Intan berusaha membuka matanya yang masih terasa berat, ia merasakan pusing yang teramat dikepalanya.
"Ishh ... aww!" serunya pelan sambil memegang kepalanya, ia mengedarkan pandangan, berusaha mengamati tempatnya berada saat ini.
Kemudian, ia melihat Ifa disampingnya tengah menatapnya khawatir.
"Kamu gak apa-apa kan Tan?" tanya Ifa sambil memegang tangan Intan.
"Hmm ... iya, aku gak apa-apa. Cuman kepalaku masih pusing, tadi aku pingsan ya?" tanya Intan menebak apa yang baru terjadi pada dirinya.
"Iya, kamu pingsan setelah manggil nama aku ... Aku sampai terkejut bukan main, kan aku uda bilang kalau kamu uda gak kuat, kamu izin aja" omel Ifa pada Intan dan Intan hanya menanggapi dengan senyuman.
Intan tersenyum, karena ia melihat jelas kekhawatiran teman barunya itu. Meski ia diomeli, ia tahu itu bentuk rasa pedulinya. Sekilas, ia mengingat adik lelakinya.
"Aku tadi memang uda mau izin, aku manggil kamu buat bantu aku nepi, eh ternyata malah uda ambruk dulu'an akunya" ucap Intan menjelaskan.
"Uda bangun?" suara berat yang sudah sedikit familiar ditelinga Intan menghentikan obrolan mereka. Ia melihat Rizky yang tengah berjalan mendekat ke arahnya dan Ifa sambil membawa nampan.
"Iya kak"njawab Intan pelan.
"Ini aku bawain bubur sama teh hangat, tadi kata dokter UKS, maag kamu kambuh dan kamu juga kecapekan. Memang tuh Bagas hukum kamu kebangetan tadi" ucap Rizky sambil menyodorkan nampan berisi semangkok bubur ayam dan teh hangat.
"Terima kasih kak ... Hmm, untuk hukuman kan memang aku yang salah kak karna terlambat" ucap Intan, sambil tersenyum simpul.
Oh, ternyata nama kakak tadi Bagas.
"Ifa, kamu temenin Intan disini ya. Nanti kalau dia sudah pulih kalian segera kembali ke kelas, aku gak bisa nemenin, aku harus kembali ke kelas. Upacara sudah selesai" ucap Rizky yang diangguki oleh mereka berdua. Kemudian, ia pun berlalu pergi.
.
.
Setelah menghabiskan buburnya. Intan merasa keadaanya kian membaik.
"Aku uda baikan nih, kembali ke kelas yuk. Uda 15 menit kita disini" ucapnya pada Ifa, yang dari tadi sabar menunggunya.
"Kamu yakin uda kuat?" tanya Ifa ragu.
"Iya, aku sudah gak apa-apa" ucap Intan menenangkan.
Kemudian, mereka berdua berjalan meninggalkan UKS. Ketika di koridor mereka berpapasan dengan Bagas. Bagas, yang melihat Intan keluar dari UKS dibantu oleh Ifa pun sedikit terkejut. Sekarang ia tahu, siapa gadis yang pingsan sebelumnya. Ia juga akhirnya paham, apa yang dimaksud Rizky tadi saat berpapasan dengannya yang tiba-tiba mengatakan 'kejam kamu Gas', Awal ia tak paham apa maksud temannya itu, tapi kini ia paham maksud dari perkataan itu.
Ia berjalan mendekat ke arah Intan dan Ifa. Intan yang berjalan menunduk sambil lengannya dipegangi Ifa pun menghentikan langkah ketika ada suara yang menanyakan keadaannya.
"Ternyata yang pingsan kamu ... Gimana, keadaan kamu sekarang?" tanya Bagas cemas, sambil menatap wajah Intan yang masih terlihat sedikit pucat.
Intan pun mendongak menatap pemilik suara itu. Ia, cukup terkejut yang menanyakan keadaannya adalah Bagas.
"Hmm ... Yah, sudah lebih baik" ucap Intan pelan sambil tersenyum samar.
"Maaf ya, kelihatannya memang tadi aku berlehihan kasih hukuman ke kamu ... Maaf yaa" ucap Bagas pada Intan, Intan dapat melihat penyesalan jelas pada mata kakak kelasnya itu.
"Ehh ... Aku uda gak apa-apa kok kak, Kakak gak salah. Hm, aku yang salah karna terlambat tadi. Kakak kan hanya menjalankan peraturan" ucap Intan merasa tak enak, mendengar ucapan maaf dari kakak kelasnya itu.
"Hm, baiklah kalau begitu, kamu segera kembali ke kelas aja. Aku harap kamu cepat baikan yaa" ucap Bagas lembut, sembari memberikan senyum manis pada Intan. Tangannya pun menepuk kepala Intan pelan.
Deg ... Deg ... Deg
Kenapa lagi dengan jantungku?
Intan, menatap punggung Bagas yang berjalan menjauh meninggalkannya.
Ifa, yang menatap temannya itu melihat ada yang berbeda dari tatapan Intan. ia tersenyum penuh makna. Setelah itu ia mengajak Intan kembali ke kelas.
------------------
Tettt ... Tettt ... Tettt
Bel pulang telah berbunyi, para murid berteriak senang. Akhirnya, hari panjang dan melelahkan telah berakhir.
Intan dan Ifa berjalan bersama hendak pulang. Mereka berbincang selama perjalanan. Mereka berdua sudah semakin akrab. Ifa, anaknya yang cukup supel dan ceria. Mengobrol dengan Ifa, seperti tak pernah kehabisan bahan obrolan. Intan yang memang lebih sedikit pendiam dan sulit mencari bahan obrolan, merasa nyaman dan senang jika mengobrol dengan Ifa. Karna, lelucon dan obrolan gadis itu dapat ia pahami dan tak jarang dapat membuatnya tertawa lepas.
Setelah sampai di halte bus, mereka harus berpisah dengan menaiki bus yang berbeda, karna arah rumah mereka tak sama.
Untung siang itu Intan mendapatkan tempat duduk di dalam Bus. Jika tidak, mungkin ia akan lebih memilih duduk dibawah. Tubuhnya benar-benar lelah hari itu, ia saja sampai tertidur di dalam bus, karna terlalu lelah. Untung saja ia terbangun tepat waktu. Jika, tidak ia akan semakin lama sampai rumah.
Intan berjalan terseok-seok menyeret kakinya ke arah rumah yang ingin ia lakukan saat ini adalah berbaring di tempat tidurnya.
"Assalamu'alaikum ..." ucap Intan, memasuki rumah.
Kemudian, ia meghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tamu.
"Wa'alaikum salam ... Sudah pulang sayang" tanya sang bunda yang berjalan ke arah putrinya.
Melihat Ibunya mendekat, Intan kemudian meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya. Ia mengangguk mengiyakan.
"Capek banget ya hari ini?" tanya bunda yang melihat keadaan putrinya itu.
"Banget Bunda ... Tubuh Intan, rasanya seperti digebukin pakek sapu. Intan aja tadi sampai pingsan Bunda" ucap Intan merajuk.
Kegiatan orientasi dari pagi sampai pukul 2 tadi, membuat tenaganya terkuras habis.
"Kok bisa Sayang? Kamu jadi makan gak tadi?" tanya bunda khawatir.
"Sudah Bunda. Intan pingsan waktu upacara. Karna, Intan kelelahan habis dihukum lari keliling lapangan yang luasnya kebangetan" adu Intan.
"Tapi Intan uda gak apa-apa sekarang, hanya capek aja. Intan mau istirahat dulu aja ya Bunda" imbuh Intan lagi, sebelum Bundanya menanyakan yang lebih padanya. Ia masih terlalu capek untuk menjelaskan saat ini yang ingin ia lakukan saat ini adalah tidur. Dalam keluarganya ini, keterbukaan adalah hal yang selalu diprioritaskan. Orang tuanya selalu menuntun Intan dan adiknya untuk terbuka, sehingga sudah menjadi kebiasaan bagi Intan dan Dika untuk menceritakan apa saja yang mereka alami.
Paham dengan kondisi anaknya, bunda akhirnya mengangguk dan menyuruh putrinya ke kamar. Tak lupa, ia mengingatkan pada Intan, sebelum tidur untuk sholat ashar terlebih dulu. Karna jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Intan mengangguk dan mencium pipi sang bunda dan berjalan ke arah kamar.
Setelah menunaikan sholat ashar, ia pun merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Tak butuh waktu lama, ia terlelap.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
🌻Ruby Kejora
like mendarat ya thor
2021-02-06
1
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍎🍎🍎
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"🍎🍎
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen 🍎🍎🍎
2021-01-08
1
alien
waduh dikhawatirin kak bagas, cie intan
2020-12-20
1