Different One
“Selamat Nyonya Scarlet, Anda mendapatkan sepasang bayi kembar, satu lelaki dan satu perempuan.” Seorang dokter membawa dua bayi masuk ke sebuah bangsal persalinan.
Briptu Scarlet menatap dokter dengan senyum terbit di sudut bibirnya. Baginya suatu kebahagiaan mendapat dua anak sekaligus.
“Scarlet, kau hebat memberiku sepasang anak kembar. Aku akan menamakan anak ini Jorell Watson. Kau beri nama putri kita.”
Detektif Carl menggendong bayi perempuannya lalu mendekatkan pada Briptu Scarlet yang sedang memeluk bayi lelaki.
“Joice, Ibu memberimu nama Joice. Semoga kelak kau bisa tumbuh bersama Jorell dengan sehat.”
Briptu Scarlet mencium Jorell lalu beralih mencium kening Joice.
“Nyonya, Tuan, permisi. Dua bayi itu harus masuk ke ruang observasi dulu.” Perawat datang, kemudian mengambil dua bayi kembar tersebut, untuk dirawat dan dibersihkan.
Dengan berat hati, Nyonya Scarlet dan Detektif Carl menyerahkan putra dan putri mereka.
“Kau beristirahatlah sekarang. Kau pasti lelah sekali.” Detektif Carl menyelimuti istrinya itu kemudian mengecup keningnya.
***
Di ruangan bayi, dari luar ada sepasang manik mata yang menatap intens ke ruangan tersebut. Seorang pria mengulas senyum seringai, ketika perawat keluar dari ruangan itu.
“Jadi di sana bayinya Carl.”
Pria itu Detektif Darcy. Sudah lama dia mengawasi kehamilan Briptu Scarlet. Dia juga tahu jika kehamilannya kembar sepasang.
Tentu, dia juga sudah lama sekali mempersiapkan skenario ini. Skenario balas dendam atas perbuatan Detektif Carl sebelumnya yang membuat kantornya ditutup total dan izinnya dicabut selama lima tahun.
Detektif Darcy tidak datang sendirian ke sana. Dia datang dengan membawa seorang bayi lelaki, tepatnya seorang mayat bayi. Bayi meninggal yang dia dapatkan dari seseorang.
“Aku harus berhasil kali ini.” Pria itu kemudian mematikan CCTV yang ada di sekitar ruangan bayi.
Darcy sudah hafal bentuk rumah sakit tersebut, juga letak kamera CCTV berada. Dia sudah memantau semuanya.
Tepat di saat ruangan itu sepi dan sama sekali tak ada perawat yang bertugas di sana, Darcy masuk setelah mematikan CCTV selama satu menit.
“Jorell ... nama yang bagus. Apakah itu Carl yang memberimu nama?” Darcy langsung menuju ke tempat Jorell berada.
Bahkan ia mengulas senyum lebar di ujung bibirnya, menyapa bayi mungil itu, juga menyentuh pipinya.
“Sekarang, kau akan ikut bersamaku.” Lagi, Darcy mengulas senyum seringai.
Dengan cepat, ia mengambil Jorell lalu menukarnya dengan mayat bayi yang di bawanya.
“Kau pasti akan senang ikut bersamaku.” Darcy segera pergi dari sana sebelum ada perawat lain yang masuk. Tak lupa, dia menyalakan kembali kamera cctv di ruangan bayi tersebut juga kamera cctv di sekitar ruangan bayi.
Ia menghilang dalam hitungan detik, membawa Jorell.
Dari dalam ruang bayi terdengar suara bayi menangis melengking setelahnya, mengundang dan memanggil perawat yang ada di ruang perawat untuk datang.
“Kenapa bayi ini menangis? Joice, tadi dia baik-baik saja setelah dibersihkan.” Seorang perawat masuk ke ruang bayi dan langsung menuju ke sumber suara tangisan bayi melengking tersebut.
“Apa mungkin dia haus?” Perawat mengangakat Joice dari box bayi lalu menggendongnya.
Letak box Joice dan Jorell bersebelahan. Perawat pun melihat box bayi Jorell. Bayi itu diam saja. Entah tidur atau masih belum bangun.
Tangisan melengking Joice membangunkan bayi lainnya yang ada di ruangan tersebut, tapi anehnya tangisan itu tidak membuat Jorell bangun. Hal itu membuat perawat curiga.
“Bayi Jorell, apa kau tidak mendengar suara berisik saudari kembarmu? Lihat, bayi-bayi lain di sini pada bangun.”
Bayi lain yang terbangun di ruangan itu pun beberapa dari mereka mulai menangis, mengundang perawat lain untuk masuk. Karena satu perawat tak bisa menangani bayi lebih dari dua.
Karena masih terlelap tidur, perawat itu mengangkat Jorell. Namun ia terkejut sekali sekaligus syok setelah mengangkatnya. Untuk memastikannya, ia menaruh kembali Jorell ke box bayi.
“Semoga saja dugaanku tidak benar.” Perawat itu segera memeriksa kondisi bayi yang tubuhnya terasa dingin sekali dengan wajah pucatnya.
Ia memeriksa napas juga denyut nadi bayi Jorell yang ternyata sudah tak ada.
“Astaga! Bayi ini sudah meninggal. Padahal beberapa saat yang lalu kondisinya sehat dan bagus sekali, tak ada masalah. Tapi kenapa tiba-tiba meninggal?”
Perawat lain datang untuk memeriksa dan membantu. Mereka tak bisa melakukan pertolongan untuk bayi Jorell, karena sudah terlambat.
Sedangkan bayi Joice terus menangis dan tak bisa didiamkan.
***
“Nyonya, bayi Anda menangis. Mungkin waktunya menyusu.” Perawat masuk kembali ke ruangan tempat Nyonya Scarlet dirawat.
Para perawat yang ada di sana tak bisa menenangkan Joice, sehingga terpaksa membawanya pada ibu si bayi.
“Bawa sini, suster. Aku akan memberinya minum,” ujar Nyonya Scarlet.
Perawat mendekat dan menyerahkan Joice pada ibunya.
“Di mana Jorell? Apa dia tidak menangis dan haus?” tanya Detektif Carl yang masih ada di sana pada perawat.
“Bayi Jorell tidak menangis. Dia masih tidur.” Perawat berusaha menjelaskan dengan tenang. Dia kemudian mendekat pada Detektif Carl dan bicara lirih, supaya tidak terdengar oleh ibu bayi. “Tuan, ada hal penting terkait bayi Jorell yang ingin aku sampaikan pada Anda. Tolong, ikut bersamaku sebentar.”
Deg! Detektif Carl nampak panik seketika mendengar ucapan perawat. pasti ada satu hal serius yang ingin dibicarakan dengan dirinya sampai membawanya keluar begini.
Detektif Carl sudah bangkit dari tempat duduknya. Ia kemudian menatap wanitanya sebelum pergi.
“Scarlet, aku keluar sebentar. Aku hanya membeli makanan dan akan segera kembali.” Sengaja dia berbohong begitu untuk menjaga perasaan istrinya Jika benar ada sesuatu yang terjadi pada putra mereka.
Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Detektif Carl berhambur keluar mengikuti perawat tadi yang kemudian masuk ke ruangan bayi.
Detektif Carl bersama perawat tadi kemudian langsung menuju ke box bayi Jorell.
“Tuan ... kami segenap petugas medis rumah sakit ini mengucapkan belasungkawa yang teramat mendalam. Putra Anda meninggal.” Perawat tadi menjelaskan.
“Apa?!” Detektif Carl tersentak kaget. Dia pikir ada masalah kesehatan atau sejenisnya pada putranya, ternyata bukan hanya itu masalahnya, masalahnya lebih berat daripada sakit.
Pria itu nampak gemetar. Detik itu juga, dia langsung mengangkat Jorell dari box bayi dan memeluknya erat. Bahkan air matanya pun berderai.
“Jorell, putraku. Belum ada sehari kau lahir, tapi kenapa kau meninggal?” Tapi tatapan Detektif Carl tertuju pada perawat di sampingnya yang tertunduk, penuh tuntutan.
“Bagaimana ini bisa terjadi? Tadi dia baik-baik saja?” Detektif Carl menuntut penjelasan.
“Kondisi bayi baru lahir memang rentan, Tuan. pa saja bisa terjadi meskipun kondisi sebelumnya bagus. Kami juga sudah berusaha semaksimal mungkin. Maafkan kami.” Perawat ikut menyesal atas kepergian Jorell yang mendadak.
Detektif Carl membuang napas panjang sembari menagkup wajahnya dengan kasar. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan pada istrinya nanti mengenai Jorell.
***
Halo akak semua, dukung ya kisah baruku. Jangan lupa like, dan koment.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
🌿Neptunus ♈
Cek dulu kak
2023-08-20
5
mata besi
mungkin dia terasa
2023-08-20
2
mulut ikan
ternytaa bagus
2023-08-19
2