Cinta Pertama
Kring ... Kring ... Kring
Suara alarm begitu nyaring memenuhi kamar yang bernuansa ungu muda ini.
Dibalik selimut tebal tampak seorang gadis yang masih bergelung, tampaknya ia terganggu dengan suara alarm yang kencang itu, tapi rasa kantuk masih membuatnya enggan untuk bangun.
Tak lama kemudian masuklah seorang wanita paruh baya, yang masih terlihat cukup cantik diusianya yang tak lagi muda.
Ia menatap ke arah tempat tidur dan alarm yang masih berteriak kencang meminta untuk dimatikan.
Ia berjalan perlahan ke arah tempat tidur, meraih alarm dan mematikannya.
"Intan ... Intan ... Bangun sayang ini sudah pagi".
Ucap wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Ibu Intan.
Ia berusaha membangunkan putri sulungnya itu yang terlihat tak bergeming sama sekali, ketika alarm berbunyi begitu nyaring dari tadi.
Sedangkan, gadis yang dibangunkan hanya menggeliat dibalik selimut tebalnya, seperti tidak ingin tidurnya diganggu sama sekali.
"Intan, ini hari pertama Orientasi sekolah kamu loh. Ayah kan juga lagi dinas ke luar kota, kamu nanti telat sayang".
Ibu Intan, masih berusaha untuk membangunkan putrinya itu. Kini tangannya juga berusaha mengguncang pelan tubuh Intan.
Mendengar ucapan ibunya, Intan seperti teringat akan hal penting yang dilupakannya. Padahal karna hal tersebut juga lah semalam ia tak dapat tidur dan malah kesingan hari ini.
Sebelumnya Intan, baru bisa tertidur setelah menunaikam sholat shubuh.
Ia pun, langsung bangun dengan mata terbelalak kaget. Ia menatap ibunya sekilas, dan melirik jam diatas nakas. Alangkah terkejutnya dia, ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi.
Memang bagi sebagian orang jam segitu masih terlalu pagi untuk terburu-buru. Tapi, kenyataanya adalah orientasi disekolah barunya ini diadakan jam 06.30 pagi dan perjalanan dari rumah ke sekolahnya perlu waktu sekitar 30 menit. Jika, ia tak bergegas maka ia akan terlambat.
Intan segera berlari ke kamar mandi, meninggalkan ibunya yang menatapnya bingung sambil menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
Walaupun Intan adalah anak sulung, tapi sifanya yang manja tak dapat dihilangkan.
Ia membereskan kamar putrinya dan menyiapkan seragam untuk dikenakan Intan, setelah itu ia kembali berjalan ke arah dapur untuk melanjutkan aktivitas memasak yang sempat tertunda.
.
.
15 menit kemudian, Intan sudah keluar dari kamar mandi dan bergegas bersiap. Ia melihat seragam yang sudah disiapkan oleh ibunya, ia tersenyum kecut.
"Makasih Bunda, maaf juga Intan masih saja merepotkan" Gumam Intan pelan.
Ia merasa selalu saja masih merepotkan orang tuanya. Sebenarnya ia juga ingin mandiri, tapi ketika melihat orang tuanya sikap manjanya seperti tak ingin menghilang. Ia sendiri juga bingung dengan kenyataan itu.
Setelah siap menggunakan seragam merah-putihnya dengan rambut dikepang dua sebagai ketentuan penampilan yang harus ia dan murid lain lakukan selama masa orientasi sekolah ini.
Intan segera turun menuju dapur dengan tergesa-gesa mencari bundanya.
Disana bundanya sudah menyiapkan sarapan pagi dan dimeja makan juga sudah duduk seorang anak lelaki usia 10 tahun sedang menikmati sarapannya.
"Dasar pemalas, masih aja kesiangan. Uda gedhe tapi kelakuan kayak bocah" Sindir Dika adik dari Intan. Ia, menatap kakak perempuannya sinis.
"Apa'an sih bocah ngikut aja" balas Intan tak kalah sinis. Kemudian, mereka saling melemparkan tatapan permusuhan.
"Sudah-sudah, kalian ini ya gak pernah akur kalau barengan. Tapi, kalau gak ada salah satu pasti nyariin".
Lerai Ibu agar perdebatan kedua anaknya ini bisa berakhir. Tiap hari kalau ketemu mereka tak pernah akur, tapi ibu juga tau kalau sebenarnya mereka saling menyayangi. Terbukti jika salah satu dari mereka tidak ada atau sakit, maka anaknya itu akan mencari dan saling mencemaskan.
"Bunda, Intan langsung berangkat aja ya. Gak keburu, takut telat".
Kata Intan, ia berjalan mendekat ke arah ibunya, menyalami tangannya dan mencium pipinya sekilas untuk berpamitan.
"Gak makan dulu sayang? Hari ini kamu pasti bakal capek" kata ibunya mengingatkan.
"Tapi gak keburu Bunda. Nanti aja waktu istirahat, Intan pasti bakal makan kok" ucap Intan dan mulai berlari keluar rumah dan melambaikan tangan ke arah ibunya.
"Assalamu'alaikum ... Intan berangkat" teriak Intan yang sudah hendak keluar dari rumah.
"Wa'alaikum salam, hati-hati".
Ibu yang melihat kepergian putrinya tanpa sarapan, sedikit mencemaskan putrinya itu. Apalagi ia tahu, putrinya itu ada sakit maag. Ia hanya berharap, semoga putrinya tak apa-apa.
"Dasar pemalas, ya gitu bangun kesiangan terus gak sempet makan terus sakit, ngerepotin aja" Gumam Dika melihat kepergian kakanya.
Ibu yang mendengar itu hanya tersenyum, ia tahu maksud dari kata-kata putra bungusnya itu tak lain karna ia mencemaskan kakaknya.
"Uda, kamu juga cepat habiskan sarapannya, nanti kamu juga terlambat" Ucap ibu lembut yang diangguki oleh Dika.
-----------------
Intan berlari keluar dari kompleks rumahnya dengan tergesa-gesa. Ia takut ketinggalan bus yang akan mengantarkannya ke sekolah.
Ia, melirik jam dipergelangan tangannya sudah hampir jam 6, ia sangat terkejut dan mempercepat larinya.
Jarak antar rumah ke halte bus depan komplekya hanya perlu waktu 10 menit jika berjalan santai, tapi kini bukan saatnya untuk berjalan santai.
Apalagi, dia melihat bus yang akan mengangkutnya akan segera melaju, ia segera bergegas dan berteriak untuk menghentikan busnya. Untung saja, pak sopir masih berbaik hati untuk menunggunya.
Karna hari ini adalah hari senin, di bus sudah penuh dan Intan tak kebagian tempat duduk. Ia pun harus rela berdiri disepanjang perjalanan. Ia merasa hari ini sangat sial.
.
.
Kurang lebih 30 menit perjalanan. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.30 , Intan sangat panik. Ia, sudah terlambat.
Setelah turun dari Bus, ia segera berlari menuju sekolahnya. Dan lagi-lagi ia harus berlari, jarak halte bus dengan sekolahnya kurang lebih sama dengan jarak rumahnya ke halte.
Intan berlari sekuat tenaganya. Ia melihat gerbang sudah ditutup, wajar memang karna ia sudah telat 5 menit.
Sesampainya di gerbang ia berteriak ke arah pak satpam yang menjaga untuk membukakan gerbang untuknya.
"Pak Satpam, bisa minta tolong untuk membukakan gerbangnya?" pinta Intan memelas memandang pria paruh baya yang terlihat sedikit menyeramkan itu.
"Maaf Nak, tidak bisa. Kamu sudah telat 5 menit. Peraturan di sekolah ini, jika pintu gerbang sudah ditutup maka tidak boleh masuk" Ucap pak satpam tegas.
Intan syok, mendengarnya. Bagaimana ia bisa gak masuk di hari pertamanya, ia panik bukan main.
"Ayolah pak, satu kali ini saja yaa. Ini hari pertama saya masuk sekolah loh pak. Masa saya tidak boleh masuk?" ucap Intan memelas dengan mata berkaca-kaca, ia sudah hampir menangis.
"Maaf Nak, tidak bisa. Sekali tidak bisa maka tidak bisa. Tidak ada toleransi" ucap tegas pak satpam dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.
Mendengar itu, Intan sudah merasa sangat lemas. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Masa di hari Pertama gak masuk, ia memandang sekolah barunya itu dengan perasaan sedih. Ia pun menunduk lesu.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Isma Aji
Ditunggu dukungan nya🤗
2021-06-04
1
Fira Ummu Arfi
pembaca setia hadirrrr..
sukaaa ceritanyaaa thorrr 😍
tinggalin jejak juga yaaa di novelku ASIYAH AKHIR ZAMAN 😊
2021-03-08
1
Eva Santi Lubis
hai thor aku datang lagi
mari saling mendukung terimakasih
2021-02-13
1