toilet dengan Langkah yang buru-buru.
“Kamu! Berani-beraninya…..” Marah Glen memuncak namun tidak dapat dilanjutkan karena sudah langsung didorong oleh Wiliam menuju ke arah pintu keluar tanpa mendengarkan kata-katanya.
“Sebaiknya mas tunggu di rumah!” Perintah Wiliam dengan tegas tanpa berpikir panjang. Dia hanya tahu bahwa Glen datang ke sini untuk menemui Leoni bukan sebagai siapa-siapa di kantornya, sehingga dia sangat berani mengusir Glen. “Pak, jangan ijinkan mas ini masuk dan mengganggu pertemuan!” Perintah Wiliam kepada satpam yang sedang berdiri termangu melihat adegan di hadapannya.
“Pak Wiliam nih kenapa sih? Kok dia bisa mengusir pak presdir??” Pak satpam termenung memikirkan tingkah Wiliam barusan.
“Pak….” Glen mengayunkan tanganya di wajah pak satpam yang terpaku.
“Eh… tuan, maaf.” Pak satpam tersadar. “Ada apa tuan?” Pak satpam ketakutan karena dia tahu siapa yang ada dihadapannya ini, karena tadi waktu masuk ke dalam kantor, sempat dikenalkan oleh Pak Lukas kepada para satpam yang berbaris di depan pintu menyambut kedatangan mereka. “Tuan…..???” Pak satpam ragu-ragu untuk bertanya kepada orang yang ada dihadapannya saat ini.
“Tidak apa-apa pak. Lanjut saja bekerja!” Perintah Glen kemudian melangkah masuk Kembali, tapi pas sampai di depan pintu Glen tidak dapat membuka pintunya, seketika itu juga dia mengedarkan pandangan mencari pak satpam yang tadi namun orangnya sudah menghilang. “Isshhh… apa-apaan ini? Di kantor sendiri kok aku tidak bisa masuk?” Glen emosi. Dia berusaha menelpon om Lukas, tapi tidak bisa tersambung, dia menelpon Leoni pun juga sama. “Semua kok tidak bisa di hubungi?? Aaarrrrgggghhhhh……..” Glen tambah marah. “Lihat saja nanti, kamu akan mendapat hukuman Wiliam. Sombong sekali, kamu tidak tahu siapa aku?” Kata Glen arogan.
Kriiinnggg….. kriiiinnggg…. (bunyi hp menyadarkan Glen dari emosi nya).
“Haloo…. Kamu di mana sih? Di tungguin dari tadi, katanya ke toilet, tapi kok lama sekali? Semua orang sudah pada nungguin loh. Ayo cepat kesini!” Kata om Lukas dari balik telpon.
“Aku di depan kantor om, tolong bukakan pintu, aku tidak bisa masuk sekarang karena seseorang menutup pintunya. Sekarang!” Perintah Glen yang membuat om Lukas bertanya-tanya.
“Siapa yang menutup pintu masuk? Apa yang terjadi?” tanya om Lukas dalam hati. “Baik.” Jawab om Lukas singkat. Tidak menunggu lama, pintu langsung terbuka secara otomatis.
Glen tidak membuang-buang waktu, dia langsung masuk ketika pintu terbuka dan segera menuju aula, tak lupa juga dia Kembali merapihkan pakaian.
Di dalam aula, semua pada rebut berbincang-bincang dan menanti dalam tanda-tanya, kapan presdirnya akan datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments