Darcy masuk ke kamar Jorell saat Betsy mengobati luka Jorell.
“Jorell terluka, aku harus mengobati lukanya.” Betsy sendiri memperlakukan Jorell sama dengan ia memperlakukan Aroon, putranya sendiri.
Karena Jorell sudah ia rawat sejak bayi, maka ia sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri, tak ada perbedaan perlakuan di antara mereka berdua.
Jorell tertunduk, tak berani menatap Darcy. Takut. Hanya itu yang selalu ada dalam pikirannya. Takut jika ayahnya itu memberikan hukuman lagi untuknya. Hukuman yang seharusnya tidak dia terima, tapi harus dia tanggung sendiri sampai saat ini.
“Dia itu lelaki. Dia harus kuat. Kau jangan sering memanjakan dia!” ujar Darcy beralasan. Padahal sebenarnya dia tak ingin Jorell mendapatkan perawatan.
“Memanjakan apa? Aku hanya merawat lukanya saja, bukan memanjakkannya.”
Betsy menaruh kembali salep ke meja.
“Jorell, kau pasti belum makan malam. Ayo makan.” Betsy mengajak.
Namun Jorell menolak. Bukan karena tidak lapar, tapi karena tak ingin melihat ayahnya. Tak ingin melihat tatapan kekejaman ayahnya.
Betsy kemudian beralih menatap Darcy dengan tatapan tajam. Siapa tahu saja suaminya itu yang melarang Jorell untuk makan malam bersama.
“Jorell, cepat keluar dari kamarmu dan makan malam. Atau kau tak akan makan malam hari ini. Karena kami akan menghabiskannya sendiri!” Darcy pun bicara demikian karena tak ingin istrinya mencurigai dirinya.
“Ya, Ayah.” Bukan karena menurut, tapi Jorell mau bukan itu karena takut setelah melihat tatapan mengancam dari Darcy.
Betsy keluar lebih dulu meninggalkan mereka berdua.
“Awas jika kau sampai lapor pada ibumu.” Darcy mengancam.
“Tidak, Ayah.” Jorell menjawab cepat dengan sorot mata penuh ketakutan.
Dia lalu keluar kamar setelah Darcy keluar lebih dulu.
***
Tujuh tahun berlalu...
Di suatu kelas di sekolah sedang berlangsung pelajaran kelas fisika.
“Siapa yang bisa menyelesaikan rumus ini?” tanya seorang guru pada siswanya di kelas.
Rumus fisika yang ditulis di papan sangatlah sulit dipecahkan. Semua siswa yang ada di kelas mencoba memecahkan soal tersebut sebelum maju ke depan.
“Sulit sekali. Soal macam apa itu?” celetuk seorang siswa setelah mencoba menyelesaikan namun gagal.
“Aku tak bisa menemukannya.” Seorang gadis membaca jawabannya yang panjang, namun rupanya masih belum menemukan juga jawaban yang tepat.
“Kemungkinan jawabannya seperti ini lalu ditarik akar pangkat tiga dan dikuadrakan eksponen dua. Apakah ini jawabannya?” Jorell membaca satu lembar kertas berisi uraian panjang jawabannya dengan menggabungkan berbagai rumus hingga menemukan jawaban akhirnya.
Teman sebangku Jorell sampai melihat kertas Jorell untuk melihatnya.
“Apa ini yang kau kerjakan?” Anak lelaki itu menarik kertas Jorell untuk melihatnya. “Bagaimana bisa kau mengerjakan ini? Padahal sedari tadi kau tidur.” Temannya Jorell itu meledek.
Di sekolah ini, biasanya Jorell sering tidur di kelas saat pelajaran yang diterangkan oleh guru tidak menarik untuknya. Dan bukan hanya itu saja, beberapa nilai akademisnya juga kurang bagus.
Tapi kali ini dia bisa mengerjakan soal serumit ini, bagaimana bisa?
“Apakah ada yang sudah menyelesaikan rumus ini?” Guru di kelas kembali bertanya.
“Kembalikan kertasku.” Jorell mengambil lembaran kertasnya lagi dari tangan temannya sebangku.
Ia kemudian mengangkat tangannya ke atas. “Aku sudah menyelesaikannya, Miss.”
“Jorell?” Miss Clara, guru Fisika di kelas heran. “Baik, coba maju dan tuliskan jawabanmu di papan.”
Jorell pun maju ke depan dan menuliskan jawabannya. Jawaban yang panjang sekali sampai memenuhi papan tulis. Ia kembali ke tempat duduknya setelah selesai mengerjakan.
“Baiklah, aku akan memeriksanya apakah jawaban dari Jorell benar?” Miss Clara langsung menatap papan tulis di belakangnya.
“Oh, jawaban Jorell kali ini benar. Ya, jawabannya memang ini.” Miss Clara sendiri tak menyangka dengan apa yang dilihatnya ini.
Biasanya Jorell pasif juga cenderung tidak memperhatikan saat ia menerangkan. Namun ternyata kali ini bisa memecahkan soal serumit ini. Di antara rasa bingung juga rasa takjubnya, ia pun memberikan suara.
“Selamat Jorell. Kali ini kau menjawab pertanyaan ini dengan benar. Ibu tidak menyangka, kau memperhatikan. Ya, teruslah seperti ini untuk selanjutnya.”
Dengan pujian itu seluruh pasang mata mengunci tatapannya pada Jorell. Sungguh mereka tak menyangka sama sekali. Jorell yang bodoh bisa mengerjakan itu.
Sedangkan Jorell hanya diam saja dengan pujian dari guru kelasnya.
***
Bel istirahat berbunyi di Institut Florimont. Para siswa sekolah yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama itu keluar dari kelas.
Institut Florimont merupakan salah satu sekolah terkenal di Swiss.
“Aroon, kemari!” Seseorang memanggil.
“Ya.” Aroon menyahut pada teman yang memanggilnya.
Aroon dan Jorell berada di sekolah yang sama. Mereka beda kelas karena memang beda usia, selisih satu tahun. Jorell duduk di kelas tiga, sedangkan Aroon duduk di kelas dua.
Aroon kemudian duduk di tangga yang ada di teras kelasnya bersama teman-temannya. Banyak juga yang duduk di sana selain dirinya dan teman-temannya. Itu sudah kebiasaan mereka duduk memenuhi tangga teras dan melihat siapa saja yang lewat.
“Bukankah itu Kakamu, Aroon?” Salah satu teman Aroon menunjuk pada Jorell yang saat itu melintas bersama teman sekelasnya.
Aroon diam saja, tak merespon meskipun ikut memperhatikan.
“Kalian berdua itu saudara kandung tapi kenapa berbeda sekali? Kalian berdua sama sekali tidak mirip. Apakah mungkin ibumu itu berselingkuh dengan pria lain?” ceplos seorang anak lelaki.
“Hey! Kau boleh menghinaku atau kakakku tapi jangan sampai kau menghina ibuku! Ibuku baik. Dia tidak mungkin berselingkuh seperti apa yang kau ucapkan.” Tiba-tiba saja Aroon marah.
Kalimat itu sungguh menyinggung perasaannya. Ia tahu sekali seperti apa ibunya. Makanya berani membelanya dengan percaya diri.
“Hey! Biasa saja kau merespon!” Anak lelaki itu ikut marah, setelah Aroon bicara dengannya dengan nada tinggi.
Entah siapa yang mulai duluan, di sana ramai sekarang. Aroon dan temannya itu saling menarik kerah baju.
“Ada apa di sana?” Jorell langsung berbalik mendengar suara keributan di belakangnya.
“Itu kan Aroon?!” Langsung saja Jorell berlari menuju ke arah adiknya itu berada.
“Hey, Jorell, kau bilang mau ke kantin?” Teman sebangkunya itu sedang berjalan bersama Jorell memanggil.
“Kau tunggu dulu di kantin Aku akan menyusulmu nanti ke sana setelah membereskan urusan ini.”
Tanpa menoleh pada temannya itu, Jorell terus berlari.
“Hentikan! Apa yang kalian lakukan pada Adikku?” Jorell tiba di tempat Aroon berada.
Dia menatap tajam pada semua teman Aroon yang ada di sana.
“Oh, kebetulan sekali kakaknya Aroon yang merupakan anak dari perselingkuhan datang kemari.”
Jorell menatap tajam pada teman Aroon yang bermulut tajam itu.
“Lepaskan Aroon!” Jorell langsung menarik Aroon ke sisinya. Tatapannya pun berubah tajam.
“Siapa yang bilang aku anak selingkuhan? Maju ke sini! Ibu kami orang baik, jangan pernah menyebut kata itu pada ibu kami!” Jorell marah dan langsung membela ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rezeky lancar melimpah Rezeky
kasian dikatain anak haram
2023-08-22
0
mata besi
coba tes dna saja
2023-08-20
7
spion kuning
ayah macam apa
2023-08-20
1