Beberapa bulan kemudian,
Harapan menjadi juara satu dalam olimpiade matematika telah terwujud. Elzayin tersenyum bahagia saat pihak sekolah memberikan medali dan piala kemenangannya. Meski ini bukan tingkat nasional, setidaknya Elzayin bisa mengalahkan para perwakilan siswa SMA se Jawa timur. Tentu prestasi ini akan membanggakan kedua orang tuanya.
"Selamat Elza, semoga nanti kamu bisa mengikuti olimpiade tingkat nasional. Ibu yakin kamu bisa mendapatkan semua itu," ucap Wali kelas Elzayin dengan bangga.
Sang empu hanya mengembangkan senyum tipis sebagai jawaban atas ucapan selamat itu. Setelah ini tentu tidak ada prestasi yang bisa membanggakan sekolah, orang tua dan diri sendiri. Hanya ada malu dan luka dalam diri setelah semuanya terbongkar. Kandungan Yollanda pun semakin membesar meski setiap hari gadis cantik itu berusaha keras menyembunyikan perutnya. Dia harus menahan rasa sakit dan begah karena memakai korset dan pakaian dobel untuk menyembunyikan kehamilannya.
Jam belajar di sekolah akhirnya selesai. Semua siswa berhambur keluar dari kelas. Begitu pula dengan Elzayin dan Yollanda. Mereka berjalan menuju tempat parkir sebelum meninggalkan sekolah negeri ini.
"Kita tidak perlu pergi kemana-mana, El. Aku ingin pulang secepatnya karena sudah tidak tahan dengan rasa begah di perut," bisik Yollanda sebelum naik ke atas motor matic Elzayin. Akhir-akhir ini putra sulung Benny itu sering membawa motor matic milik Fina karena Yollanda kesusahan jika naik ke atas jok motor sport.
Tak sampai tiga puluh menit, motor yang dikendarai Elzayin telah sampai di halaman rumah Yollanda. Mereka masuk ke dalam rumah dan menghempaskan diri di atas sofa yaang ada di ruang tamu. Yollanda buru-buru melepas korset yang ada di perut. Dia membuang napas kasar karena pada akhirnya bisa bernapas lega. Seragam batik itu pun masih melekat di dalam diri.
"Duh, leganya," gumam Yollanda seraya merebahkan diri di atas pangkuan Elzayin. Beberapa kali dia mengusap perutnya.
"Berapa usia kandunganmu sekarang?" tanya Elzayin seraya menatap perut yang sudah terlihat buncit itu.
"Kalau dihitung dari aku tes dulu, ini bulan keenam, El," gumam Yollanda.
Selama hamil gadis cantik itu belum pernah melakukan pemeriksaan. Entah bagaimana keadaan bayi yang ada di dalam perutnya, dia hanya bisa pasrah sampai bom waktu meledak nanti. Setiap hari Yollanda dihantui rasa takut akan kesehatan dan kondisi fisik bayinya nanti. Selain karena umur yang masih belia, dia pun sering melakukan beberapa hal yang membahayakan, seperti mengikuti olahraga di sekolah. Entah itu, basket, voli ataupun lari. Tak jarang dia harus menahan rasa sakit di malam hari seorang diri.
"Lihatlah, dia bergerak, El." Yollanda mengarahkan tangan Elzayin agar menyentuh perutnya.
"Jadi, dia sudah bisa gerak, La? Sejak kapan?" tanya Elzayin dengan antuasias.
"Ya, seringkali aku merasakan gerakannya di malam hari. Mungkin, kalau pagi dia tidak bisa bergerak karena aku memakai korset. Semoga dia baik-baik saja." Suara Yollanda bergetar karena menahan tangisnya. Dia merasa bersalah karena sudah menyiksa janinnya sendiri.
"Semoga saja anak kita lahir dengan selamat tanpa cacat sedikitpun, La," gumam Elzayin seraya mengusap perut Yollanda beberapa kali.
"Aku menyesal karena dulu sudah melakukan tindakan bodoh yang bisa membahayakan anak ini, El," gumam Yollanda dengan suara lirih.
Rasa sesal tengah membelenggu hati Yollanda. Selain takut semua ini terbongkar, dia pun khawatir dengan kondisi janin yang ada dalam kandungannya itu. Setiap malam dia dihantui kenangan beberapa bulan yang lalu ketika belum bisa menerima kehamilannya.
Kala itu Yollanda memutuskan untuk menggugurkan kandungan tanpa sepengetahuan Elzayin. Dia tidak mengkonsumsi obat karena takut dengan risikonya. Akan tetapi dia memilih jalan lain dengan mengkonsumsi alkohol yang dia dapatkan dari teman tongkrongan. Tak hanya itu saja, Yollanda pun mengkonsumsi makanan yang dilarang bagi wanita hamil. Seperti durian, daging kambing dan beberapa jenis makanan lainnya.
Namun, nyatanya semua itu tak membuat janin yang ada dalam kandungannya gugur meski dia mengalami nyeri hebat di perutnya. Janin tersebut terlalu kuat untuk dihilangkan. Pada akhirnya, Yollanda menyerah dan menerima keadaannya. Dia melewati hari-hari dengan rasa sesal dan kesedihan. Setiap pagi dia sibuk mengatur cara berpakaiannya untuk menyembunyikan kehamilan. Sejauh ini orang tuanya pun belum curiga mengenai kondisinya.
"Sampai detik ini aku belum mendapatkan pekerjaan, La. Aku tidak tahu harus bagaimana membiayaimu nanti," gumam Elzayin
"Jangan memikirkan itu dulu. Kita harus memikirkan bagaimana bila ada yang mengetahui kehamilanku, El. Aku tidak mungkin memakai korset terus menerus karena aku merasa tersiksa," keluh Yollanda seraya menatap wajah Elzayin dari bawah.
"Apa perlu kita bicara dalam waktu dekat ini kepada orang tua kita?" tanya Elzayin lagi.
"Aku belum siap melihat kemarahan Papa dan Mama." Suara Yollanda terdengar bergetar.
"Itu adalah resiko atas perbuatan kita, La. Mau tidak mau kita harus menerima kemarahan mereka karena kesalahan ini," jelas Elzayin.
Pemuda berusia enam belas tahun itu pun merasakan hal yang sama setiap harinya. Dia bingung harus bagaimana membahas masalah ini dengan kedua orang tuanya. Bahkan, beberapa bulan ini, dia berusaha menghindari Fina karena takut dicecar oleh ibu sambungnya itu. Elzayin lebih banyak menyibukkan diri di padepokan dan belajar di kamar daripada merasakan kehangatan keluarga seperti biasanya.
"Sebagai seorang pria, kita harus berani mengambil keputusan untuk masa depan. Pria sejati adalah pria yang bisa bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukan."
Helaan napas berat terdengar di ruang tamu ketika Elzayin mengingat nasihat yang diucapkan oleh pelatihnya di padepokan silat kemarin malam. Rasanya dia seperti tertampar atas nasihat pelatih yang mendidiknya sejak kecil sampai bisa menjadi atlet bela diri itu. Siapa lagi jika bukan Arisandi.
"Ada apa sih? Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Yollanda seraya bangkit dari paha Alden.
"Aku bingung harus bagaimana bertanggung jawab atas semua ini, La," gumam Elzayin dengan suara yang lirih, "bahkan, aku belum punya KTP. Lalu bagaimana bila mengurus pernikahan nanti?" Elzayin mengungkapkan keresahan hatinya.
"Aku tidak tahu, El. Pikiranku buntu karena terlalu takut ketahuan guru," jelas Yollanda sambil mengubah posisinya, "tolong pijat kaki ku," pinta Yollanda setelah membenarkan letak kakinya di atas pangkuan Elzayin.
"Kakimu bengkak?" Elzayin mengamati kaki mulus yang ada di atas pangkuannya itu.
"Ya sudah tiga hari ini." Yollanda berusaha tersenyum meski sedang menahan rasa sakit di kaki.
"Bagaimana kalau kita ke dokter saja. Aku takut terjadi sesuatu denganmu, La," ucap Elzayin penuh harap.
"Jangan gila, El. Kita tidak mungkin melakukan hal itu. Sudahlah, mending aku seperti ini saja. Aku sudah pasrah kepada Allah. Aku siap menerima apapun kondisiku." Suara Yollanda terdengar semakin lirih.
Hati Elzayin terenyuh mendengar semua pengakuan Yollanda. Rasa cinta kepada gadis yang sedang mengandung benihnya itu semakin besar. Elzayin berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap setia dan mencinta Yollanda dalam keadaan apapun. Dia tidak tega melihat penderitaan kekasihnya itu. Bukan kepasrahan yang dilihat Elzayin dari mata Yollanda, melainkan keputusasaan atas takdir yang sedang dijalani saat ini.
"Semoga aku bisa membahagiakanmu, Olla," batin Elzayin sambil memijat kaki Yollanda dengan gerakan lembut.
...🌹🌹🌹🌹🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Prima Mustika
semoga aja mereka ada jalan terbaik
2023-10-17
1
Dwisya12Aurizra
baru bisa mampir aku, maklum baru berduka
2023-07-10
1
Dwisya12Aurizra
waduh 6 bulan trus itu pake korset, kasian banget bayi nya di gencet gitu
2023-07-10
1