Setalah bertekad mengatakan yang sesungguhnya pada ibu bapaknya, Sholeha keluar dari kamar menghampiri ibu yang sedang duduk di meja makan sendiri. Sholeha tak mendapati bapaknya di sana, mungkin saja dia sedang ada acara di masjid seperti biasanya.
Sedikit ragu Sholeha bertanya "Ibu kenapa?" kata Sholeha ia menghampiri sang ibu, duduk di sampingnya.
Suara Sholeha mengejutkan kan sang ibu, membuatnya sedikit terperanjat. Tidak langsung menjawab, Bu Fatma malah menarik napas panjang.
"Ndak Nduk, cuman sedikit lelah kok rasanya Ibu ini kebanyakan berharap atau gimana ?" menatap sholeha yang telah mengerti arah pembicaraan ibunya.
Semakin resah Sholeha menatap ibunya, hendak menghibur pun rasanya tidak kuasa. Ingatannya kembali kepada ucapan Arman mantan kekasihnya waktu itu.
"Ha, kalau kamu mau nikah cepat aku ndak bisa, katakan saja pada orang tua mu agar mencarikan calon untukmu. Kamu tau aku belum siap mengakhiri kegemaran ku pada masa bujang ini, kita pacaran saja dulu jika kau masih mau dengan ku!" tanpa ragu Arman mengatakan itu pada Sholeha kala itu.
Memang setiap jawaban yang di berikan pada Sholeha selalu saja berbeda, dan juga Sholeha yang mungkin terlalu berkali-kali menanyakan hal yang sama pada Arman.
Masih menimbang segala apa yang ingin dia ucapkan Sholeha terdiam di depan ibunya. Sebenernya tidak ada alasan lain yang memberatkan hubungannya dengan Arman selain terlanjur dekat saja. Terlebih Arman adalah teman sekolahnya dulu, dan cukup lama mereka berpacaran. Soal rasa, dia saja masih bingung antara suka saja atau memang benar karena cinta. Ya, itu lah yang dirasa Sholeha selama ini. Cukup membuang waktu, dan sayangnya ia tidak menyadari itu lebih awal.
"Buk, sebenarnya Leha udah ngak lagi pacaran sama Mas Arman" Sholeha diam menunggu respon sang ibu.
"Kalo ndak pacaran ya sudah, biar Ibu carikan kamu calon !"
Wajar saja Bu Fatma memutuskan seperti itu, sebab terlihat ia yang tak begitu suka pada Arman. Selain sikapnya yang terlihat masih ke kanak-kanakkan Arman juga kurang pandai mengambil hati Bu Fatma menurut Sholeha. Sholeha tak sedikit pun terkejut atas itu, berharap agar ibunya mengerti sosok Arman saja sudah cukup sulit, apa lagi memilihnya menjadi menantu. Bukan yang buruk atau kurang yang seperti apa menurut Bu Fatma, bukankah orang tua memang memiliki kriteria mantu tersendiri kan?.
"Ibuk mau jodohkan Leha dengan siapa, padahal Leha belum sembuh dari patah hati, " jawab Sholeha sambil menunduk sedih.
" Yang penting Ibu usaha dulu, entahlah siapa yang mau sama kamu ini. Oh mungkin nanti Ibuk tanya-tanya sama Bulek mu. "
" Ibuk, apa aku seburuk itu sampai ndak ada yang mau."Sunggut Sholeha. Sungguh bukan bermaksud marah pada ibunya Sholeha hanya sedikit tersinggung.
"Bicarakan saja lagi nanti pada Bapak mu, Ibuk mau istirahat sebentar, "
Bu Fatma meninggal kan Sholeha di meja makan sendiri. Setelah berdiam diri cukup lama, kemudian terdengar derit pintu terbuka, terlihat bapak masuk dan melepas pecinya.
" Nduk, Ibuk mu kemana, mosok sudah tidur masih sore gini, sudah makan dia?"
Sembari membuka tudung saji di meja.
Sholeha berdiri mengambilkan piring dan sendok untuk bapaknya.
"Katanya mau istirahat sebentar Pak, mungkin Ibu sedikit lelah."
Tidak ada balasan dari bapaknya, Sholeha terus mengambilkan lauk ke dalam piring yang dipegangnya.
Jangankan berani, belum bicara saja Sholeha sudah gugup setengah mati ingin ngobrol dengan bapaknya. Nanti setelah makan mungkin Sholeha punya kesempatan.
Ketimbang ibunya, bapak memang lebih berpandangan terbuka pada anak-anaknya, dan sebab itu pula mengapa Sholeha jauh lebih takut mengecewakannya. Lama mengamati bapaknya tanpa kata, membuat Sulaiman penasaran.
"Kenapa Nduk, apa ada masalah, kok Bapak liat kamu murung gitu, ayok cerita sama Bapak ! " ucapnya begitu saja.
Setelah ditanya, bertambah lah ketakutan Sholeha, seperti tidak ada alasan berkilah akhirnya Sholeha menjawab dengan berhati-hati.
"Mas Arman ndak jadi lamar Leha Pak, malah dia putusin Leha sekarang, " hanya sebanyak itu Sholeha berucap, harap-harap cemas ia melihat kembali raut wajah sang bapak.
Sebuah wajah datar tanpa ekspresi namun sedetik kemudian ada senyuman kecil terbit di sana.
" Bagaimana perasaan mu Nduk, Bapak cukup menjadi pembela mu saja jika Leha ikhlas menerima, Bapak akan coba dengarkan keluh dan kesah mu. Jika anak ku ini masih belum ridho, apa Bapak harus menemui Arman untuk bicara lagi?"
Sungguh kehangatan yang begitu menentramkan, bak mendapat harapan dari segala kesedihannya Sholeha segera memutus ayahnya bicara.
"Leha ikhlas jika tidak berjodoh dengan dia, tapi Leha belum mau dijodohkan dengan pilihan Ibu, Leha ingin berfikir dengan tenang dulu sebelum mencari pengganti. "
"Kapan Ibu mu berkata seperti itu, Leha boleh memutuskan apa saja untuk dirimu sendiri, dengan catatan harus bertanggung jawab atas segala akibatnya, Bapak tidak memaksa yang penting Leha juga harus tau batasan, seorang anak itu tetap membutuhkan restu dari orang tua. "
"Bapak ndak marah sama Leha?"
"Kamu sudah besar Nduk, gagal di perjalanan bersama Arman pasti ada masalah dan sebabnya. Toh kamu sudah menghabiskan waktu setahun dengannya, Bapak hanya bisa berdoa agar kamu dapat ganti yang benar-benar pas buat kamu. "
"Maafkan Leha yak Pak, Ibu saja sampai kecewa sama Leha, ya memang betul kalau Leha yang ndak mau dengerin Ibu dari dulu "
Tiba-tiba terdengar ibu keluar dari kamar, langsung menyahuti Sholeha bicara.
"Ngobrol sama Bapakmu ndak pakai merajuk Ha, tadi aja hampir marah sama Ibu sekarang malah cengengesan gitu " sindir Fatma sambil mendaratkan pantat nya di kursi sebelah bapak.
Yang di sindir malah tertawa lebar, jelas sekali kalau dapat energi positif.
" Leha ndak gitu Buk, itu karena Bapak ngomongnya bikin adem kan Leha jadi seneng. "
" Halah kamu ini, diomongin baik-baik sama Ibu bawaannya cemberut terus besok-besok Mas mu tak suruh kesini nasehati kamu! " cerocos nya tidak terima.
" Ibuk ndak makan?" tanya bapak.
" Sebentar lagi Pak, belum terlalu lapar Ibuk. "
Setelah dipastikan tidak ada perdebatan lagi, Sholeha hendak beranjak dari duduknya. Ingin berdamai dengan dirinya sendiri, sok kuat pikirnya padahal hendak merenung sedalam dalamnya.
Sholeha masuk ke kamar melihat ponselnya tergeletak di atas kasur. "Nonton drama Korea aja kali biar ndak mumet " gumamnya.
Sungguh beda memang gadis satu ini, terlalu cepat berganti moodnya. Jika orang lain masih kebingungan dengan masalahnya, apalagi perkara putus cinta. Semua orang terbiasa kalau putus cinta, ya pasti nangis dan galau, Sholeha tidak seperti itu.
Apa penyebabnya?
Oh mungkin saja karena terlalu malas berharap pada mantan pacarnya itu. Kata orang hubungan yang lama akan menumpuk banyak kenangan berharga tapi mengapa tidak untuk Sholeha, biasa-biasa saja menurutnya.
Hem......
Kejam sekali Sholeha, terkesan tak berkomitmen tapi itu lah, Ramania Sholeha datar-datar saja orangnya. Mungkin saja karena terlalu kecewa, karena walau bagaimanapun rasa kecewa tidak akan sembuh walau datang berbagai beribu-ribu alasan. Dan ya, Sholeha berhak menyikapi semua masalah hatinya dengan berbagai cara, hanya dia yang bisa memilih cara untuk menyembuhkan lukanya sendiri.
Menonton drama romansa Korea yang begitu manis, akan sedikit membantu memperbaiki suasana hatinya yang tidak karuan. Kemungkinan terbesarnya hanya iri dan ingin menjadi pemeran wanitanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Cokies🐇
alapyu bpaknya leha
2023-09-08
1
Cokies🐇
nah bener, kata"nya nyelekit wkwkwk
2023-09-08
1
Nindi Amaliya A.G
kamu thor
2023-07-16
1