Setelah melepas segala penatnya dengan menonton drama, Sholeha semakin pusing dikala ia malah berfikir akhir jalan ceritanya jadi sad ending.
Malam sudah semakin larut, Sholeha belum juga tertidur. " Kenapa sih jadi bimbang begini, solusi terbaik dan nyaman apa?" tanyanya sendiri dalam hati.
Suara denting jam dinding semakin nyaring terdengar tapi matanya belum juga terpejam, dengan ditemani sepi, Sholeha berucap pada dirinya lagi, " Masih ada hari esok yang mungkin lebih berat, ayo istirahat lah dulu wahai diri "
Dibersamai doa Sholeha pun berhasil tertidur, nyatanya dia terbangun sampai azan subuh berkumandang.
Dinginnya air meresap pada pori-pori Sholeha, begitu dingin dan ngilu membuat matanya lupa kalau semalam susah terpejam. " Ih dingin sekali ... " Terdengar Sholeha sampai menggertakan giginya.
" Baru bangun Nduk, ?" tanya bapak yang hendak berangkat ke masjid.
" Iya Pak, agak kesiangan hehe"
Tidak terdengar bapak menanggapi Sholeha, ia terus melangkah keluar rumah. Sedangkan ibu belum terlihat keluar dari kamar.
Sholeha sholat dengan kusyuk, berdzikir dan berdoa sesuai dengan pinta dan harapannya. Tak dapat dipungkiri jika hidup yang kita jalani tak lepas dari ketentuan dan izin Tuhan, sebagai hamba yang fakir tentulah sepantasnya mengharap perlindungan kepada Nya. Dengan sepuluh kali sholawat saja di pagi hari, yang dijadikan bekal Sholeha untuk menjalani hari ini hingga akhir.
Matahari telah sedikit naik, Sholeha bersiap memulai kerjanya. Dia harus bersiap menyambut anak-anak paud dan mempersiapkan segala perlengkapan bahan ajar guru nanti. Sholeha adalah staf perlengkapan di sana, pekerjaan sederhana yang hampir setahun ia telateni itu cukup untuk membuatnya sedikit bahagia dalam hari-harinya.
Setelah lulus SMA dia tidak meneruskan pendidikannya. Entahlah dia mengapa begitu malas kuliah dulu, sampai ibuk bapaknya saja menyesalkannya.
Setelah berpamitan pada ibunya, Sholeha melajukan motor kesayangannya menuju paud. Setiap harinya ia jalani dengan kegembiraan, apalagi tempatnya yang tidak terlalu jauh dari rumah, membuatnya merasa nyaman dan tak perlu terburu-buru.
Baru beberapa meter ia melaju, seorang ibu menyapa sambil memintanya berhenti. "Mbak Leha, tolong ya anak ku mau barengan berangkatnya, saya ndak sempat antar! " sembari menggandeng Irfan yang sudah rapi dengan seragamnya.
" Oh iya boleh Buk" tak ketinggalan senyum ramah di tampakkan nya.
Melaju dengan berhati-hati Sholeha didekap erat oleh teman kecilnya.
Terkadang ia sendiri merasa telah menjadi ibu muda yang antar jemput anak sendiri. Ah kembali terngiang gambaran kehidupan rumah tangga yang ia idam-idamkan bersama si mantan dulu.
Hem mantan lagi kan ujungnya.
Tak terasa sampailah mereka di halaman sekolah yang riang itu, dengan hati-hati ia menurunkan penumpang kecilnya. "Alhamdulillah sampai juga ya Fan, turun yok Mbak bantu"
" Terima kasih ya Mbak Leha, Irfan masuk dulu" dengan melambaikan tangan pada teman-temannya Irfan mulai berlarian ke dalam kelas.
Terlihat juga para guru mulai berdatangan, dan Sholeha pun masuk ke ruangan kerjanya. Bersiap mencetak soal dan sebagainya. Di tengah keseriusannya terdengar Irma datang dengan menenteng kotak bekal di tangannya.
" Sudah kerja aja kamu Ha, ndak cuti dulu kan lagi patah hati " katanya tiba-tiba, tak lupa pula cengiran di wajahnya.
" Apa sih kamu Ir, aku baik-baik aja kok, ndak perlu lah segitunya" Sholeha menyahuti temannya itu tanpa menoleh sedikitpun dari fokusnya saat ini.
Irma menghampiri sobatnya itu, ada rasa bersalah setelah mendengar perkataan Sholeha tadi. " Apa ndak jadi putus kamu Ha, cuman nunda lamaran aja kan?"
Sholeha menatap Irma lekat-lekat wajah temannya itu, sembari mencari keseriusan atau hanya candaan. " Aku emang batal lamaran juga sudah putus-an "
Irma terdiam sesaat, " Maaf Ha, aku terlihat mengejek ya?" Irma menyentuh pundak Sholeha yang terlihat meninggi.
" Aku ngak marah kok Ir, aku juga lagi berusaha damai sama kenyataan. Cuma berasa aneh aja, ternyata pacaran lama ndak ngaruh juga buat hidupku yang semakin tua semakin ndak jelas, " Ucapnya singkat.
" Ndak ada niat balikan Ha?"
" Lelah aku Ir, ndak akan ada solusinya jika balikan. Mas Arman juga kayaknya ndak ada niat lamar aku. Yang ada aku tuh heran, jadi selama ini kita tuh ngapain coba, rencana ke depan aja gak ada. Bodoh banget kan aku? Kesel sendiri kadang"
Setelah mereka saling diam Sholeha kembali menarik nafas panjang dan berkata" Ternyata un faedah banget "
" Gitu ya Ha, berat banget nyeselnya?" sahut Irma.
" Entahlah "
Mereka berdua sepakat mengakhiri perbincangannya, terlebih hari semakin siang membuat keduanya bergegas beraktivitas. Menjadi pekerja dimana pun tidak akan nyaman jika terlalu banyak membawa masalah pribadi ke dalam aktivitasnya. Membuat fokus terpecah dan tidak bersemangat.
Paud Nusa Bakti, tempat Sholeha membagi waktu dalam kesehariannya.
Belum lama ini menjadi Paud terbaik di sana, lingkungan yang indah dan nyaman membuat pekerjaannya sedikit menumpuk. Kesibukan yang baik untuk hati Sholeha yang sedang tak karuan. Bagaimana pun dia baru saja patah hati.
***
Sholeha masuk ke kamarnya, setelah makan malam. Tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari Ayu, istri kakaknya.
" Halo, Assalamualaikum Mbak, tumben ada apa? "
" Mbak mau kabari kamu Ha, Mas mu ndak jadi ke rumah, maaf ya Ha. "
" Oh ndak apa-apa Mbak, lagian belum jadi lamaran " jawabnya se-adanya.
Setelah menjelaskan secara singkat Ayu mengakhiri telfonnya. Bahkan Mbak iparnya itu malah menawarkan waktu luang untuk mendengar curhatan Sholeha. Ia cukup senang atas perhatian iparnya itu, namun jelas ia sedikit malu untuk menceritakan nasib buruk percintaannya.
Sholeha berniat kembali duduk bersama ibu bapaknya, tetapi terdengar seperti sedang ada tamu, Sholeha pun mengubah tujuannya menyusul mereka di ruang tamu. Jadilah ia terduduk di meja makan sembari mengupas jeruk yang ia ambil dari kantong plastik.
" Sholeha Nduk, kamu disini?" ucap ibuk kembali dari ruang tamu.
" Siapa Bu? " tanyanya mengabaikan pertanyaan sang ibu.
" Oh itu, Nak Sholeh habis antar barang pesanan Bapak"
" Bapak beli apa lagi Buk?"
Tak terdengar lagi ibu menjawab, dia hanya mengambil kan minum untuk tamunya itu.
Duduk cukup lama menunggu orang tuanya, Sholeha sampai menghabiskan dua buah jeruk disana. Entahlah dia hanya ingin menunggu tamu ayahnya itu pulang dan segera berbincang dengan mereka.
Di saat ia hendak membuang kulit jeruknya, tampak ibu dan bapak, bergabung dengannya. "Sudah pulang Pak tamunya, kok ndak lama?"ceplosnya penasaran.
Bukan dari bapak malahan ibu yang menyahuti. "Kalau lama-lama nanti dikira hendak melamar kamu " selorohnya bernada renyah, tanda hanya sebuah candaan.
" Ah Ibu, emang dia mau sama aku?" tanyanya sembari tersenyum.
" Kalau kamu, mau sama dia?" ucap Sulaiman tiba-tiba.
Sholeha sampai bingung menjawab bapaknya yang terlihat sangat serius.
" Maksud Bapak apa?" tanya Sholeha memastikan.
" Daripada kamu sama Arman, Nak Sholeh jauh lebih siap" celetuk ibu.
" Ibu, ndak boleh loh gitu "
"Bapak serius ini loh Nduk?" ucapnya lagi.
Sholeha terdiam, bagaimana konsepnya ini? dia sudah dijodohkan saja dengan orang lain padahal baru putus cinta, sebegitu cepatnya mereka mendapat target calon menantu.
Sungguh Sholeha baru menyadari jika selama ini ia berpacaran dengan Arman tidak terkesan sama sekali bagi kedua orang tuanya, sangat terlihat jelas, sebab mereka tidak menunjukan prihatin sama sekali atas kegagalan hubungan ini.
Ah sedih sekali ....
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
novita setya
ingat ya mb leha ga ada lembar krj loh..khikhikhi..loosepart wae wes seneng muridnya
2023-10-16
1
auliasiamatir
soleh dan Solehah cocok dong
2023-10-12
0
auliasiamatir
sesuai namamya, soleha emang gadis Solehah
2023-10-12
0