Cinta Sholeha
Setelah berdiam diri di atas sajadahnya, Sholeha enggan memikirkan apa yang telah di katakan ibunya tadi. Ia masih nyaman bertopang dagu sembari bergumam meyebut Asma Allah, Sholeha sedikit mengurai segala gambaran semua yang terjadi dihari itu.
Dengan adanya tawaran yang sedikit bernada perintah dari ibunya membuat Sholeha tampak lesu setelah salat Dzuhur.
"Boleh ndak sih? Kalau Leha ngomong tidak bisa Bu, Sholeha tidak mau, nanti saja Sholeha belum bisa" ucapnya pada diri sendiri.
Dia menarik nafas dalam-dalam, dengan malas Sholeha melipat sajadah dan mukenahnya, berdiri sembari menatap keluar jendela.
"Permudah Ya Allah," gumamnya lirih.
Sebelum azan tadi, ibu datang menemui Sholeha ke kamarnya. Ibu menyampaikan petuah dan beberapa nasihat, setelah dilihat anak gadisnya yang tak kunjung beranjak dari tempat tidurnya sejak pagi.
"Nduk, nduk, bangun toh Sholeha, kamu ndak bosen disitu terus. Lama-lama kok koyok uler kasur gitu!" ibu menepuk pundak Sholeha. Dia datang lagi setalah azan selesai berkumandang.
"Bentar Buk, sekalian aja dzuhur-an nanti," sahutnya masih tetap terpejam dan menggeliat.
"Sini loh liat Ibu, mau ada perlu Ibu ki kok malah ndak bangun!" Sholeha masih terdiam, ia belum mau menanggapi sang Ibu.
"Sholeha anak Ibuk MasyaAllah Nduk, ayok duduk dulu sini!" perintahnya sekali lagi.
Sholeha bergegas beranjak, setelah merasa ibunya terdengar akan membicarakan hal penting. " Ada apa Ibu ku sayang, kok kayaknya beneran penting gitu ?" sahutnya sembari bergelayut manja di tangan sang ibu.
"Gimana ? Arman jadi ke rumah ndak Minggu ini, katanya mau lamar kamu, kalau jadi biar ibu telfon Mas mu, biar kesini hari Sabtu, biar ndak mepet. Kan gampang atur persiapan makanan dan lainnya."
Belum selesai ibunya bicara terlihat wajah Sholeha yang bertambah murung.
"Bu, Mas Arman ndak jadi kesini. Katanya belum siap menikah kalau tahun ini"
"Gimana toh Nduk, kok lama-lama Ibu ini ndak yakin sama dia. Serius apa ndak dia, kamu ndak sedih di gitu-in ?"
Ibu tampak sangat kesal mengingat janji Sholeha yang disampaikan kemarin malam. Sekuat tenaga Sholeha menahan tangis, mengingat kekecewaan terhadap Arman.
"Sabar ya Bu, Leha juga bingung"
"Bicarakan lagi Nduk, kabar lamaran mu sudah banyak yang dengar, apa lagi teman-teman Ibu. Kalau bisa jangan lama-lama ya ! " ibunya melangkah keluar kamar.
"Terus aku harus gimana ?" ucapnya dalam hati.
Setelah sempat terdiam beberapa saat, Sholeha pergi untuk salat. Masih sangat sibuk hati dan pikirannya, dia mulai teringat bagaimana Arman menyampaikan batalnya janji Minggu nanti.
Setelah berpacaran dengan Arman satu tahun lalu, Sholeha ingin sekali secepatnya berkeluarga, karena desakan sang ibu yang terlampau sering juga. Tapi apalah daya, tidak jadi di lamar malah Arman memutuskan hubungan seakan menyerah sebelum berjuang.
Anehnya Sholeha tidak terlihat sedih, hanya saja ia merasa tidak enak pada ibunya. Jadilah ia belum mengatakan yang sebenarnya pada sang ibu. Apalagi melihat ibu yang tidak sabar ingin segera punya mantu di tahun ini.
Sholeha, lebih tepatnya Rahma Nia Sholeha adalah anak bungsu di keluarga bapak Sulaiman dan ibu Fatma, yang sudah cukup usia untuk berumahtangga. Tetapi tak kunjung mengenalkan pacarnya kepada kedua orang tuanya. Ia hanya menceritakan tentang Arman sesekali pada orang tuanya.
Mengingat semua keluh kesah ibunya setiap hari menjadikan ia bimbang terhadap kenyamanannya pada hubungan lama tanpa kejelasan bersama Arman. Ketika ia meminta dinikahi malah diputuskan oleh Arman. Ya, sudah patah malah susah pula, niatnya mau membahagiakan keluarga malahan mengecewakan, begitu besar sesalnya dalam hati.
"Ya sudahlah, pasrah saja yang penting udah usaha" ucapnya pada diri sendiri.
Nanti setelah Maghrib Sholeha akan membicarakan lagi dengan ibu bapaknya.
Keberanian dan ketenangannya ini muncul setelah ia salat dan berdoa tadi.
Yang perlu digaris bawahi, dia tidak terlihat sedikit pun bersedih, namun tidak bohong jika hatinya terluka dan kecewa atau dia sudah lelah menghadapi kisahnya yang berulang kali di beri harapan tak jelas oleh Arman.
Sholeha tidak bisa menunggu lebih lama jika tidak ada kepastian, dia tidak menyerah namun memutuskan mengaku kalah dari kesabarannya menemani Arman tanpa kejelasan arah hubungan itu.
Dengan berat hati Sholeha menyudahi segalanya meski berat. Apa lagi sikap Arman yang terlihat acuh dengan permintaannya, Sholeha merasa tidak ada hal yang perlu ia teruskan jika Arman tak menginginkan.
Meski akhirnya ia harus patah hati, Sholeha tak bisa perduli lagi, ia tak bisa melanjutkan kisahnya ini.
***
Saat itu Sholeha menemui Arman setelah pulang kerja, keduanya berbincang di warung bakso langganan mereka.
" Mas, Ibu minta kita segera lamaran"
" Ha, Mas kan sering bilang ke kamu kita seperti ini saja dulu, belum siap aku nikah tahun ini, " jawab Arman tanpa ragu.
" Kita bisa tunda nikahnya Mas, yang lain juga gitu"
" Aku masih perlu cari banyak uang"
Sholeha tak ingin banyak lagi bicara, dia lelah membujuknya.
Tiba-tiba Arman menatap Sholeha, " Kita putuskan saja hubungan ini, aku lihat kamu tidak ingin lagi bersama denganku, kamu terlihat tidak sabaran akhir-akhir ini, " ucap Arman tiba-tiba.
Matanya tak sedikitpun melihatkan kesedihan, entah apa yang merasuki Arman saat itu, Sholeha tak bisa memahami pria itu.
" Kenapa?" Tanya Sholeha bingung.
" Agar kamu segera menikah, cari saja yang mau menikahi mu dalam waktu dekat ini " jawabnya tegas.
" Se-sakit ini rasanya patah hati, kamu terlalu berani menyakitiku seperti ini"
Saat itu menangis pun Sholeha tak ingin.
Terlalu kecewa, membuat air matanya membeku, ucapan yang kasar menyakitinya itu tak mampu menjatuhkan air matanya.
Sholeha mengusap dadanya dengan kasar, ketika mengingat pertemuan terakhir dengan Arman yang kini jadi mantan kekasihnya setahun lalu. Sholeha bahkan sedikitpun tak membayangkan akan begini akhir ceritanya, meski hanya harapan Sholeha juga ingin berkeluarga bersama Arman hingga tua.
"Mungkin kita hanya berjodoh sampai di sini saja, jika aku bisa menikah lebih cepat dari mu, ku harap aku bisa melupakan dan segera memperbaiki harapan bersama orang yang baru" Sholeha menguatkan dirinya dengan kata-katanya yang ia ucapkan sendiri.
Entah seperti apa bentuk luka yang menganga dalam hatinya, yang jelas meski secuil pasti terasa sakit. Hanya Sholeha yang bisa merasakannya.
" Kita berjuang sekali lagi, kita susun kembali hatimu yang mulai runtuh tak berbentuk. Kita percayakan semua kepada Allah, semoga dan semoga ah aku tidak bisa menyebutkan banyak doa lagi" bisik Sholeha pada dirinya yang tengah bersiap menemui kedua orang tuanya.
***
Setidaknya perjuangkan aku dulu
Kamu tau aku sangat mencintai mu
Jangan paksa aku untuk ikut
Menyerah menunggumu mu juga
Atau tak membekas kah meski sedikit
Tentang cerita kita selama setahun ini?
Secuil kata hati, Sholeha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
auliasiamatir
semangat yah Soleha, semoga akan menemukan pria terbaik nantinya.
aku subscribe cerita keren ini
2023-10-11
1
auliasiamatir
lah.... buk fatmah juga ada di sini 😁
2023-10-11
1
Ayleela
semangat leha
semangat thorr
follback yaaa
2023-09-29
2