"Bagaimana cara menyampaikan semua ini kepada orang tua kita, El?" tanya Yollanda dengan suara yang bergetar. Gadis cantik itu masih berada dalam dekapan Elzayin.
Hanya helaan napas berat yang terdengar di sana karena Elzayin belum menemukan cara yang tepat. Tidak mudah mengungkap semua ini di hadapan orang tua karena selain umur yang masih sangat muda, status mereka pun masih seorang pelajar. Elzayin termenung sambil membelai rambut panjang Yollanda, tetapi tidak ada satu jalan keluar pun yang muncul dalam pikiran.
"Kita jalani saja semua ini sampai tiba pada waktunya nanti. Aku janji tidak akan meninggalkanmu walau aku sendiri belum tahu bagaimana cara bertanggung jawab atas semua ini," jelas Elzayin.
Bunga asmara telah gugur setelah buah cinta hadir dalam kandungan. Kini, bukan hanya tentang perasaan yang dipikirkan, melainkan tanggung jawab membesarkan dan menjaga buah cinta agar tumbuh tanpa gangguan apapun.
"Berarti kita tidak bisa sekolah lagi, El? Bagaimana dengan cita-cita kita? Bahkan, kamu memiliki cita-cita yang begitu besar, El. Semuanya pasti hancur dan tak akan pernah terwujud," ujar Yollanda seraya mengurai tubuh dari dekapan Elzayin.
"Terus mau bagaimana lagi? Semua sudah terlanjur terjadi. Cita-cita bisa kita pikirkan nanti, setelah masalah besar ini terselesaikan," gumam Elzayin seraya menatap Yollanda.
"Kalau begitu biarkan aku menggugurkan kandungan ini, El. Aku tidak mau semuanya hancur begitu saja," ujar Yollanda seraya meraih tangan sang kekasih.
"Tidak!" sergah Elzayin, "aku tidak akan membiarkan kita tenggelam pada dosa yang lebih besar lagi. Kita sudah berzina selama ini dan sekarang bila kamu menggugurkan kandungan ini, maka dosa kita akan bertambah. Kita tidak mungkin menjadi seorang pembunuh, Olla!" tutur Elzayin seraya menatap Yollanda.
"Janin ini belum bernyawa, El. Jadi, kita tidak membunuhnya!" kilah Yollanda.
"Lalu bagaimana jika terjadi sesuatu kepada kamu? Menggugurkan kandungan sangat berbahaya, Olla. Nyawa mu menjadi taruhan," tutur Elzayin seraya menatap iba sang kekasih.
Tangis Yollanda kembali pecah saat mendengar nasihat Elzayin. Gadis cantik itu sedang berada dalam keadaan sulit. Mempertahankan janin yang ada dalam kandungan sama saja mempertaruhkan nama baik dan harga dirinya. Sedangkan menggugurkan kandungan sama saja mempertaruhkan nyawanya.
"Elza, sebaiknya untuk saat ini dan beberapa hari ke depan, kita tidak berhubungan terlebih dahulu. Jangan menghubungiku sebelum aku menghubungi mu terlebih dahulu. Aku ingin menenangkan diri, El," pinta Yollanda seraya mengusap air mata yang membasahi pipi.
"Baiklah, jika memang seperti itu permintaanmu. Jangan ragu untuk menghubungiku bila kamu membutuhkan sesuatu. Aku pun akan fokus pada persiapan olimpiade matematika. Aku akan berusaha semaksimal mungkin karena bisa jadi ini prestasiku yang terakhir," jawab Elzayin seraya menggenggam tangan sang kekasih dengan erat.
Setelah saling menguatkan diri, pada akhirnya Elzayin pamit pulang. Entah dia akan kemana karena saat ini belum jam pulang sekolah. Satu hal yang pasti, dia butuh menenangkan diri. Pemuda berusia enam belas tahun itu melajukan motor sportnya ke arah jalan kota.
"Sebaiknya aku pergi ke cafenya tante Hanum saja, di sana pasti sepi jadi tidak perlu takut keciduk satpol PP," gumam Elzayin setelah menemukan ide yang cocok untuknya menghabiskan waktu.
Hanum adalah ibu dari teman Elzayin yang bernama Zahra. Mereka bertetangga dan dulu pernah satu sekolah di TK, SD dan SMP. Saat SMA mereka sekolah di tempat terpisah karena berbeda tujuan dan cita-cita. Hubungan mereka cukup dekat meski tak jarang Elzayin bersikap cuek di hadapan gadis ceria itu. Seringkali Zahra meminta bantuan Elzayin dalam mengerjakan tugas sekolah.
"Ck. Ada Zahra ternyata," batin Elzayin setelah berada di dalam cafe tersebut. "Semoga dia gak bawel hari ini," lanjut Elzayin.
Pemuda berusia enam belas tahun itu memilih duduk di sudut ruangan setelah pesan makanan dan minuman di sana. Tak lama setelah itu, Zahra sendiri yang mengantar menu tersebut ke meja yang ditempati oleh Elzayin. Gadis berparas manis itu ikut duduk di sana. Dia mengembangkan senyum manis di hadapan Elzayin.
"Tumben. Bolos?" tanya Zahra tanpa mengalihkan pandangan dari wajah tampan yang ada di hadapannya itu.
"Kepo," gumam Elzayin seraya mengaduk jus melon yang terlihat menggoda itu, "ngapain di sini? Bolos juga?" tanya Elzayin tanpa menatap Zahra.
"Masa iya aku bolos di tempat Mama. Aku sudah mulai praktek dan kebetulan dapat jatah libur hari ini," jawab Zahra sambil mengamati gerak-gerik Elzayin. "Ada masalah apa?" tanya Zahra tanpa basa-basi lagi.
Elzayin termangu setelah mendengar pertanyaan dari temannya itu. Dia mengernyitkan kening karena merasa heran dengan Zahra. "Gak ada tuh!" jawab Elza datar.
"Gak mungkin." Zahra duduk bersandar di kursinya dengan kedua tangan bersedekap, "aku udah kenal kamu sejak kecil, El. Aku sudah mengenal bagaimana dirimu begitu pun dengan sikapmu. Tidak mungkin seorang Elza bolos sekolah jika tidak memiliki alasan yang serius. Lagi berantem sama pacarmu?" Sekali lagi Zahra memberikan penjelasan yang membuat Elzayin menghela napas.
"Gak usah sok tahu. Jangan ganggu aku! Sana kembali ke kasir sana!" Elzayin mengusir Zahra karena sedang tidak ingin diganggu. Dia ingin menyendiri sambil memikirkan jalan keluar yang harus diambil setelah ini.
"Berhubung hari ini kamu pelanggan pertama yang datang, maka ada diskon lima puluh persen dari Nona manis yang sedang berbaik hati ini," ucap Zahra seraya beranjak dari tempatnya.
"Aku gak butuh diskon. Aku butuh sendiri, Ra! Sana pergi!" Elzayin berdecak kesal karena Zahra tak kunjung pergi dari hadapannya.
"Apapun masalahmu, jika membutuhkan teman untuk bercerita, aku siap menjadi pendengar yang baik. Semangat, El," ucap Zahra sebelum meninggalkan meja yang ditempati Elzayin.
Tidak bisa dipungkiri jika Zahra adalah gadis yang baik. Penampilannya sopan, jarang keluar malam meski berada di lingkungan metropolis. Akan tetapi, tak sedikitpun Elzayin memiliki perasaan kepada Zahra atau sekadar tertarik kepada anak pemilik cafe ini.
"Aku harus mencari pekerjaan untuk berjaga-jaga jika dalam waktu dekat ini harus menikahi Olla," batin Elzayin sambil menikmati jus yang segar itu.
Sementara itu di meja kasir, Zahra sedang mengamati gerak-gerik Elzayin. Dia mencoba menerka apa kiranya yang menjadi beban pikiran pemuda yang selalu menarik perhatiannya itu. Sejak kecil Zahra tertarik berada di dekat Elzayin. Tak jarang dia mencari alasan tidak bisa mengerjakan tugas agar bisa dekat dengan pemuda yang sedang termenung di sudut cafe.
"Aku tahu pasti saat ini kamu sedang memikul beban berat, El. Andai saja kamu mau bercerita, aku pasti membantumu. Aku menyayangkan saja, kamu harus bersama Olla. Dia bukan gadis baik-baik yang cocok menjadi kekasihmu. Andai kamu tidak dibutakan cinta kepada gadis itu, pasti kamu tahu bagaimana dia yang sebenarnya," batin Zahra tanpa mengalihkan pandangan dari objek indah yang tak jauh darinya. Yollanda, Zahra dan Elzayin dulu sekolah di SMP yang sama.
...🌹🌹🌹🌹🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
aryati 471k
koq bisa y si Elza salah pergaulan
dari kecil sdh dibimbing dgn pendidikan yg baik oleh Fina dan rasanya tak kurang perhatian
rasanya kecewa y dgn Elza, mmg sih usianya masih labil🥲🥲
2023-07-05
2
Bunda dinna
Sedih memang,,Elza mengikuti olimpiade matematika untuk yg terakhir..
Zahra,,teman kecil Elza yg berisik tapi baik.
2023-07-05
1