Pertemuan

Intan, hendak melangkah pergi meninggalkan sekolahnya itu. Tiba-tiba dari balik pagar ia mendengar suara lelaki yang bertanya pada pak satpam.

"Ada apa ini Pak?" tanya lelaki itu. Intan, tak dapat melihat wajah lelaki itu karna posisinya membelakangi Intan, tapi melihat dari seragam putih biru yang digunakan lelaki itu, ia tahu dia pasti kakak kelasnya.

"Ini loh Mas ada siswi baru, telat 5 menit dan maksa buat masuk" lapor pak satpam itu.

Mendengar itu, Intan ingin mencoba peruntungannya kembali dengan memohon untuk masuk ke sekolah dibantu kakak kelas itu.

"Kak, saya salah ... Maaf saya terlambat ... Tapi, saya janji ini akan jadi kali pertama dan terakhir. Kedepannya saya tidak akan terlambat lagi, izinkan hari ini saja saya untuk masuk ... Ini hari pertama saya Kak" ucap Intan memelas, ia masih menunduk, ia takut untuk mendengar jawaban dari kakak kelasnya itu. Ia terlalu takut untuk ditolak atau dimarahi lagi.

Lama Intan terdiam, tapi ia belum mendengar jawaban dari kakak kelasnya itu. Ia bingung, tapi ia juga tak berani untuk berucap dan mendongakkan kepalanya.

Krieettt ...

Tiba-tiba gerbang tinggi sekolah itu terbuka disusul suara berat kakak kelasnya itu.

"Baik, masuklah. Hari ini aku memberikan mu keringanan tapi tidak untuk kedepannya" ucap laki-laki itu tegas.

Intan pun mengangguk senang dan bergegas masuk, sebelum kakak kelasnya itu berubah pikiran.

"Makasih kak, makasih ... Saya janji, pokoknya ini yang terakhir saya telat" ucap Intan yakin, sembari mengangkat jarinya membentuk huruf V bersamaan dengan itu untuk pertama kalinya ia melihat dengan jelas wajah kakak kelasnya itu.

Seorang laki-laki tinggi dengan rambut hitam yang terpotong rapi. Tidak terlalu tampan memang, tapi wajahnya terlihat manis dan tidak membosankan untuk dipandang. Ia memandang wajah kakak kelasnya itu cukup lama, mata mereka pun bertemu.

Deg ... Deg ... Deg

Samar-samar, tiba-tiba jantung Intan berdegup lebih kencang, ia juga merasa gugup saat bertatapan dengan kakak kelasnya itu.

Kenapa dengan jantungku?

"Mas, apa gak apa-apa membiarkannya masuk, ini kan melanggar peraturan?" tanya pak satpam mengingatkan. Ucapan pak satpam itu, sekaligus membangunkan lamunan Intan.

"Tidak apa-apa Pak, saya yang akan tanggung jawab kali ini. Hanya untuk kali ini saja kok" Ucapnya sembari tersenyum ramah, senyum yang sangat manis dimata Intan.

"Saya janji ini yang terakhir kok Pak" kata Intan menyela, ia menatap pak satpam dan kakak kelasnya itu dengan yakin bergantian.

Akhirnya, pak satpam pun membiarkan Intan lolos untuk kali ini.

"Makasih kak, saya janji gak akan ngulangin ini lagi. kalau begitu saya permisi dulu" ucap Intan setelah tersenyum tulus kepada kakak kelas yang telah menolongnya itu. Ia teringat bahwa ia sudah terlambat dan harus bergegas untuk masuk ke kelasnya.

Saat ia berbalik dan hendak berlari pergi, tiba-tiba tas ranselnya ditarik dari belakang sampai ia tak dapat bergerak.

Intan pun menoleh untuk melihat siapa yang menghentikannya dan kakak kelas yang telah membantunya itu kini tengah memegang tas ranselnya.

"Eh, kenapa kak? Saya kan buru-buru mau masuk kelas?" tanya Intan bingung.

"Kamu mau kemana? Kan saya belom kasih hukuman buat kamu yang terlambat" ucap kakak kelasnya itu dengan senyum misterius.

Intan sudah merasa aneh dengan senyum itu. Perasaan lega dan bahagia beberapa saat lalu, membanyangkan dia diampuni dan bisa masuk kelas dengan lancar walaupun sedikit terlambat, menguap begitu saja. Ia menghembuskan nafasnya kasar. sepertinya hari sial itu masih berlanjut, gerutunya dalam hati.

"Ikut saya" ucap kakak kelas itu, sembari berjalan di depan Intan yang masih terlihat bingung.

Tapi, ia tetap mengikuti lelaki didepannya itu dengan perasan dongkol sekaligus penasaran, kira-kira hukuman apa yg menantinya setelah ini.

Intan mengikuti langkah laki-laki itu terus, sampai dilapangan utama yang sangat luas dan besar. Disana, tengah ada beberapa kakak kelas yang menyiapkan upacara pembukaan untuk masa orientasi. Intan menatap kagum bangunan didepannya saat ini. Tempat ini akan menjadi tempat ia melalui masa-masa remaja awalnya. Intan tersenyum sekilas, melupakan situasinya saat ini yang tengah menunggu keputusan untuk dihukum.

"Lari, kelilingi lapangan ini 5 kali" ucap kakak kelasnya itu menatap Intan yang sepertinya sedang fokus memandangi sekitarnya dan berkat perkataannya itu Intan langsung sadar seketika. Ia kaget bukan kepalang.

"Lari ... Keliling lapangan ini maksudnya?" tanya Intan ragu-ragu. Ia ingin memastikan apa yang didengarnya barusan bukanlah sebuah lelucon. Walaupun 5 kali, melihat lapangan sebesar dan seluas itu membuat Intan merasa ngeri sendiri.

"Iya ... Atau kamu ingin berlari mengitari sekolah saja?" tanya kakak kelas itu menatap Intan.

"Hmm, apa gak terlalu banyak kak? Hmm, Lapangan ini sangat besar, 5 kali itu ... Aku gak yakin sanggup kak" ucap Intan pelan, ia takut kata-katanya akan semakin membuatnya menderita.

"Hmm ... Sepertinya kamu benar" ucap kakak kelasnya menggantung. Intan sudah menatapnya penuh harap.

"10 kali ... Kamu lari 10 kali atau mau saya tambah lagi?" ucap kakak itu akhirnya. Mendengar itu, Intan seperti dihempas jatuh, ia sudah salah. Padahal ia tau, peraturan yang tak tertulis sewaktu masa orientasi adalah jangan membantah kakak senior. Jika, tidak ya begini lah nasibnya saat ini.

Intan, tak berani membantah ataupun menawar lagi, jika tidak bisa jadi hukumannya akan ditambah lagi.

Setelah meletakkan tasnya, ia pun mulai lari mengelilingi lapangan.

"Kamu masukin anak itu, walaupun terlambat?" tanya heran seorang gadis yang berjalan mendekat ke arah Bagas. Mendengar suara yang sama sekali tak asing ditelinganya itu Bagas pun menoleh, pandangannya bertemu dengan seorang gadis cantik dengan lesung pipit dikedua pipinya yang membuat gadis itu tampak manis.

"Iya ... Cuman sekali ini saja dan aku juga gak biarin dia lolos dengan mudah. Aku kasih dia hukuman buat lari lapangan" ucap Bagas lembut sambil menatap gadis itu. Mendengar jawaban Bagas, gadis itu hanya mengangguk.

Kemudian, mereka berdua menatap Intan yang tengah berlari.

.

.

Intan yang sudah berlari 5 putaran pun, sudah mulai kelelahan. Nafasnya sudah tak beraturan. Kakinya seperti mati rasa. Keringat juga sudah membasahi seragamnya, tapi masih kurang 5 putaran lagi.

Ia menatap Bagas dengan seorang gadis disebelahnya. Gadis itu juga mengenakan seragam putih biru yang ia yakini juga kakak kelasnya.

Bagas, sama sekali tak bergeming melihat kondisinya saat ini dan itu tandanya ia harus bergegas untuk menyelesaikan hukumannya itu.

"Kamu kasih hukuman dia berapa putaran? Uda 5 putaran tapi dia gak berhenti" tanya Feby bingung.

"10 putaran ... Aku tadi kasih 5 tapi dia ngebantah, yaudah aku tambah 5 lagi" ucap Bagas santai tanpa merasa bersalah. Mendengar jawaban itu, Feby hanya bisa menggelengkan kepala.

"Mending suruh berhenti deh. Lihat larinya makin pelan, wajahnya juga uda merah padam kayak gitu. Lapangan sebentar lagi juga mau digunakan untuk upacara dan dia kan juga perlu ikut upacara. Dia masih harus berdiri lama loh nanti" ucap Feby mengingatkan. Mendengar perkataan Feby, Bagas pun tersadar dan akhirnya ia mengangguk menyetujui saran Feby. Ia tersenyum lembut ke arah Feby.

"Makasih sarannya" ucap Bagas lembut dengan senyuman manisnya.

Kemudian, Bagas melambai ke arah Intan, memintanya untuk mendekat ke arahnya.

Melihat lambaian tangan Bagas, Intan merasa heran. Apakah ia melalukan kesalah lagi? Apakah ia akan dihukum lagi? Ia masih berlari 7 putaran. Ia mendekat ke arah Bagas dengan takut-takut.

"Ada apa kak? Saya belum menyelesaikan hukuman saya ... Jangan tambah lagi dong kak" ucap Intan memelas sambil menunduk takut..

Melihat Itu, Bagas menahan tawa. Ia tak tahu jika adik kelasnya ini akan ketakutan akan ditambah hukumannya, ia menoleh pada Feby yang juga sedang menahan tawa, hingga melihatkan lesung pipitnya.

"Berhenti berlari, aku akan mengantarkanmu ke kelas" ucap Bagas pada akhirnya.

Mendengar itu Intan seperti mendapatkan angin segar, ia mendongak menatap kakak kelasnya itu. Senyum senang, ia berikan.

"Makasih kak" Ucap Intan bahagia. Kemudian bergegas mengambil tasnya.

"Aku pergi antarkan dia ke kelas dulu. Kamu siap-siap lagi saja" Ucap Bagas lembut pada Feby, yang dijawab Feby dengan senyuman manis.

"Ayo aku antarkan kamu ke kelas" ucap Bagas saat melihat Intan hendak pergi.

"Oh baiklah, makasih" ucap Intan bahagia dan ia pun berjalan dibelakang Bagas, mengikutinya dari belakang dan menatap punggungnya.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

alien

alien

walau bagas baik, tetep aja galak ya wkwk

2020-12-20

1

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

bisa pingsan intan...tadi khan gak sarapan...

2020-12-03

2

Zia Azizah

Zia Azizah

ada Bagas juga Disni , hehehhe 😁🤭

2020-11-28

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!