Nikah Muda

Nikah Muda

Frustasi

"El, aku hamil,"

Bagai tersambar petir di tengah kemarau setelah pernyataan itu terdengar di telinga. Sendok di tangan pun terjatuh begitu saja. Tenaga rasanya hilang entah kemana karena kejutan di tengah musim kemarau ini.

"Jangan bercanda, Olla!" ujar Elzayin seraya menatap sang kekasih dengan lekat.

Dua garis merah yang terlihat di alat tes kehamilan semakin membuat Elzayin kehilangan tenaga. Senyum manis yang sempat mengembang dari kedua sudut bibirnya tenggelam bersama harapan yang sudah runtuh. Dia memijat kepala yang berdenyut tak karuan karena belum siap dengan semua kenyataan ini. Bagiamana mungkin di usia yang sangat muda ini dia harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi.

"Lalu kita harus bagaimana, Olla? Kita tidak mungkin menikah! Kita masih sekolah!" sungut Elzayin dengan ekspresi wajah yang tidak bisa dijabarkan lagi.

"Terus aku harus bagaimana, El? Semuanya sudah terlanjur terjadi! Kita melakukannya dengan sadar dan berulangkali di rumah ini! Lalu sekarang kamu tidak mau bertanggung jawab heh?" cecar Yolanda dengan air mata yang terlihat memerah karena menahan tangis.

Elzayin dan Yollanda masih berstatus sebagai seorang siswa di salah satu SMA Negeri Surabaya. Mereka baru saja naik kelas dua SMA. Sedangkan, umur keduanya berbeda satu tahun—Elzayin masih berumur enam belas tahun, sementara Yollanda berumur tujuh belas tahun—mereka berada di jurusan dan kelas yang sama.

"Terus aku harus bagaimana, El? Apa aku harus menggugurkan kandungan ini?" tanya Yollanda seraya menatap Elzayin dengan lekat.

"Jangan!" sergah pemuda tampan itu.

"Apa sih mau mu ini? Menikah tidak mau, menggugurkan kandungan pun tidak diperbolehkan? Lalu, apa aku harus menanggung semua ini sendirian hah?" Sepertinya Yollanda sudah putus asa dengan keadaan yang menimpanya.

Hanya hembusan napas berat yang terdengar di ruang tamu tersebut. Elzayin tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi situasi ini. Masalah yang datang kali ini bukan lagi perkara bolos sekolah atau ketahuan merokok di sekolah, tetapi masalah masa depannya dan juga Yollanda. Dia pun sadar jika semua ini terjadi karena terlalu bebas berpacaran bersama Yollanda di rumah yang sepi ini.

Kedua orang tua Yollanda bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil di bidang pendidikan dan kesehatan. Setiap hari rumah berlantai dua ini selalu sepi karena tidak ada pembantu atau pekerja yang lain. Sementara kakak perempuan Yollanda kuliah di luar kota dan pulang hanya saat libur semester saja. Jadi, keadaan ini sangat mendukung kedua sejoli itu untuk memadu kasih dan bebas melakukan apapun di saat pulang sekolah. Letak rumah dipinggir jalan raya pun sangat menguntungkan keduanya, karena tidak ada tetangga yang tahu jika mereka berada di rumah tersebut.

"Coba kalau kamu tidak mengajakku berhubungan, pasti semua ini tidak akan terjadi, La," gumam Elzayin dengan pandangan lurus ke depan.

Yollanda menegakkan badan dan menatap kekasihnya dengan lekat. Kilat amarah terlihat jelas dari sorot matanya. Tentu Yollanda tidak terima dengan pernyataan yang baru terlontar dari bibir Elzayin itu. "Jadi, sekarang kamu menyalahkan aku, El? Semua ini karena salahku?" sungut Yollanda.

"Bisa jadi begitu," jawab Elzayin. Pemuda berumur enam belas tahun itu terlihat frustasi saat ini. "Semua yang sudah kita lalui ini adalah ide darimu kan, La? Coba saja kamu tidak mengajakku menonton film dewasa dan mengajakku mencobanya, pasti semua ini tidak akan terjadi. Sekuat apapun seorang pria menahan, kalau terus digoda dengan melihat tubuhmu yang sexy dan mulus, tentu tidak akan bisa menahan lagi." Suara Elzayin terdengar bergetar.

"Pengecut!" umpat Yollanda seraya memukul lengan Elzayin beberapa kali. "Semua ini bukan salahku sendiri! Kita melakukannya berdua! Tidak mungkin semua ini terjadi bila kamu berhati-hati!" Akhirnya Yollanda tidak bisa menahan tangisnya lagi.

Elzayin hanya bisa menerima perlakuan Yollanda saat ini. Dia tidak peduli meski Yollanda terus memukulnya karena semua ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang mereka berdua rasakan. Elzayin frustasi karena tidak tahu harus bagaimana menyampaikan semua ini kepada kedua orang tuanya. Jelas saja ayahnya akan marah besar jika mengetahui semua ini. Harapan besar yang diberikan ibunya pun pasti akan runtuh seketika.

"Elza, Mama tidak bisa melarangmu berpacaran dengan Olla. Akan tetapi, Mama ingin kamu tetap menjaga batasan dalam berpacaran. Kalian berdua masih sekolah dan tentunya harus fokus pada pendidikan kalian. Jangan sampai kalian berzina seperti yang sedang marak terjadi saat ini. Ingat, Nak. Menikah itu tidak mudah, apalagi di umur yang masih belia. Mama harap kamu selalu mengingat nasihat Mama ini."

Setetes air mata lolos begitu saja dari pelupuk mata Elzayin saat teringat nasihat ibunya. Elzayin sangat terbuka kepada ibu sambung yang sudah merawatnya dari kecil. Dia menceritakan segala hal yang terjadi, kecuali mengenai hubungan yang dilakukan bersama Yollanda di rumah ini.

"Berapa usia kandunganmu, La?" tanya Elzayin dengan suara lirih.

"Mana aku tahu, El! Aku hanya melakukan tes kehamilan dengan alat ini," jawab Yollanda sambil menunjuk tespek yang ada di atas meja.

Bukan hanya jalan keluar atas permasalahan ini yang sedang dipikirkan Elzayin, tetapi ada beberapa hal yang ikut membuatnya merasa setres. Dia tidak tahu harus bagaimana menghadap guru besar perguruan pencak silat yang dia ikuti selama ini, karena Elzayin pun salah satu pelatih di sana. Tentu, ini adalah hal yang sangat memalukan di depan semua orang, bila perbuatannya diketahui oleh mereka.

"Olla, aku tidak tahu harus bagaimana saat ini. Aku pun bingung menghadapi situasi yang tidak pernah kita inginkan sebelumnya. Berikan aku waktu untuk memikirkan semua ini," ujar Elzayin sambil memakai jaket dan sepatunya.

"Apa itu berarti kamu bisa jadi lari dari tanggung jawab, El?" tanya Yollanda seraya menatap kekasihnya dengan lekat.

"Aku pasti bertanggung jawab." Elzayin beranjak dari tempatnya sambil menenteng ransel hitam miliknya.

"Awas saja jika kamu berani lari dari tanggung jawab ini! Aku tidak akan tinggal diam! Aku tidak mau menanggung malu sendirian!" ujar Yollanda saat melihat kepergian Elzayin tanpa berpamitan seperti biasanya.

Brak.

Elzayin menutup pintu berwarna putih itu dengan keras. Lantas, dia segera naik ke atas motor sport merah yang terparkir di halaman rumah Yollanda. Pemuda berusia enam belas tahun itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi setelah keluar dari pintu gerbang rumah berlantai dua itu.

"Aku harus bagaimana sekarang? Tidak mungkin aku menikahi Olla, karena KTP pun aku belum punya. Akan tetapi, aku juga tidak mungkin lari dari tanggung jawab. Ah, sial! Kenapa aku harus berada di situasi seperti ini!" batin Elzayin sambil memukul tangki motornya.

Kini, kedua anak muda itu harus merasakan buah dari benih yang mereka tanam selama ini. Tentu mereka akan mengorbankan pendidikan dan masa depan atas kejadian yang menimpa. Elzayin pun harus melepaskan prestasi dan pencapaian yang dia dapatkan selama ini di sekolah.

...🌹🌹🌹🌹...

Terpopuler

Comments

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

mampir sambil nunggu cerita yg lain up

2023-10-22

1

Yeni Eka

Yeni Eka

awal yg seru. Semangat mak

2023-07-03

1

aryati 471k

aryati 471k

duuuh Elza..koq bisa pergaulan nya kebablasan 🥲🥲

2023-07-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!