...Rasa yang hadir begitu saja membuat hati berasa terisi. Namun, diri masih merasa sepi saat menyadari siapa pemiliknya yang sebenarnya. Dan itu bukanlah... Aku....
...****************...
Prakk...
Suara pisau yang amat tajam telah jatuh di lantai. Membuat semua anggota tim medis yang berada di depan meja operasi sontak terkejut. Lantas, mereka menatap ke arah Profesor Nathaniel dan memastikan apa yang terjadi terhadap lelaki paru baya yang amat profesional itu.
“Prof? Anda... kenapa?” tanya seorang dokter anestesi.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi kepada saya. Tanga saya gemetar, bagaimana ini? Sedangkan operasi harus segera dijalankan.” Profesor Nathaniel tak kalah gugup dan khawatir dengan kondisi pasiennya yang berbaring di atas meja operasi.
“Terus ini bagaimana, Prof? Kita tidak bisa mencari dokter lain dengan cepat. Akan menyita waktu yang semakin panjang nantinya.”
Seketika di dalam ruang operasi dibuat panik, sedangkan pembiusan sudah dilakukan dan jantung pun suda dihentikan. Namun, tangan Profesor Nathaniel masih saja bergetar tanpa alasan. Hingga memengaruhi jalannya operasi yang harus segera ditangani.
Dan saat suasana masih gaduh karena panik, tiba-tiba pintu operasi terbuka. Nampak seorang lelaki bertubuh tinggi, tegap dan gagah telah masuk ke dalam ruang operasi dengan pakaian steril, masker dan penutup kepala. Dimana pakaian khas untuk operasi.
“Profesor Nathaniel maaf jika saya lancang. Akan tetapi, operasi harus tetap berjalan. Dan sebaiknya Profesor Nathaniel sekarang juga periksakan tangan Anda yang mengalami tremor, atau paling tidak Anda istirahat saja dulu.”
“Dan saya mohon ijin kepada Anda untuk melakukan operasi ini.”
Profesor Nathaniel mengangguk seraya memegangi tangan kanannya yang masih gemetar. Dan Profesor Nathaniel percaya jika Eevin mampu memimoin jalannya operasi.
Hanya bisa berharap jika, operasi itu akan dilancarkan dan segera usai. Hingga pihak keluarga tidak akan merasa khawatir secara berlebihan lagi.
“Terimakasih.” Ervin mengangguk.
Setelahnya Ervin berdiri di sisi pasien. Lalu, dalam hati kecilnya ia melantunkan basmalah sebelum ia meminta kerja sama dengan tim medis lainnya. Karena, Ervin akan selalu menyertakan nama Allah dalam setiap kegiatannya dan dalam setiap langkahnya.
“Baik, perkenalkan nama saya dokter Ervin Evano. Dokter residen di rumah sakit ini, tetapi... operasi kali ini saya diijinkan untuk memimpin dalam keadaan mendesak. Dan sebelum saya memulai saya mohon kerjasamanya dengan kalian, para senior di rumah sakit ini.” Ervin menatap satu persatu tim operasi di ruangan itu.
Semuanya mengangguk, hingga operasi bisa dimulai sebelum waktunya akan segera habis dan teebuang cuma-cuma. Dan tujuan Ervin adalah ingin menyelamatkan hidup pasiennya, serta memberikan kehidupan baru jika operasi itu bisa dilancarkan.
“Baiklah! Kita bisa memulai operasinya. Karena jantung sudah dihentikan maka kita akan menggunakan prosedur yang lama... Bypass arteri koroner.”
Sejenak Eevin kembali menatap satu persatu tim operasi yang akan membantunya melakukan operasi dengan prosedur bypass arteri koroner.
“Bisa dimulai sekarang?” tanya Ervin memastikan.
Semua mengangguk, tanda setuju. Dan Seperseki detik kemudian operasi dijalankan.
“Scalpel.” Tangan Ervin terulur, meminta pisau bedah kepada perawat yang membantu.
Ervin mulai membuka dada dengan melakukan sayatan. Hebatnya, saat Ervin melakukan pembedahan tak ada darah yang mengiringi pisau itu. Hal tersebut membuat mereka yang melihat termasuk, Profesor Nathaniel dan Aurora merasa heran dan berdecak kagum.
Setelah sayatan telah terbuka Ervin mulai merogoh bagian jantung dan melakukan pengangkatan pada jantung pasien yang akan diganti dengan jantung yang baru. Proses pencakokan jantung pun tak semudah kita melakukan penanaman bunga anggrek loh.
Pasien atau penerima jantung harus mencari jantung yang cocok untuk di menggantikan jantungnya yang rusak_yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Bahkan persyaratan yang digunakan tidak abal-abal, harus melakukan metode yang dianjurkan oleh tim medis.
“Tolong ambilkan jantung yang baru!” pinta Ervin setelah berhasil mengangkat jantung dari pasien.
“Pinset.” Ervin meminta pinset untuk menjepit kasa.
Selain itu perawat pembantun juga selalu memeriksa alat electrosurgical device. Alat yang digunakan untuk mencegah pasien kehilangan darah terlalu banyak yang dapat membahayakan keselamatan pasien. Selain alat tersebut perawat juga memantau mesin defribilator.
“Gunting bedah.”
Setelah memasang jantung yang baru di tubuh pasien dan memastikan dengan pasti jika, jantung tersebut dapat diterima oleh tubuh pasien, Ervin mulai melakukan jahitan dan bahkan hampir selesai menjahit nya.
Krek...
Benang pun sudah dipotong oleh Ervin setelah itu kembali menjahit dada yang habis disayat tadi. Setelahnya, semua mampu bernafas lega setelah dinyatakan operasi yang baru saja mereka lakukan telah usai.
“Terimakasih atas kerjasamanya.” Ervin menatap kembali satu persatu tim nya.
Semua mengangguk seraya tersenyum, meskipun tidak dapat dilihat secara langsung tetapi, Ervin yakin dibalik makser yang mereka pakai telah menyatakan jika mereka senang karena, operasi berjalan dengan lancar.
“Sisanya kalian bisa urus. Saya akan memberitahu kepada keluarga pasien jika, operasinya lancar.” Semua mengangguk tanda setuju.
Ervin keluar dengan bangganya, tak hentinya ia juga mengucap rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena, Allah lah yang membuatnya mampu menyelesaikan tugasnya sebagai dokter ahli bedah jantung.
...----------------...
Lampu ruang operasi telah dimatikan. Tanda jika operasi sudah selesai. Namun, keluarga pasien yang menunggu tak tahu apakah di dalam sana operasi telah berjalan lancar atau justru sebaliknya_mengalami kendala yang bisa berakibat fatal.
‘Semoga saja operasinya berhasil.’ Monolog seorang perempuan yang bisa dibilang jika itu adalah keluarga pasien.
Pintu ruang operasi telah terbuka, Ervin selalu dokter pemimpin pembedahan telah disambut oleh keluarga pasien yang sedari tadi menunggu dengan hati yang cemas.
“Anda tidak perlu takut dan khawatir lagi. Alhamdulillah, operasinya berjalan dengan lancar bahkan, pasien mampu menerima dengan baik jantung sang pendonor.” Perempuan itu bernapas lega.
“Alhamdulillah, terimakasih, Dok. Berkat Anda, suami saya berhasil diselamatkan.” Perempuan itu menggenggam tangan Ervin untuk sekedar mengucapkan rasa terimakasih nya.
Ervin dengan ramahnya tersenyum, setelahnya Ervin meminta ijin untuk pergi ke ruang ganti hendak berganti pakaian yang kembali bersih.
Namun, saat hendak berjalan menuju ruang ganti tiba-tiba jalannya telah terhenti kala ia bertemu dengan Profesor Nathaniel dan Aurora.
“Profesor Nathaniel,” panggil Ervin lirih.
“Berganti lah pakaian terlebih dahulu, setelah itu masuk ke ruangan saya.” Hanya sekedar memberi titah kepada Ervin. Dan Eevin hanya mengangguk saja.
Sepersekian detik kemudian, Ervin sudah berada di dalam ruangan Profesor Nathaniel bersama Aurora. Saat baru menempatkan posisinya di kursi ruangan itu Ervin merasa tak enak hati. Karena, di sana ia harus bertemu dengan Aurora, sedangkan selama ini ia berusaha untuk menghindari pertemuan yang seperti itu.
”Saya tidak mau bertele-tele dan saya hanya ingin mengatakan jika kamu dokter hebat... Ervin.”
“Tadi, saat rapat berlangsung kamu terus melontarkan pertanyaan bertubi_seolah kamu tidak tahu tentang prosedur bypass arteri koroner. Tapi, kenyataannya kamu lebih mengenal prosedur itu daripada dokter Aurora maupun saya yang sudah menjadi Profesor di rumah sakit ini.” Profesor Nathaniel mengakui kehebatan yang dimiliki Ervin.
Saat namanya telah disebut sontak Aurora menatap Ervin dan Profesor Nathaniel secara bergantian. Dan yang dirasakan perempuan beemata biru kali ini bukanlah memendam api kemarahan yang sewaktu-waktu akan berkobar. Melainkan yang dirasakan Aurora adalah suatu kebanggamlan tersendiri baginya saat Ervin mampu menjadi dokter yang hebat.
’Kamu layak mendapatkan pujian seperti itu Ervin. I know, kamu memang hebat.’ Aurora berdecak kagum di dalam hati kecilnya.
“Saya rasa Anda terlalu berlebihan memuji saya seperti itu, Prof. Saya hanya pernah membaca dan mempelajarinya saja dalam sebuah buku. Dan masalah tadi saya hanya ingin tahu swoeeyi apa prosedur itu. Karena, sebenarnya ada yang lebih modern lagi daripada prosedur bypass arteri koroner yaitu, prosedur ‘off-pump’.”
“Prosedur jantung tanpa harus menghentikan jantung pasien.”
Profesor Nathaniel hanya mendengarkan saja sejauh mana pengetahuan Ervin selama menjadi dokter residen di rumah sakit tersebut.
Obrolan pun terus bergulir. Hingga membuat Aurora merasa puas bisa menatap Ervin yang duduk di sebelahnya itu. Apalagi Ervin tidak menyadari akan hal itu, membaut Aurora semakin leluasa saja.
“Saya tidak apa-apa, jangan terlalu khawatir. Mungkin ada beberapa faktor tertentu yang membuat saya mengalami tremor. Hanya membutuhkan istirahat saja pasti akan segera sembuh.”
“Anda serius tidak apa-apa, Prof? Saya benar merasa khawatir jika terjadi sesuatu terhadap Anda. Karena, saya menganggap Anda adalah aya saya sendiri jadi, saya takut jika Anda mengalami hal serius pada kesehatan Anda, Prof.”
“Percayalah! Saya tidak apa-apa.”
Obrolan diakhiri karena Ervin harus kembali ke ruangannya dan melakukan tugasnya lagi. Begitu juga halnya dengan Aurora, perempuan itu juga harus kembali dalam menjalankan tugasnya.
...----------------...
Jam pergantian sift sudah dimulai. Dimana Ervin akan bergantian sift dengan dokter lainnya yang sama-sama spesialis jantung. Dan Eevin teringat akan sesuatu, tak lain adalah bertemu janji dengan tukang foto yang akan membidik gambarnya bersama bang Jamal, kak Sita dan juga Razza.
“Masih jam lima, masih sempat lah membeli kopi terlebih dahulu.” Ervin menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Ervin segera menuju ke tempat parkir hendak mengambil motor matic nya. Tetapi, saat ia berdiri di samping motor scoopy nya itu tatapannya menajam pada seseorang yang amat ia kenal. Dimana orang tersebut tak jauh dari dirinya.
“Siapa Dia? Tamu tak di undang kah?” gumam Ervin.
“Tapi... hadirnya sungguh membuatku sadar. Rasa yang hadir begitu saja membuat hati berasa terisi. Namun, diri masih merasa sepi saat menyadari siapa pemiliknya yang sebenarnya. Dan itu bukanlah... Aku.”
Ervin meratap, seolah semesta saat ini sedang memepemainkan perasaannya. Bagaimana tidak? Ervin merasa jika ia masih terbelenggu dalam masa lalu. Dan ketika ia ingin mulai membuka hati tetapi, justru hukum tabu telah bertengger bahkan seolah tembok yang begitu besar begitu sulit untuk dirobohkan dengan mudah.
Cinta, begitulah kisah yang merumitkan hidup Ervin. Dan saat melihat Aurora sedang bersama seorang lelaki berseragam loreng tiba-tiba ada rasa yang berbeda dalam hati Ervin.
Entahlah! Rasa itu tak bisa digambarkan dengan mudah. Hanya Ervin dan Allah lah yang tahu bagaimana perasaan itu timbul menyelimuti hati.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments