Jorell pun langsung tersulut emosi dikatai sebagai anak haram dikeluarganya. Memang dia pun menyadari perbedaan dirinya dan Aroon yang memang sama sekali tidak mirip, tapi ibunya bilang mereka berdua saudara kandung.
“Sekali lagi kau menyebutku sebagai anak haram. Jangan harap kau bisa bicara lagi!” hardik Jorell pada teman Aroon yang mengejeknya.
Jorell menatap dengan tatapan tajam, bahkan tangannya pun terkepal sempurna dan siap melayang di udara.
“Kak, sudah. Jangan ladeni dia. Kita pergi saja.” Aroon yang berada di balik punggung Jorell bicara lirih, sembari menyentuh bahu Jorell.
“Kakak-adik sama saja. Kalian berdua pengecut! Dasar anak haram.” Teman Aroon tadi bukannya diam dan takut pada ancaman Jorell, dia malah mengejek kembali.
Membuat emosi Jorell yang hampir padam kembali meletup disebut begitu.
“Katakan sekali lagi!” Jorell tiba-tiba menyentak dengan nada tinggi.
Bukan temannya Aroon saja yang kaget, bahkan Aroon pun sampai kaget melihat kakaknya yang pendiam dan cenderung lembut bisa semarah itu.
Sungguh, baru kali ini Aroon melihat Jorell semarah ini, dan itu membuatnya merinding.
“Apa? Kau tidak terima dikatakan sebagai anak haram?” Masih saja temannya Aroon itu tak bisa diam.
Terpaksa Jorell pun membungkam mulut teman Aroon itu agar tak bersuara lagi.
Ternyata aksi Jorell yang cukup berani, mengundang anak lelaki lain yang segrup dengan temannya Aroon, sebut saja dia Lucky.
Lucky ternyata mengirimkan kode dan memanggil temannya, sehingga ada sepuluh anak lelaki yang tiba-tiba datang dan mengeroyok Jorell.
“Berani kau ya menantangku? Terima akibatnya!” Lucky menampik tangan Jorell.
Setelahnya, sepuluh anak lelaki tadi maju dan mengeroyok Jorell.
“Aroon, pergi dari sini, cepat! Kau panggil petugas keamanan di sekolah ini atau guru BP sekalian kemari. Cepat!” Jorell berkata dengan cepat.
Dia tak ingin adiknya itu sampai terluka dihajar massa.
“Tapi Kak, bagaimana denganmu? Mereka pasti akan menghajarmu.” Aroon menolak karena mempertimbangkan kondisi kakaknya yang mungkin akan babak belur dikeroyok beramai-ramai.
“Aku akan aman, asal kau cepat memanggil petugas keamanan di sini ataupun guru BP di sini. Cepat pergi!” pinta Jorell.
Aroon pun segera berlari dari sana dan menuju ke petugas keamanan sekolah.
Setelah kepergian Aroon, sepuluh orang itu langsung mengeroyok Jorell.
Tentu saja melawan sepuluh orang sendiri, Jorell kewalahan. Meskipun ia melawan dan balik memukul mereka, tapi tetap saja dia babak belur.
Ini semua karena Lucky. Dia sendiri hanya melihat saja. Kau juga harus merasakan sama dengan seperti yang kurasakan.
Jorell maju menerobos kemudian menghampiri Lucky. Dia pun langsung memukulnya bertubi-tubi tanpa ampun. Mungkin karena selama ini Darcy sering memukulinya, itu sama saja pelajaran baginya yang dia serap dan sekarang terapkan.
Dia melakukan sama seperti yang dilakukan oleh Darcy selama ini pada Lucky. Entah, ada rasa kepuasan sendiri saat memukul Lucky.
Jorell baru berhenti saat Lucky mendesis.
“Akh! Kepalaku!” pekik Lucky. Ia memegang kepalanya yang terasa nyeri juga perih. Darah mengucur dari kepalanya.
Tepat di saat itu petugas keamanan sekolah dan guru BP datang.
“Hentikan! Kalian semua berhenti!” teriak seorang petugas keamanan sekolah, melerai.
Semua berhenti, termasuk sepuluh anak lelaki yang akan mengeroyok Jorell kembali.
“Kakak! Kau tak apa?” Aroon segera menghampiri kakaknya yang babak belur.
Jorell nampak buruk. Wajahnya bonyok dan sudut bibirnya berdarah.
“Apa yang kalian lakukan? Kalian dua belas anak, masuk ke ruanganku sekarang. Kalian jelaskan semuanya di sana!” Kali ini yang menyentak bukan petugas keamanan sekolah, melainkan guru BP.
“Tolong, kepalaku sakit!” Lucky merintih sakit, membuat empat pasang bola mata terpaku padanya.
Guru BP menghampiri Lucky dan mendapati kondisinya parah. Kepalanya bocor dan perlu penanganan segera.
“Panggilkan petugas medis, cepat,” ujar guru BP pada petugas keamanan sekolah.
“Baik, Pak.”
Di Institut Florimont ini ada fasilitas petugas medis yang mirip dengan petugas medis di rumah sakit, bahkan peralatannya sama seperti rumah sakit yang ada di daerah Swiss.
***
“Sialan si Jorell itu!” desau Lucky keluar dari ruang kesehatan sekolah setelah petugas medis di sana merawatnya dan memberinya tiga jahitan di kepala untuk merekatkan luka di kepalanya yang bocor.
Bahkan, setelah selesai mendapatkan perawatan, dia harus masuk ke ruang BP untuk menemui guru di sana.
Di sana sudah ada Jorell yang ditemani oleh Aroon dan sepuluh anak laki-laki yang merupakan grup dari Lucky.
“Lucky, duduk sini. Kami semua sudah menunggumu.” Guru BP memanggil, sebut saja dia Mr. Paul.
Mr. Paul kemudian meminta penjelasan dari pihak Lucky dan juga dari pihak Jorell.
“Dia yang membuatku hingga babak belur begini.” Lucky tak mau disalahkan dan menuding Jorell sebagai biang keladinya.
Aroon mengetahui seperti apa kondisinya di sana dan bagaimana awal kejadiannya menjelaskan secara rinci pada Mr. Paul. Dia juga menjelaskan apa pemicu Kejadian ini adalah mulut Lucky yang mengolok ibu mereka berdua.
“Baiklah. Masalah hari ini sudah aku anggap selesai. Tapi tetap saja kalian semua salah dan melanggar aturan sekolah, karena berkelahi dan menyebabkan keributan. Terutama kau Lucky. Sudah berapa kali kau tawuran di sekolah. Sudah banyak catatan masalah yang kau buat di sekolah ini. Jika sampai terjadi lagi, maka pihak sekolah tak akan segan lagi untuk mengeluarkanmu dari sini.” Mr. Paul menjelaskan panjang lebar.
Lucky dan anggota kelompoknya diam tak berani berucap, setelah mendengar ancaman yang barusan di alamatkan padanya.
“Kau juga Jorell. Ini pertama kalimu melanggar aturan di sekolah. Bapak tak ingin melihat kau terlibat perkelahian lagi dengan siapapun. Baiklah, bawa surat ini dan berikan kepada orang tua kalian.”
Mr. Paul kemudian memberikan amplop putih pada dua belas anak lelaki yang dia panggil tadi. Tentu saja mereka semua gemetar setelah menerima surat tersebut. Bagaimana tidak gemetar jika isinya merupakan surat panggilan untuk kedatangan orang tua ke sekolah.
***
Jorell dan Aroon sampai di rumah. Begitu mereka masuk, Darcy langsung menyambut kedatangan mereka berdua.
“Aroon, Jorell ada apa dengan muka kalian?” pekik Darcy melihat dua putranya pulang dengan wajah lebam.
Jorell tak bicara dan langsung menyerahkan surat yang dibawanya pada Darcy.
“Apa ini?” Dengan cepat, Darcy mengeluarkan isi surat tersebut dan membacanya. Tentu saja dia marah setelah mengetahui apa isinya.
“Jorell! Apa lagi yang kau lakukan di sekolah? Apakah tidak cukup kau membuat masalah di sekolah dengan panggilan surat dari sekolah sebelumnya karena nilaimu yang jelek? Kini kau dapat masalah lagi dengan berkelahi.”
Padahal jelas sekali tertulis dalam surat tadi apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang sebenarnya bersalah. Namun Darcy pada akhirnya tetap menyalahkan Jorell.
Darcy bersiap melayangkan tangannya yang terkepal erat di udara dan akan mendarat di dada Jorell. Namun sebuah suara menhentikannya.
“Hentikan!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Tanduk emas
Tenang Jorell ada Betsy,
2023-08-23
0
lentera
singa menunjukkan taringnya
2023-08-21
1
spion kuning
kerjaanmu hanya marah saja darcy
2023-08-20
9