HANCURNYA SEBUAH KESETIAAN
Jian Prisillya wanita tiga puluh tahun yang memiliki seorang putri berusia dua belas tahun. Menikah muda dengan seorang Alex Wijatmaka membuatnya berpikir hidupnya akan bahagia. Namun ternyata ia salah, selama pernikahan hanya tekanan dan penderitaan yang ia rasakan karena tekanan ekonomi membuat sikap Alex terkesan pelit. Tidak hanya itu, Alex selalu menyalahkan Jia tentang sikap anak semata wayang mereka yang mulai beranjak remaja. Apapun yang Jia lakukan selalu salah di mata Alex.
Mereka bukan berasal dari kalangan berada. Alex Wijatmaka bekerja di di sebuah PT sebagai manager keuangan yang gajinya lumayan. Namun ia memiliki sikap cuek, perhitungan dan terkesan pelit kepada istrinya. Ia hanya memberikan nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, bukan untuk kebutuhan pribadi Jia. Namun Jia tidak mempermasalahkan itu, selama tiga belas tahun ini Jia selalu setia menemaninya tanpa mengeluhkan sikap suaminya.
Malam ini di dalam dapur sederhana namun terasa nyaman, Jia sedang menyiapkan makan malam untuk suami dan putri tercinta. Setelah selesai ia memindahkan masakannya ke dalam wadah.
" Ma."
Jia menoleh ke belakang, putri cantiknya nampak berjalan menghampirinya.
" Iya sayang, ada apa?" Tanya Jia tersenyum manis.
Valerria, gadis itu tahu jika di balik senyuman sang mama tersirat kepedihan yang mendalam. Sering kali ia mendapati mamanya menangis di malam hari setelah terlibat perdebatan dengan papanya. Satu hal yang sering mereka perdebatan adalah masalah uang. Papanya selalu bilang kalau Jia boros, tidak pandai mengatur keuangan, padahal uang yang di berikan papanya hanya cukup untuk makan. Ia tahu kalau sisa gaji yang di berikan kepada mamanya masih banyak. Namun ia tidak tahu papanya gunakan untuk apa.
" Sayang, kenapa? Kok malah melamun?" Tanya Jia menyentuh bahu putrinya.
" Ma, kalau aku minta uang sama papa untuk makan makan sama teman teman aku, kira kira boleh nggak ya Ma. Bulan depan kan aku ulang tahun, aku sering di ajak makan sama teman teman pas ulang tahun mereka. Aku nggak enak Ma giliran ulang tahun aku, aku tidak memberi apa apa." Curhat Valle kepada ibunya.
Semua orang pasti punya pemikiran masing masing, begitupun dengan Valle. Ia punya prinsip, jika ia mau menerima pemberian maka ia juga harus mau memberi. Hitung hitung balas budi kepada mereka yang telah memberi kita.
" Coba saja kamu bilang sama papa, tapi jangan sakit hati kalau papa tidak memberinya. Mama akan berusaha memberikannya untukmu sayang." Sahut Jia.
Ibu mana yang tega menolak permintaan putrinya, apalagi permintaan itu cukup sederhana. Sebagai seorang ibu, Jia ingin memberikan yang terbaik untuk putrinya asalkan permintaan putrinya masih di batas wajar.
" Semoga papa mau memberi ya Ma, jangan seperti biasanya kalau aku minta uang jawabnya pasti tidak punya. Benar benar pelit." Gerutu Valle.
" Nggak baik sayang seperti itu sama papamu sendiri. Kamu sendiri kan tahu pekerjaan papa kamu, mungkin saat ini papa sedang menabung untuk masa depan kamu karena semakin ke sini biaya sekolahmu semakin mahal sayang. Kamu yang sabar ya." Ucap Jia mengelus rambut putrinya.
" Iya Ma, aku minta maaf." Ucap Valle.
" Mama maafkan sayang, sekarang bantu Mama menata makanannya di meja makan. Sebentar lagi papa kamu pulang." Ujar Jia di balas anggukkan oleh Valle.
Selesai menata makanan, nampak Alex menghampiri mereka.
" Sudah pulang Mas?" Ucap Jia mencium punggung tangan suaminya dengan takzim.
" Siapkan aku makan!"
Selalu seperti itu, tidak ada hangat hangatnya sikap Alex kepada Jia. Ia hanya akan memanggil Jia jika ada perlunya saja. Seperti minta kopi, minta di belikan rokok, atau minta di pijitin. Terkadang Jia berpikir, apakah suaminya sudah tidak mencintainya lagi?
" Kita sudah tidak muda lagi, sudah bukan waktunya membicarakan tentang cinta. Yang penting selama ini aku tidak pernah bermain wanita di belakangmu. Aku tetap menjalankan tanggung jawabku dan kewajibanku padamu."
Kata kata itu yang selalu keluar dari mulut Alex saat Jia menanyakan tentang perasaannya. Bukankah jawaban itu membingungkan? Namun Jia tidak pernah ambil pusing, setelah ia bertanya ia selalu melupakan hal itu.
Dengan penuh kasih sayang, Jia melayani Alex dengan baik.
" Ini Mas." Ucap Jia meletakkan piring berisi makanan beserta air minumnya di depan Alex.
Mereka makan dengan khidmat, selesai makan Alex mematik rokoknya lalu menyesapnya. Valle menatap Jia di balas anggukkan kepala olehnya.
" Pa bulan depan aku ulang tahun." Ucap Valle.
Alex tidak bergeming, ia lebih asyik menikmati rokoknya.
" Aku mau minta uang buat traktir teman teman." Sambung Valle.
Alex langsung menatap Valle dengan tajam.
" Kamu itu bisa sekolah saja mestinya sudah bersyukur. Kenapa harus ada acara ulang tahun? Pakai mau traktir teman teman segala. Memangnya papamu banyak uang apa? Papa dulu tidak sepertimu, jangankan untuk membeli jajan. Bisa makan saja sudah bersyukur."
Cessss....
Hati Jia bagaikan di sayat sembilu, matanya berkaca kaca menahan air mata yang siap tumpah membasahi pipinya. Jia menatap Valle yang menundukkan kepalanya, entah apa yang Valle rasakan saat ini Jia sendiri tidak tahu.
" Mas jangan samakan zaman kita dengan sekarang. Valle hanya ingin...
" Turuti terus semua permintaannya. Kamu terlalu memanjakannya Jia sehingga dia tidak bisa menjadi anak mandiri." Ucap Alex dengan nada tinggi membuat Jia berjingkrak kaget sambil memejamkan matanya.
" Minta anakmu untuk sekolah yang benar biar dia jadi orang yang sukses. Dengan begitu apapun yang dia mau, dia bisa membelinya sendiri." Ucap Alex.
Jia memberikan kode lewat matanya kepada Valle untuk mengikutinya. Mereka berdua berlalu meninggalkan Alex sendirian.
" Selalu seperti itu. Kalau di nasehati selalu marah, selalu ngambek. Dasar anak sama ibu sama saja." Teriak Alex.
Jia menggandeng tangan Valle menuju kamarnya.
" Kamu masuklah ke kamar! Jangan khawatir! Mama pasti akan memberikanmu uang." Ucap Jia.
Valle hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Ia tahu apa yang akan di lakukan ibunya setelah ini. Dengan patuh Valle masuk ke dalam kamarnya. Begitupun dengan Jia, ia masuk ke kamar lalu membanting tubuhnya di atas ranjang.
" Hiks... " Isak Jia memukul dadanya yang terasa sesak.
" Kenapa harus berkata seperti itu? Kenapa harus menyakiti hati putriku? Jika aku yang tersakiti sudah biasa, tapi putriku? Aku tidak bisa menerimanya. Ya Tuhan.. Sampai kapan aku harus merasakan sakit seperti ini?" Hati Jia menjerit menahan rasa sakit yang menjalar di dadanya.
" Aku harus melakukan sesuatu demi perubahan dalam hidupku dan anakku."
Kira kira apa nih yang akan di lakukan Jia?
Jujur Author ngetik ini sambil menangis. Adakah yang pernah merasakannya?
Terima kasih...
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rusme Juthec
ini ceritanya merakyat bget
banyak d kehidupan nyata
ok
2023-09-25
3
Rani Ummi
ada dulu tetanggaku suaminya pelit...mo beli bakso aja kadang hrs nunggu suaminya ngasi...
2023-07-20
1
sella surya amanda
lanjut
2023-07-04
1