Karin berdiri di depan altar bersama Ayahnya yang akan mengantar sampai ke depan.
Karin nampak anggun dan cantik mengenakan dress simpel yang menyempit di bagian pinggang ke paha, ditambah riasan tipis yang ia pakai sendiri tanpa bantuan staff wedding organizer.
Bahkan Karin tidak mengundang teman-temannya, mau di taruh di mana mukanya jika mereka mengetahui ia menikahi pria kelas menengah kebawah, yang sepertinya memang menginginkan pergantian status sosial dengan menjadi parasit di kelurganya. Tapi Karin menerima hal ini bukan tanpa pertimbangan dan rencana matang.
Ia tersenyum tipis saat Ayahnya menyerahkan tangannya pada pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, sebut saja pria itu Regard.
Seorang wanita yang merupakan salah satu staff wedding nampak memegang nampan kecil berisi kotak cincin.
Karin tersenyum remeh saat melihat cincin yang ada di dalam kotak itu, disini Karin sama sekali tidak ingin merendahkan siapapun. Hanya saja ia muak dengan parasit kelas bawah yang memimpikan kedudukan tinggi tanpa mau berusaha sendiri dan kadang bahkan tak segan merebut milik orang lain, contoh saja Ibu tirinya.
Regard bersiap memasangkan cincin ke jari manis Karin.
Sementara di sisi lain, Riana nampak tersenyum puas melihat putri tirinya menikahi pria kalangan bawah yang akan membuatnya sengsara dan hidup miskin.
Brak!
Pintu di depan altar di buka dengan kuat, hanya untuk membuat semua orang didalam terpana, Liam tampak berbeda dalam kewibawaan yang dingin. Pandangan menukik tajam dengan senyum tipis terulas angkuh dan sombong. Setelan jas hitam Louis Vuitton yang membalut tubuh tegapnya, kian mendukung penampilan Liam nyaris tanpa cela.
Bahkan seorang Karin nampak terdiam takjub tanpa mengedipkan matanya beberapa detik.
Liam berjalan dengan angkuh menatap lurus ke depan, ke posisi Regard.
Ia dengan cepat menyambar mic pembawa acara dan menyuarakan, "Maaf Baby, Aku terlambat." Ujarnya sambil berjalan menuju Karin.
Karin mengernyitkan dahinya bingung, apa maksudnya pria ini.
"Aku yang seharusnya berada di sini, jangan sampai Tuan Morgan mengetahui yang sebenarnya" Bisik Liam tepat di telinga Regard lalu mendorongnya untuk menyingkir tapi tidak sampai terjungkal.
"Ayo lanjutkan" Katanya tersenyum lebar sambil mengeluarkan sekotak cincin dari saku jas nya.
Dengan cepat Liam memasangkan cincinnya pada Karin lalu di susul ia yang di pasangkan cincin. Tapi Karin terlihat ragu, pria gila mana lagi ini? Pikirnya.
"Kau benar-benar lupa dengan pria yang bersamamu malam itu? Cepat pasangkan cincinnya, aku harus mengejar penerbangan." Bisiknya lagi sukses membuat bulu kuduk Karin berdiri ngeri.
Selesai proses pemasangan cincin, Tuan Morgan masih di buat diam tak bisa bicara karena masih berada di tengah acara.
Liam menggenggam kedua tangan Karin, "Kau terlihat sangat cantik hari ini" ucapnya pelan terdengar jelas di telinga Karin yang tanpa sadar memerah karena malu.
Selesai pengucapan janji pernikahan, Liam dengan cepat mengikis jaraknya dengan Karin dan tanpa aba-aba mencium dengan cepat hingga membuat Karin membelalakkan matanya, kaget.
"Ternyata masih sama" gumamnya pelan lalu tersenyum tipis sambil mengelap bibir Karin.
Dengan cepat Liam menarik tangan Karin untuk membawanya ke loby gedung.
Tuan Morgan dan Riana tentunya langsung mengikuti kemana putrinya di bawa.
Sampai di loby bawah, Morgan menahan lengan Liam.
"Kau siapa? Dan apa maksudmu tadi?"
Dengan cepat Liam menjawab, "Yang bersama Karin malam itu saya Om, bukan pria tadi .. sepertinya pria tadi hanya ingin memanfaatkan keluarga Om dan Karin yang tidak bisa mengingat dengan jelas"
Saa itu juga Morgan melirik Riana istri keduanya, tapi dengan cepat Riana menggeleng mengisyaratkan ia juga tidak tahu apa-apa.
"Sekarang Karin sudah menjadi istri sah ku secara hukum, kami harus pergi karena ada penebangan sebentar lagi" Lanjut Liam mengeluarkan ponselnya dari saku jas untuk menelpon seseorang.
"Kau dimana? Sudah sampai?"
"Sudah di depan"
"Oke"
"Ayo, masuk. Penerbangan nya sebentar lagi" Ajak Liam pada Karin karena mobil sudah menunggu, tanpa melihat mobilnya.
Liam mematikan sambungan telponnya dan menatap kedua orang tua Karin bergantian, "Om tenang saja, saya akan menjaga Karin dengan baik" Ujarnya bicara pada Morgan.
"Kau mau kita pergi dengan ini?" Tanya Karin mengerutkan dahinya sambil menatap mobil berwarna hitam yang lebih terlihat seperti bus mini rongsokan.
Bahkan Liam terkejut mobilnya berubah menjadi seperti itu. Lain halnya dengan Riana yang tersenyum, "Ternyata lebih parah daripada pilihanku" gumamnya dalam hati menatap Liam dengan tatapan menilai.
"Pakaiannya bagus dan ber merek, apa ini hasil menyewa?!" Ingin Riana tertawa tapi dia tahan.
"Pak!" Panggil seseorang dari belakang mobil tadi.
Pria itu mengisyaratkan mereka ada di sana, bersiap maju setelah mobil tadi pergi.
Mobil berwarna hitam keluaran dari salah satu produsen mobil mewah terkenal dunia, BMW 760Li berhenti tepat di depan loby.
"Ayo," ajaknya menarik tangan Karin masuk kedalam mobil. Bahkan sampai detik ini Karin tidak mengetahui sama sekali siapa pria gila yang tadi membuat keributan ditengah altar.
Sebelum Karin bicara Liam mengeluarkan kalung yang dia dapatkan di hotel.
"Ini milikmu kan?"
Karin menggeleng.
Seketika wajah Liam berubah jadi pucat, "Aku tidak salah orang kan? Kau Karin Zylene Morgan bukan?"
"Tidak. Tidak salah lagi maksudnya" Karin dengan cepat merebut kalung itu dari tangan Liam tapi dengan jahil ia menjauhkan tangannya hingga Karin jatuh kedalam pelukannya.
"Kalian berdua, ini bukan hotel sabar sedikit kenapa." Ujar Adam yang duduk di samping kemudi.
"Tutup matamu Vin, kau belum cukup umur" Lanjut Adam.
"Kau gila, aku sedang menyetir" Sahut Kelvin menjauhkan tangan Adam dari pandangannya.
Karin langsung kembali ke posisinya dan dengan cepat dia meraih jas Liam untuk disampirkan ke bahunya. Liam terkekeh, "Percuma, aku sudah tahu ukurannya, tidak perlu di tutupi"
*Kepar*t Kau" Umpat Karin semakin menarik rapat jas Liam untuk menutupi bagian dadanya yang sebelumnya terekspose. Karin tidak mau lagi berdebat, dia memilih diam dan menatap keluar jendela kaca mobil.
"Oh iya Vin, kau sudah membatalkan jadwalku kan? Jangan sampai kau lupa"
"Aman, aku menambahkannya ke perjalanan bisnis, jadi semua biaya akan di tanggung perusahaan" jawab Kelvin.
"Good, bulan depan kau dapat bonus" Ucap Liam .
Kelvin hanya tersenyum manis, sudah 7 tahun ia bekerja dengan Liam. Gila memang, tapi Kelvin tahu Liam sebenarnya orang seperti apa? Waktu selama tujuh tahun yang dia habiskan menjadi sekertaris Liam tidak sia-sia begitu saja.
Sampai di bandara, Liam turun tanpa beban dan tanpa Karin. Pria itu meninggalkannya yang masih tertidur di dalam mobil.
"Karin! Kita sudah sampai, ayo bangun" Panggil Adam membangunkan Karin. Merasa ada yang menyentuh tangannya, membuat Karin segera bangun dan menyadari mobil sudah berhenti.
"Kemana pria tadi?"
"Yang mana? Liam? atau Kelvin?"
"Menurutmu"
"Mereka sudah pergi duluan, kau ditinggalkan sendiri"
Dengan cepat Karin langsung turun di susul Adam yang juga ikut turun. Ia mengantar Karin ke tempat Liam berada saat ini.
"Hei Brow! Rupanya kau jadi juga berangkat" Seru seorang pria yang sudah tak asing lagi bagi mereka kecuali Karin.
"Ternyata kau memang suka berkeliaran ya, selalu saja bertemu. Bosan aku melihat wajahmu" Jawab Liam seraya menyilangkan kakinya.
"Sekali-kali suruh sekertaris mu yang survey, setidaknya ada pemandangan bagus yang bisa kulihat di sini" sambungnya, lupa dia sudah beristri.
Tapi Jayden malah hilang fokus saat melihat wanita cantik mengenakan dress putih yang terlihat seperti habis menikah, "Hey Nona! Sedang apa kau disini? Apa kau mencari seseorang?" tanyanya perlahan mendekat kearah Karin berdiri.
"Kau kenal Dam?"
"Dia istriku bod*oh" Sambar Liam memukul pelan tengkuk leher Jayden.
"Apa? Tidak mungkin? Pria sepertimu menikah? Kau bercanda kan?" Jayden mendengus tak percaya.
......................
Kelvin Givan Astara
.
.
.
.
.
...🌻🌻🌻🌻...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments