Semua mata sedang menatap Intan saat ini.
Ia sudah tiba di kelasnya, kelas 7D kelas paling ujung dekat dengan taman belakang.
Intan sekilas menatap ke arah teman-teman barunya yang menatapnya heran sekaligus pandangan tak suka juga oleh kakak kelas yang menghandle kelasnya.
Intan ketakutan, kenyataan bahwa ia adalah gadis yang pemalu dan pendiam untuk orang yang baru ia kenalnya membuatnya ketakutan saat ini. Pada saat semua mata menatapnya, ia sama sekali tak menyukai hal itu. Intan pun meremas kedua tangannya dan menunduk.
"Ky, Nis ... Nitip nih satu lagi, ketinggalan tadi" ucap Bagas ke arah dua temannya yang menghandle kelas itu.
"Kamu kok bolehin dia masuk? Dia kan telat" seru Nisa heran dan menatap Intan sinis.
"Sudahlah, Kali ini aja. Aku juga uda ngasih dia hukuman, jadi biarkan dia masuk" ucap Bagas, menjelaskan.
"Tapi ..." ucap Nisa belum terima yang perkataanya langsung dipotong oleh Rizky.
"Sudah-sudah ... Dia sudah dihukum, jadi biarkan dia masuk. Liahtlah dia sepertinya ketakutan dan kelelahan" ucap Rizky mengambil keputusan, jika tidak akan panjang dan tidak akan selesai urusan ini.
Mendengar itu, Intan sekilas menatap kakak kelasnya itu. Lelaki yang bernama Rizky itu berperawakan tinggi, sangat tinggi malah. Sepertinya tinggi Rizky diatas normal anak seusianya. Suaranya juga sangat berat, sebelum Intan melihat seragam putih biru yang digunakan kakak kelas itu, ia mengira bahwa ia guru.
Sedangkan gadis disebelahnya yang bernama Nisa, adalah gadis dengan kulit tubuh yang sedikit coklat, tapi dia terlihat cukup manis, walaupun tatapannya kini seperti ingin meleburkan Intan, saat itu juga.
"Kamu masuk dulu. Duduk dibangku yang masih kosong" ucap Rizky, menunjuk salah satu tempat duduk yang masih kosong disamping seorang gadis yang agak cabi tapi cukup manis dan yang paling penting, ia terlihat baik dan ramah.
"Baik kak, maaf merepotkan dan terima kasih" ucap Intan pelan sambil menatap sekilas ke arah tiga kakak kelasnya itu. Kemudian, ia berjalan ke arah bangku yang ditunjuk Rizky tadi.
Ia tersenyum pada gadis yang dudum disana kemudian ia duduk disebelahnya.
"Hai, kamu gak apa-apa?" sapa gadis itu sambil menatap Intan yang kelihatan lelah dan sedikit pucat.
"Hai juga ... Iya aku gak apa-apa kok, cuman sedikit lelah habis dihukum lari muter lapangan" ucap Intan ramah.
Obrolan mereka terhenti, ketika Nisa memanggil Intan untuk maju dan memperkenalkan dirinya.
"Kamu yang baru masuk, coba ke depan dan perkenalkan dirimu, hanya kamu disini yang belum memperkenalkan diri" seru Nisa sembari menatap Intan tajam.
Intan, cukup terkejut dengan perkataan itu. Ia menelan salivanya dengan susah payah, kemudian ia bangkit dan berjalan perlahan ke depan kelas. Intan begitu gugup, tanganya juga sudah terasa dingin.
"Hallo semua ... Nama saya Intan, saya dari SD Harapan. Hmm, saya berharap kita semua bisa jadi teman baik kedepannya" ucap Intan perlahan karna gugup dan diakhiri dengan senyum manis.
"Ada pertanyaan?" tanya Rizky ke arah adik-adik kelasnya.
"Minta nomor ponselnya dong" seru salah satu anak laki-laki di kelas itu. Intan, melihat sekilas teman barunya itu, ia seorang lelaki tinggi putih dan tampan.
Mendengar permintaan temannya itu yang juga menjadi pengalaman pertama buat Intan. Membuat Intan bingung harus menjawab apa.
"Kamu ditanya tuh, jawab dong" ucap Nisa sinis.
"Hmm, Iya boleh ... Tapi nanti saja, aku lupa sama nomorku" kata Intan akhirnya, Ia, berkata jujur bahwa ia masih belum mengingat nomor ponselnya. Karena, ia baru saja ganti ponsel baru sebagai hadiah dari ayahnya karna sudah berhasil masuk ke tahapan sekolah yang lebih tinggi.
Tapi, ntah ada yang salah apa dari jawabannya hingga membuat teman-teman sekelasnya bersorak keras.
Intan, menatap mereka dengan bingung dan takut, mereka teman baru yang sama sekali tidak dikenalnya.
"Kamu boleh duduk" ucap Rizky ramah.
"Baik kak, makasih" ucap Intan pelan sambil menundukkan kepalannya. Sebelum ia melangkah kembali ke bangkunya ia juga menunduk sekilas pada Nisa, yang masih saja memasang tampang mengerikannya.
Setelah duduk dibangkunya, ia menghembuskan nafas berat, ia merasa hari ini kesialan terus saja mendatanginya. Ada saja masalah dalam hari ini.
"Kamu hebat" seru Ifa, tiba-tiba. Intan menoleh dan menatap teman sebangkunya itu dengan bingung.
"Maksudnya apa?" tanya Intan pada bingung.
"Kamu gak sadar sama perbuatanmu tadi?" tanya Ifa gemas melihat wajah bingung teman barunya itu.
"Aku gak tahu yang kamu maksudkan dan aku juga gak tahu tadi temen-temen juga nyorakin apa'an" Ucap Intan mengeluarkan kebingungannya.
Ifa, berusaha mencari kesungguhan di mata teman barunya itu. Apakah ia benar-benar tidak tahu atau berpura-pura dan yang ditemukan Ifa, hanya keseriusan bahwa Intan benar-benar kebingungan. Ia tak menyangka, teman sebangkunya sangat polos.
"Gini ketika kamu jawab kayak gitu ke Amir tadi, seakan-akan kamu nolak dan jual mahal pada Amir. Itu bentuk halus untuk menolak dan kamu tahu, semenjak hari ini, Amir sudah dinobatkan jadi lelaki paling tampan yang ada di kelas kita. Banyak dari teman-teman kita ini uda suka sama dia. Mangkannya waktu kamu bilang gitu, mereka jadi agak lebay" kata Ifa, menjelaskan.
Mendengar jawaban Ifa, Intan sedikit syok. Dia gak menyangka, kejujurannya malah disalah artikan seperti itu.
"Tapi aku beneran gak inget nomor ponsel aku, itu nomor baru" ucap Intan membela diri.
"Ya udah, mau gimana lagi. Kita lihat aja kedepannya nanti" kata Ifa, sambil tersenyum samar. Ia juga belum tau apa yang akan dialami teman barunya itu.
"Ngomong-ngomong, kenalin aku Ifa. Kita belom kenalan loh, aku dari SD Bugenvil" ucap Ifa seraya mengulurkan tangannya.
"Intan" jawab Intan, menerima uluran tangan Ifa dan tersenyum hangat.
Obrolan mereka terhenti ketika suara Rizky menggelegar di kelas.
"Ok, semua bawa topi dan keluar, upacara pembukaan akan segera dimulai" ucapnya.
Mendengar itu, Intan menghembuskan nafas berat. Ia masih merasa kakinya kebas akibat hukumannya tadi. Terlebih, kini kepalanya juga sedikit pusing dan perih diperutnya, ia yakin maagnya tengah kambuh saat ini.
"Kamu gak apa-apa? Wajah kamu makin pucat Tan" seru Ifa khawatir.
"Hmm ... Aku gak apa-apa kok, nanti kalau memang gak kuat, aku pasti bilang" ucap Intan menenangkan Ifa yang tampak mengkhawatirkannya, ia tersenyum samar.
Semua murid baru segera keluar dari kelas dan menyerbu lapangan luas sekolah itu dan kakak-kakak senior yang setia mendampingi ikut terjun membantu mengatur barisan.
Setelah barisan terbentuk, para guru keluar dari kantor dan ikut berjajar rapi didepan para murid, mereka saling menghadap.
Semua petugas upacara, juga sudah siap mengambil posisinya masing-masing dan upacara pun mulai berjalan.
Intan dan Ifa berdiri sejajar dibarisan paling belakang.
Intan merasakan keringat yang makin membanjiri wajahnya. Tangannya sudah dingin dan pundaknya semakin berat. Terlebih ia juga harus menahan perih di perutnya. Kakinya yang masih kebas, harus berjuang untuk menopang tubuhnya. Walaupun Intan tak tergolong gemuk, tetapi saat kondisi seperti ini ia pun merasa tak kuat jika harus menopang dirinya sendiri.
Sampai ketika bendera sudah dinaikkan, Intan merasa ia sudah tak sanggup lagi untuk berdiri. Ia menoleh ke arah Ifa, ingin memberitahu untuk membantunya menepi. Tapi, ia sudah tak memiliki tenaga.
"Ifa ... Tolong ..."
Brukkk ....
Tubuh Intan oleng dan jatuh begitu saja ke arah Ifa.
Ifa yang sebelumnya sudah menoleh karna panggilan Intan, kini berusaha menahan beban tubuh Intan, dan akhirnya ia jatuh terduduk dan menahan kepala Intan.
Ia melihat, wajah Intan sudah sangat pucat dengan keringat yang memenuhi wajahnya.
"Intan ... Intan ... Bangun"
Teriak Ifa khwarir, teman-teman sekelasnya pun menoleh ke arah mereka dan ikut khawatir.
"Ada apa ini?" tanya Rizky yang sudah berjongkok di samping Ifa.
"Gak tau kak, tiba-tiba aja Intan pingsan begini" seru Ifa panik, sambil menepuk-nepuk pipi Intan pelan, berusaha membangunkannya.
"Kita bawa aja ke UKS" ucap Rizky akhirnya. Kemudian, ia dengan sigap menggendong tubuh Intan dan membawanya ke UKS.
Kejadian itu cukup menarik dilihat oleh siswa disana.
Dari barisannya Bagas juga melihat kejadian itu, ia tak dapat melihat jelas, siapa gadis yang pingsan tersebut. Tapi ia tahu itu dari kelas Intan tadi.
Ia hanya memandang Rizky yang menggendong seorang siswi dan diikuti oleh siswi lain.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🐞🐞🐞
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and comment 🐞🐞🐞🙏
2021-01-04
1
alien
bar-bar juga si amir, baru kenal udah minta nomor
2020-12-20
1
Conny Radiansyah
bener khan..pingsan..
2020-12-03
2