Couple Doctor
...Aku sebagai hamba-Mu kembali mengucap syukur, karena Engkau sudah melancarkan hamba-Mu ini dalam menggapai cita-cita. Dan dalam setiap langkah hamba ingin menyertakan nama-Mu termasuk, hal dalam jodoh. Jodoh yang sudah Engkau tuliskan dalam Lauhul Mahfudz....
...~Ervin Evano~...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ervin Evano, merupakan seorang pelajar Indonseia yang tengah menempuh pendidikan di salah satu Universitas Perguruan Tertinggi di Medan, yaitu Universitas Sumatra Utara atau yang biasa disebut dengan USU.
“Alhamdulillah, rasa syukur hamba kepada-Mu Ya Allah, karena Engkau menjadikan aku sebagai manusia yang memiliki kemampuan diluar batas. Dengan IQ yang cukup, membuatku menjadi pelajar yang mampu diterima di salah satu Universitas Perguruan Tertinggi. Semoga saja apa yang menjadi cita-citaku dan kedua orang tuaku Engkau kabulkankabulkan. Dan semoga saja Engkau akan tetap menuntunku menjadi seorang Muslim yang mengangungkan-Mu di atas segalanya.” Ervin beemonolog dalam hati kecilnya sembari menatap langit-langit yang luas.
Hari itu adalah hari pertama Ervin masuk Universitas yang ia cita-citakan selama ia menjadi anak remaja yang masih di ambang perjuangan. Dan pagi itu, suatu kebanggaan yang hebat baginya karena, ia telah menginjakkan kaki untuk yang pertama kali di Fakultas Kedokteran. Di mana itu adalah cita-cita yang selalu diimpikannya, dan menjadi seorang Dokter jenius itu adalah permintaan Almarhum kedua orang tuanya.
“Aw!” rintih Aurora_wanita bermanik kecoklatan dengan rambut pirang yang membuatnya semakin cantik jelita.
Baru pertama kalinya Aurora menginjakkan kakinya di Universitas Sumatera Utara. Dan Aurora bisa dinyatakan sebagai mahasiswa baru yang akan mulai mengejar cita-cita nya sebagai dokter ahli bedah jantung.
Dan baru kali pertama datang Aurora sudah tertimpa masalah, tetapi bagi Aurora itu adalah bukan sekedar masalah biasa_Aurira menyebutnya dengan ‘kesialan’.
“Ma'af! Aku tidak sengaja menabrakmu. Sini, aku bantu kamu untuk berdiri!” ujar seorang perempuan yang sudah menabraknya tanpa sengaja.
”Tidak perlu! Aku bisa berdiri sendiri. Dan kamu, jangan sok ramah kepadaku, karena aku tidak mengenal siapa kamu. Lagipula, cara berpakaianmu pun begitu aneh. Patut untuk dicurigai,” tampik Aurora dengan menepis tangan Ayisha yang sudah terulur hendak menolongnya.
Setelah mengatakan hal itu dengan kasar, Aurora pun pergi begitu saja. Sedangkan Ayisha, ia masih beridiri mematung di bawah pohon rindang_depan Fakultas Kedokteran yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu.
“Tidak apalah jika, kamu membenciku dan pakaianku ini. Padahal kita baru kali pertama bertemu, tapi sikapmu... Akh sudahlah!” ungkap Ayisha dalam hati.
Ayisya pun melangkahkan kakinya kembali untuk masuk ke dalam ruang belajarnya yang baru. Gedung yang dibangun cukup luas, besar dan bernuansa putih. Ayisha akan menimba ilmu bersama dengan mahasiswa yang baru, termasuk Ervin dan juga Aurora.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ervin terus saja melangkah, menelusuri setiap koridor kampus. Hingga langkah itupun berhenti tepat di depan ruangan yang bertuliskan Fakultas Kedokteran dengan begitu besar yang menempel di pintu berwarna coklat itu.
“Ternyata banyak juga peminatnya ya! Tapi Ervin, kamu harus semangat dan menjadi kebanggaan Amang(bapak) dan Inong (Ibu), termasuk juga beberapa Dosen di Universitas ini,” ujar Ervin lirih sekedar menyemangati dirinya sendiri.
Semua mahasiswa dan mahasiswi baru telah berkumpul di dalam satu ruangan yang sama. Dan mereka semua mengambil duduk dengan posisi teenyaman mereka saat menanti kehadiran Dosen yang hendak mengajar mereka, sebagai pelajar yang terpilih.
Selang beberapa menit kemudian Dosen pun datang. Bahkan Dosen yang cukup terkenal masuk bersama dengan Profesor Nathaniel Geraldo. Seseorang yang sangat disegani oleh semua orang atas keramahannya selama mengajar di Universitas Sumatera Utara. Dan Profesor Nathaniel ini adalah salah satu Dokter yang bekerja di Rumah Sakit besar di Medan, dengan profesinya sebagai dokter ahli bedah jantung tepatnya.
“Selamat pagi semuanya! Semoga dalam pertemuan ini kita bisa belajar bersama-sama dan mampu mengenal tujuan masing-masing.”
“Semoga kalian semua tidak salah pilih dalam memilih jurusan ya! Dan sebelum kita mulai pembelajaran hari ini saya selaku Dosen pendamping akan memperkenalkan kepada kalian mahasiswa yang menjadi pilihan seluruh Dosen.”
“Dan patut kita banggakan atas kejeniusan yang dimiliki oleh lelaki muda, Ervin Evano. Untuk Ervin, silahkan maju dan memperkenalkan diri dihadapan Profesor Nathaniel dan mahasiswa lainnya!” titah Pak Adhitama yang mempersilahkan Ervin untuk maju ke depan ruangan.
Ervin tertunduk, ia merasa malu ketika namanya telah disebut sebagai lelaki yang jenius. Sedangkan apa yang dimilikinya hanya atas ijin Allah Subhanahu wata'ala semata. Dan Ervin merasa tidak percaya diri untuk maju ke depan tetapi, pak Adhitama terus memintanya untuk maju. Hingga akhirnya Ervin pun maju setelah mengucapkan basmalah yang diiringi langkah gontai.
Setelah maju ke depan, Ervin memperkenalkan dirinya dengan nada yang ramah. Tanpa ada nada yang begitu menonjolkan dirinya sebagaimana pak Adhitama yang begitu membanggakan dirinya dihadapan yang lain.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari demi hari telah dilalui dengan penuh semangat oleh Ervin. Dan suatu hari, ketika harinya sudah sukses, dengan waktunya kosong ia berkunjung kembali di Universitas tempatnya dulu menimba ilmu Lalu, ia memutuskan untuk duduk di bawah sebuh pohon yang rindang_yang ada di kampusnya itu untuk sekedar melepaskan rasa lelah. Dan tiba-tiba saja ia dihampiri oleh Profesor Nathaniel.
“Good afternoon, Ervin!” sapa Profesor Nathaniel dengan ramah.
”Iya Profesor, selamat siang juga! Eh, silahkan duduk!” balas Ervin kemudian.
Seketika Ervin menghentikan aktivitasnya yang tengah membaca sebuah buku, yang ia pinjam dari perpustakaan beberapa menit lalu. Lalu, ia berdiri dan mempersilahkan Profesor Nathaniel untuk duduk bersamanya penuh keraguan di dalam hati. Pasalnya Ervin merasa tidak yakin jika, orang hebat seperti Profesor Nathaniel mau duduk bersampingan dengannya bahkan, mengobrol dengannya.
Namun, semua pemikirannya itu ternyata salah. Karena, Profesor Nathaniel pada kenyataannya mengambil duduk dihadapannya dan mengatakan kepada Ervin yang begitu merasa bangga dengan kejeniusan yang dimiliki oleh Eevin. Bahkan, Profesor Natal menawarkan hal yang mengejutkan bagi Ervin.
“Ervin, saya akui kamu adalah mahasiswa yang sangat terpelajar atas nilai-nilai yang kamu raih. Dan itu membuat saya merasa bangga mempunyai anak didik sepertimu,” ungkap Profesor Nathaniel.
“Akh, Profesor janganlah berkata seperti itu! Saya hanyalah mahasiswa yang masih perlu belajar dan belajar lagi. Tapi, jika penilaian Profesor Nathaniel tentang saya seperti itu, saya mengucapkan sangat berterimakasih kepada Anda.” Farghan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya dengan sopan.
“Itu realita, Ervin. Dan oh iya, sebenarnya saya tidak pantas menawarkan hal seperti ini kepada kamu, Ervin. Tapi, hati saya merasa yakin bahwa kamu mampu menjadi sosok lelaki sejati dalam hidup Aurora. Ervin, maukah kamu menikah dengan Aurora?
Deg!
Seketika Ervin membelalakkan kedua matanya, karena ia merasa tidak percaya jika orang besar seperti Profesor Nathaniel akan mengatakan hal seperti itu kepadanya, bahkan Profesor Nathaniel meminta dengan penuh keyakinan yang ada pada dirinya. Bukankah itu nampak jelas dari tatapan lelaki paru baya yang berada di hadapan Ervin.
“Akh, s...tapi, bagaimana bisa Profesor meminta hal itu kepada saya? Sedangkan saya adalah warga dari kalangan bawah yang tidak memiliki apa-apa selain rumah kontrakan dan juga gerobak saya. Apalagi saya hanya anak yatim-piatu,” jawab Farghan seraya menunduk.
Profesor Nathaniel pun menjelaskan sebagaimana ia menginginkan Eevin menjadi menantunya. Namun, seketika Ervin menolak permintaan Profesor Eevin, karena ia menganggap bahwa perjodohan itu akan menimbulkan sebuah dosa, jika ia tetap melakukannya.
“Ma'afkan saya sebelumnya, Profesor Nathaniel. Tapi, saya tidak bisa melakukan ataupun mengiyakan permintaan Anda. Karena itu akan menjadi suatu hubungan yang terlarang,” tukas Ervin menjelaskan.
Profesor Nathaniel mencoba mengerti apa yang dimaksud oleh Ervin. Lalu, percakapan singkat itu pun telah usai. Sampai-sampai siang yang berganti sore tidak disadari oleh Ervin. Dan dengan rasa terburu-buru ia pun meninggalkan tempat yang beberapa jam lalu membuatnya merasa nyaman, ragu dan juga canggung.
“Astaghfirullah hal azim, ternyata sudah sore. Sepertinya aku harus segera kembali ke kontrakan.”
Ervin berdiri dari tempat duduknya sembari membereskan beberapa buku yang masih berserekan di atas meja, tempat ia menikmati panasnya terik matahari di bawah pohon yang rindang. Dan ketika ia hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba seorang gadis cantik berambut pirang mematung dihadapannya.
“Hai, Ervin!” sapa Aurora.
“Assalamu'alaikum, Aurora. Ma'af, saya harus pergi sekarang.” Farghan seolah acuh dengan kehadiran Aurora, bahkan ia mengambil kembali langkah kaki yang sempat terhenti sembari menundukkan pandangannya.
“Kenapa kamu harus buru-buru pergi, Ervin? Dan asal kamu tahu, aku sudah mendengar percakapanmu dengan Papaku. Tapi sayang, kamu menolaknya dan aku tidak mengetahui apa alasannya. Atau, karena kita berbeda anutan, Ervin?” tanya Aurora penasaran.
“Mungkin kamu tahu alasannya, Aurora. Jadi, saya rasa tidak harus menjelaskannya kembali sama kamu. Permisi!”
“Tapi aku mencintaimu, Ervin. Salahkah jika hatiku merasakan cinta itu dan menginginkanmu?”
Deg.
Rasanya jantung Ervin seketika berhenti berdegup. Perasaan yang sulit diartikan telah merasuki hatinya begitu saja. Dan rasanya ia tidak ingin menjawab pertanyaan Aurora, tetapi Ervin juga tidak mau memberikan harapan atau apapun itu kepada Aurora.
Dengan segala keberanian yang ada dalam. dirinya, Ervin berbalik lalu ia pun berkata dengan tegas.
“Untukku agamaku, untukmu agamamu!”
Bukankah itu sudah jelas jika, hukum tabu tak bisa diubah? Tembok besar nan kokoh adalah penghalang terbesar hubungan keduanya, meskipun hati Ervin sebenarnya sakit mengatakan hal itu tetapi, ia sebagai hamba Allah tak ingin meninggalkan Tuhan yang menciptakan dirinya dengan sempurna. Meskipun Ervin tahu, tak akan pernah ada manusia yang sempurna di dunia ini kecuali, Tuhan-Nya.
Perilah jodoh, Ervin hanya bisa pasrah sebagaimana Tuhan mengatur dalam hidupnya.
‘Ervin, tidak adakah sepercik harapan untuk bersamamu?’ batin Aurora dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Seketika itu Aurora merasa hancur, hatinya telah patah berkeping-keping. Dan ia hanya bisa menatap punggung Ervin yang sudah jauh dari pandangannya.
#Cintasegitiga
#Hukumtabu
#ErvinEvano
#CoupleDoctor
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments