Ambar Untuk Sakti
Di suatu malam yang mana kondisi di luar tengah terjadi hujan lebat disertai petir yang menggelegar seorang wanita nampak duduk diam di dalam mobilnya, ia nampak menatap pada sebuah rumah yang ada di depannya. Wanita bernama Ambar itu nampak masih ragu apakah harus turun dari mobilnya dan menghampiri rumah itu yang merupakan rumah lain milik suaminya. Akhirnya setelah diam beberapa saat, Ambar memutuskan untuk turun dari mobilnya dan berjalan dengan payung menuju rumah tersebut, ada sedikit keraguan ketika Ambar berdiri di depan pintu utama rumah itu. Ia menekan bel namun tidak ada jawaban dari dalam, tangan Ambar kemudian sontak mendorong gagang pintu dan rupanya pintu tersebut tidaklah terkunci yang membuatnya terkejut.
“Tidak terkunci?”
Ambar kemudian masuk ke dalam rumah dan menutup kembali pintu rumah, ia meletakan payung di sebuah tempat khusus yang disediakan dekat rak sepatu, ia melihat sepasang sepatu milik suaminya dan juga sepasang sepatu milik wanita yang tentu saja miliknya.
“Apakah aku sanggup untuk menghadapi semua ini?”
Ambar kemudian melepas sepatunya dan berjalan masuk lebih jauh ke dalam rumah yang nampak sepi dan minim penerangan itu namun ada sebuah penerangan dari sebuah kamar yang jelas pantulan cahayanya terlihat dari
tempatnya berdiri. Ambar kemudian berjalan menuju sumber cahaya itu berasal dari sebuah kamar yang pintunya tidak tertutup dengan rapat hingga menyisakan celah kecil bagi Ambar untuk dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ambar memberanikan diri untuk melihat dari celah pintu yang terbuka itu dan ia mendapati suaminya yang tengah memadu kasih dengan wanita yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri. Ambar tidak kuasa untuk menahan emosinya, ia langsung mendorong pintu dan merangsek masuk ke dalam yang membuat kedua orang yang tengah memadu kasih itu terkejut bukan main.
“Ambar? Apa yang kamu lakukan di sini?!” tanya suaminya.
“Harusnya aku yang bertanya padamu, Mas! Kenapa kamu ada di sini dengan Sintia?!” jerit Ambar dengan berlinang air mata.
“Aku bisa menjelaskannya Ambar, aku… aku ….”
“Sudahlah Mas, kamu tidak perlu menutupinya lagi dari Ambar sekarang juga dia sudah tahu yang sebenarnya kan?” ujar wanita yang bernama Sintia itu dengan seringai puas di wajahnya saat melihat ekspresi hancur dan terlukanya Ambar saat mendapati suaminya tengah bermadu kasih dengan wanita lain.
****
Ambar nampak marah dan kecewa, ia ingin melampiaskan kemarahannya itu pada Sintia namun suaminya menahannya, Ambar tentu saja mengancam akan memberitahu keluarga suaminya mengenai perselingkuhan ini.
Setelah mengatakan itu Ambar langsung balik badan dan langsung berlari menuju mobilnya.
“Ambar tunggu dulu!”
“Mas, kamu mau ke mana?”
“Lepaskan aku! Aku harus mengejar Ambar!”
Ambar sudah masuk ke dalam mobilnya dan kemudian ia melajukan kendaraan itu dengan berlinang air mata, ia tak menduga bahwa selama ini kecurigaannya benar bahwa suaminya dan sahabatnya rupanya bermain api di
belakangnya namun ia terlalu polos hingga memercayai semua sandiwara yang mereka lakukan di depannya.
“Kenapa kamu begitu bodoh sekali hingga dapat dengan mudahnya memercayai mereka? Kamu bodoh sekali, Ambar!”
Ambar yang baru belajar mengemudi mobil nampak tak fokus mengemudi karena emosinya tidak stabil selain itu jalan gelap gulita karena hujan lebat malam ini hingga akhirnya sebuah hal buruk pun terjadi yaitu mobil yang Ambar kemudikan oleng dan dari arah yang berlawanan sebuah truk melaju kencang dan kecelakaan pun tak dapat dihindari.
“AAAAA.”
****
Ambar dibawa menuju rumah sakit dengan kondisi tak sadarkan diri dan luka parah disekujur tubuhnya akibat hentakan keras kecelakaan tersebut, polisi sudah mengamankan sopir truk yang menjadi pelaku tabrakan itu. Suami Ambar yang bernama Regan terkejut ketika mendapat kabar bahwa istrinya masuk rumah sakit dan kini kondisinya kritis, ia segera menuju rumah sakit yang mana di sana Ambar tengah dirawat. Regan sudah menelpon
keluarganya dan juga Ambar mengenai kondisi Ambar saat ini, dokter yang sejak tadi menangani Ambar keluar dari ruang IGD dan Regan segera menghampiri dokter seraya bertanya bagaimana keadaan istrinya.
“Istri anda mengalami pendarahan yang cukup hebat akibat kecelakaan itu, dia kehilangan banyak darah dan kami butuh pendonor untuk beliau.”
Saat itulah keluarga Regan dan Ambar tiba, dokter mengatakan bahwa mereka butuh donor darah sekarang juga untuk menyelamatkan nyawa Ambar. Tanpa pikir panjang, ibu dari Ambar langsung mengatakan pada dokter untuk melakukan donor sekarang juga karena golongan darahnya dengan Ambar sama. Dokter pun segera membawa ibunya Ambar untuk ikut dengannya dan perawat supaya proses transfusi darah bisa segera dilakukan.
“Regan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ambar bisa begini?”
****
Kondisi Ambar sudah membaik walaupun ia masih belum siuman dan masih ditempatkan diruangan ICU, tidak ada yang dapat mereka lakukan selain berdoa dan meminta pada Tuhan dengan kesembuhan Ambar.
“Selamat siang Tante,” sapa Sintia ketika ia datang ke rumah sakit ini untuk menjenguk sahabatnya.
“Sintia, kamu datang?”
“Iya Tante, aku dengar dari Mas Regan bahwa Ambar mengalami kecelakaan semalam, aku sangat sedih dan langsung datang secepatnya ke sini.”
“Begitulah Nak, sampai sekarang Ambar masih belum siuman dan masih ditempatkan di ruang ICU, tidak semua orang dapat masuk ke dalam.”
“Ya Tuhan, kasihan sekali dia, apakah kata dokter lukanya parah?”
Ketika Sintia dan ibunya Ambar tengah berbincang, Regan muncul dan nampak terkejut dengan kedatangan Sintia yang sama sekali tidak ia duga.
“Sintia, apa yang kamu lakukan di sini?”
“Kok pertanyaanmu aneh begitu, Mas? Tentu saja aku datang ke sini untuk menjenguk sahabatku, memangnya aku tidak boleh datang menjenguk sahabatku?”
“Ikut denganku sekarang juga,” ujar Regan seraya
menarik tangan Sintia untuk ikut dengannya.
Sintia sama sekali tidak menolak ketika Regan membawanya pergi dari dekat ruang ICU itu dan membawanya menuju taman rumah sakit yang kebetulan saja tidak terlalu ramai pengunjung.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kamu ingin membuat masalah?”
“Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku datang ke sini untuk menjenguk Ambar, tidak lebih.”
****
Ambar akhirnya siuman setelah hampir 1 pekan ia tidak sadarkan diri, Warsinih begitu bahagia ketika melihat anaknya membuka kedua matanya, ia tidak henti-hentinya mengucapkan syukur pada Tuhan karena telah mendengar semua doanya.
“Nak, syukurlah kamu baik-baik saja.”
Ambar masih diam dan menatap ibunya, Warsinih tentu saja khawatir kalau Ambar tidak mengenali dirinya dan sontak saja ia menanyakan apakah Ambar mengenali dirinya atau tidak.
“Iya, aku mengenali Ibu.”
“Syukurlah Nak, kamu membuat Ibu takut saja, Ibu pikir kamu terkena amensia akibat kecelakaan itu.”
Pintu ruangan inap terbuka dan menampakan sosok Regan di sana, raut wajah Ambar berubah saat melihat Regan datang bersama dengan anak mereka yang bernama Daisy.
“Syukurlah kamu sudah siuman, aku mengkhawatirkanmu,” ujar Regan.
Baru saja Regan hendak menghampiri Ambar, pintu ruangan inap kembali terbuka dan kali ini sosok Sintia yang muncul di sana sambil membawakan buah tangan untuk Ambar, sebuah senyum tercetak di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-09-16
0
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
salken mbak Ambar eh Serena....
☺
2023-09-08
0
Mika Su
lanjut dong
2023-07-03
0