...Bukankah manusia tidak dituntut untuk selalu berpenampilan super? Lebih baik menjadi manusia yang memiliki kepribadian sesederhana mungkin, karena pada dasarnya semua perbuatan yang dilakukan di dunia fana ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak termasuk, mengenai pakaian yang kita beli dengan cuma-cuma....
~Ervin Evano~
...----------------...
Jauh sebelum hari itu tiba, di mana Ervin akan menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari hasil beasiswa yang didapatkannya. Ke-geniusan yang dimiliki Ervin mampu membuatnya masuk ke salah satu Universitas di Sumatera Utara. Dan sebelum pergi ke kota tak lupa Ervin bersimpuh memohon doa pada dua gundukan makam yang ada di hadapannya saat ini.
“Bapak... Ibu... Alhamdulillah saat ini Ervin sudah masuk di Universitas Sumatra Utara yang terkenal itu. Ini semua juga berkat doa Bapak dan Ibu, tanpa kalian Ervin hanyalah anak yatim piatu yang tidak akan pernah beruntung. Bahkan bisa saja Ervin akan menjadi anak gelandangan pada umumnya setelah ditinggalkan atau dibuang oleh orang tuanya.”
“Bapak dan Ibu adalah orang tua yang paling baik_yang Ervin miliki. Meskipun kalian tidak bisa menemani Ervin sampai kapanpun tapi, kalian tetap melekat di hati Ervin. Ervin ... sangat merindukan Bapak dan Ibu. Maafkan Ervin ya Pak, Bu... jika nanti Ervin akan lama tak mengunjungi makam Bapak dan Ibu. Tapi, Ervin akan selalu berusaha untuk datang saat liburan nanti.”
“Pak-Bu, sekali lagi Ervin minta do'a sama kalian, semoga Ervin bisa menggapai mimpi Ervin. Aamiin.”
Seperti itulah cara seorang Ervin, kerap menceritakan tentang kisahnya yang entah itu pilu atau masa yang begitu indah di hadapan dia gundukan tanah, tak lain adalah makam Bapak dan Ibunya. Mau bagaimana lagi? Pasalnya, Ervin sudah tidak memiliki kerabat dari Bapak maupun Ibunya. Karena, keluarga kedua orang tuanya tak mau lagi berurusan dengan kedua orang tua Ervin.
Dan akhirnya, Ervin harus tinggal sebatang kara di rumah tua yang kedepannya akan kerap tak dikunjungi oleh lelaki muda itu.
Setelah dari makam kedua orang tuanya Ervin menaiki sebuah angkot hendak menuju terminal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Esok Paginya...
Dengan mengucap basmalah dan langkah yang pasti, lelaki muda yang menginjakkan kakinya pertama kali di salah satu perguruan tinggi_Universitas Sumatra Utara, akan menempuh pendidikan pertamanya di hari itu.
“Semoga saja di hari pertama masuk kuliah aku bisa menjalani semuanya dengan mudah. Amin Ya Allah,” ungkap Ervin yang melangitkan do'a kepada Allah Subhanahu wata'ala.
Pagi itu adalah hari pertama Ervin Evano jadi seorang mahasiswa kedokteran di Universitas Sumatra Utara, Medan. Dan sebelum ia melangkahkan kaki untuk berangkat ke kampus, tidak lupa untuk ia melantunkan bismillah agar kegiatannya di hari itu dapat dilancarkan oleh Allah Sang Maha Segalanya.
“Tidak apa jika aku harus naik angkutan umum untuk sampai di sana. Tidak mungkin juga, jika aku jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh untuk sampai di sana. Dan Alhamdulillah, aku rasa uangku pun cukup untuk naik saat berangkat dan pulang nanti.” Ervin membuka dompetnya yang sudah sobek itu hendak memastikan berapa rupiah yang tertinggal di dalamnya.
Kehidupan seorang Ervin Evano sangatlah memiliki keterbatasan akan ekonomi semenjak ia harus menjalani kehidupan sehari-hari hanya sendiri. Karena disaat ia masih menjadi siswa SMU, kedua orang tuanya dikabarkan telah meninggal dunia karena kecelakaan. Dan semenjak itulah ia harus membanting tulang untuk mendapatkan rupiah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tidak lama kemudian setelah Ervin berdiri mematung di pinggir jalan, akhirnya sebuah angkutan umum melintas dihadapannya. Dan dengan segera tangannya pun melambai untuk memberikan tanda bahwa ia hendak menaiki angkutan tersebut.
“Mau kemana kau, anak muda? Pakaianmu terlihat rapi sekali,” tanya sopir angkot tersebut.
“Ah, ini Bang ... saya ingin berangkat kuliah, Bang. Abang bisa antarkan saya ke Universitas USU?” jawab Ervin sopan.
“Wah, tentulah aku bisa. Nampaknya kamu mahasiswa baru ya di sana? Karena aku jarang sekali melihat kau naik angkutanku,” tebak Pak Jamal selalu sopir angkot.
“Iya Bang, hehehe. Kebetulan hari ini adalah hari pertama saya masuk.” Ervin memperlihatkan sederet giginya yang putih seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
”Baiklah, aku akan mengantarkan kau ke sana sembari aku mencari penumpang lain. Sudah, cepatlah naik saja kau di depan, duduk disampingku.” Pak Jamal pun mempersilahkan Ervin untuk segera masuk di jok depan.
Pak Jamal adalah seorang sopir angkot yang setiap hari-harinya mengais rejeki dengan berkeliling di area kota Medan. Dan kini, Ervin lah yang menjadi penumpang pertama angkot Pak Jamal. Karena masih sepi di pagi itu, pak Jamal meminta Ervin untuk duduk di kursi depan, tepat disamping Pak Jamal. Dan dalam setiap perjalanan kota yang semakin hari dipadatkan oleh kendaraan bermesin lainnya, Ervin diajak mengobrol oleh Pak Jamal. Sampai-sampai keakraban di antara mereka pun telah terjalin.
“Beginilah nak Ervin, kehidupanku sehari-hari harus aku jalani dengan ikhlas hati. Meskupun aku merasa lelah, tapi jika aku mengingat kembali senyum orang-orang yang aku sayang di rumah, semangatku langsung bangkit kembali. Dan begitupun dengan kau, kau adalah anak muda yang patut dibanggakan oleh Negara atas prestasi yang kau raih selama ini. Jadi, janganlah kau mudah patah semangat! Aku do'akan kau, semoga saja kau menjadi anak muda yang hebat.” Pak Jamal mengangguk seraya melempar senyum.
“Terimakasih atas do'a Bang Jamal. Dan alhamdulillah, saya juga bersyukur dengan apa yang sudah saya dapatkan ini, Bang Jamal. Dan saya juga berdo'a semoga saja saya bisa memiliki hati besar seperti Abang Jamal ini. Ya sudah Bang Jamal, saya masuk ke dalam sana dulu! Semoga Bang Jamal mendapatkan uang setorang yang banyak untuk hari ini. Aamiin.”
Angkutan umum yang mengantarkan Ervin ke Universitas Sumatra Utara itupun sudah berhenti tepat di depan gerbang utama USU. Dan sebelum Pak Jamal menyalakan mesin angkotnya kembali, Ervin pun sejenak menebar senyuman yang ramah kepada Pak Jamal. Setelah itu, Ervin kembali mengucapkan basmilah untuk melangkahkan kakinya menuju hari yang sukses.
Ervin mulai menelusuri lorong kampus untuk mencari gedung yang sesuai dengan bidang yang ia inginkan, yaitu gedung Fakultas Kedokteran. Dengan langkah yang gontai, ia pun tetap berjalan menelusuri setiap lorong yang mungkin saja masih panjang.
“Siapa Dia? Mungkinkah Dia mahasiswa baru?”
“Mungkin saja seperti itu. Dan lihatlah, cara Dia berpakaian! Sangatlah kampungan, udik dan jadul.”
Ketika Ervin melintas dihadapan beberapa mahasiswa yang lain, Ervin mendengarkan cibiran keji mereka setelah memandang Ervin dengan cara berpenampilan. Namun, Ervin tidak mau menanggapi dan mencari keributan di hari pertamanya masuk kuliah. Sehingga ia memutuskan untuk berdiam dan menahan dengan hati yang sabar.
“Tidak apa Ervin, jika mereka mencibirmu seperti itu. Tapi, kamu harus tetap semangat, karena ada Allah yang tidak menilaimu hanya dengan cara berpenampilanmu yang sederhana. Bahkan kamu pun tahu, bahwa Allah lebih suka kepada hambanya yang tidak akan menyianyiakan pakaiannya.” Ervin mengelus dadanya sejenak lalu, ia menyemangati dirinya sendiri sembari melukiskan senyum tipis di bibirnya.
Ervin Evano, lelaki muda yang sangat tampan, memiliki manik hitam pekat dan bulu mata yang lentik. Jarang sekali seorang lelaki mendapatkan ketampanan yang seperti itu. Dan bahkan, di era sekarang kebanyakan lekaki muda menghabiskan waktu bersama teman-temannyateman-temannyadi tempat nongkrong atau yang biasa disebut basecamp. Tapi, tidak dengan Ervin yang hanya menghabiskan waktunya untuk mengais rejeki seperti Pak Jamal. Dan ketika di waktu luangnya, ia menyempatkan diri untuk membaca dan belajar. Namun, ia tidak pernah lupa dengan tanggung jawabnya sebagai seorang umat Muslim.
Tidak lama kemudian setelah ia berjalan kaki hampir lima belas menit, akhirnya ia menemukan dimana gedung Fakultas Kedoktaran yang sedari tadi ia cari-cari. Dan setelah menemukannya, Ervin pun masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu. Lalu, ia mencari tempat duduk yang menurutnya mampu memberikan kenyamanan saat ia mengenyatkan pantatnya.
“Lebih baik aku duduk di sebelah sini saja. Insya Allah, aku akan merasa nyaman jika aku duduk di paling depan,” putus Ervin kemudian.
Ervin pun memilih tempat duduk terdepan di antara beberapa kursi dan bangku yang berjejeran dengan rapi. Kemudian, silih berganti mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya pun masuk dan mengambil duduk masing-masing. Dan lagi, Ervin kembali bertemu dengan mahasiswa yang tadi sudah mencibir tentang pakaiannya. Hal yang tidak diinginkan oleh Ervin pun kembali terjadi.
“Yah, lihatlah kawan! Ternyata Dia juga ada di sini.”
“Bagaimana bisa Dia berada di Universitas Perguruan Tertinggi? Miskin iya, jelek iya, bahkan tampangnya saja terlihat bodoh.”
“Kita lihat saja, apakah Dia mampu bertahan di sini atau... akan berhenti begitu saja.”
Lagi-lagi Ervin kembali dicibir oleh bibir yang tidak bertulang. Namun, Ervin tetap bersikap tenang. Bahkan cibiran yang terlontar untuknya dianggap angin berlalu. Dan ia hanya terdiam sembari menata hati untuk tetap menanamkan rasa sabar dalam hatinya.
“Sabar Ervin, ini adalah ujian pertamamu untuk menimba ilmu setinggi langit. Dan kamu harus bertahan dalam diam mu,” ujar Ervin dalam hati.
“Bukankah manusia tidak dituntut untuk selalu berpenampilan super? Lebih baik menjadi manusia yang memiliki kepribadian sesederhana mungkin, karena pada dasarnya semua perbuatan yang dilakukan di dunia fana ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak termasuk, mengenai pakaian yang kita beli dengan cuma-cuma.”
Dua mahasiswa itu pun pergi meninggalkan Ervin sembari memberikan senyuman sinis yang menandakan rasa ketidak suka-an mereka terhadap Ervin. Dan tidak lama kemudian setelah semua mahasiswa baru masuk ke dalam ruangan, Dosen pun datang bersama seseorang yang terlihat jenius. Dan Dosen tersebut mengucapkan salam lalu, memperkenalkan dirinya dan juga orang yang sedang berada disampingnya. Bahkan, Dosen yang bernama Pak Adhitama itu menyebut nama Ervin dan memintanya untuk maju ke depan papan.
Deg.
Semua mata pun tertuju kepada Ervin, hingga membuat lekaki itu merasa tak enak hati saja.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments