Sapphire City
'Cerita ini hanyalah Fiksi semata, jika ada bangunan dan nama tempat yang sama dalam cerita ini, itu hanyalah kebetulan belaka. Semua yang terjadi dalam cerita ini tidak ada kaitannya dengan kenyataan. '
...Semua yang terjadi...
...Tidak pernah dirasakan oleh siapapun...
...Hanya mereka...
...Orang-orang terpilih yang dapat melakukannya...
...Mereka harus menghadapinya...
...Demi kebaikan orang banyak...
...Semua bergantung pada hasil perjuangan mereka semua...
...Sebuah rahasia besar...
...Yang akan selalu menjadi rahasia besar...
...Sebuah perjuangan tanpa rasa lelah...
...Sebuah ujian tanpa rasa takut...
...Sebuah perjuangan tanpa pengalaman pasti...
...Hanya orang-orang paling berani yang dapat melakukannya...
...Meski harus mempertaruhkan nyawa Maka lihatlah perjuangan mereka...
...Tanpa anda ketahui....
Sebuah mobil MVP putih berhenti disebuah bangunan Mall terkenal di kota Bandung. Terlihat sekali tidak ada cahaya satu pun didalam bangunan tersebut. Seluruhnya benar-benar mati. Seperti tidak pernah dikunjungi sama sekali. Padahal tempat ini adalah tempat paling ramai dikota bila sedang hari libur. Dari mobil turun beberapa laki-laki dan perempuan. Ada empat orang laki-laki dan dua orang perempuan. Masing-masing dari mereka mengenakan sebuah baju hitam seperti seragam Baju hitam yang dikenakan terlihat polos meskipun ada dua saku diatasnya ditambah berlengan pendek. Celana panjang untuk laki-laki, rok pendek selutut untuk perempuan, kecuali satu perempuan berkerudung yang memakai baju dan celana yang menutupi aurat. Masing-masing dari mereka membawa senjata. Ada senjata senapan laras panjang, pistol, ada yang lebih ektrim, sebilah pedang dibawa sama perempuan. Untuk laki-laki membawa senapan laras panjang, sedangkan perempuan berkerudung membawa pistol.
Setelah satu persatu orang-orang turun dari mobil. Seorang pemuda satu lagi yang mengemudikan mobil. Tidak ikut bersama mereka. Dia berusaha memakirkan mobil ditempat yang terbilang jauh dari lokasi Mall.
“padahal aku sering banget ke sini” ucap sigadis berkerudung menatap dengan tatapan resah tapi merinding “tapi sekarang jadi angker gini”
“jadi yang akan kita lawan beneran ada disini?” tanya pemuda pertama yang telah siap dengan senapannya. terlihat membawa beberapa pisau yang menggantung disaku belakang.
“benar” jawab perempuan pembawa pedang “lawan kita yang satu ini sangatlah sulit. Dia adalah monster rank A”
“apa kehebatannya?” tanya laki-laki kedua. Dia membuka beberapa kotak yang dibawa dari mobil . Berisi geranat yang bisa aktif kapan saja. Kemudian dimasukan kedalam tas kecil disamping ikat pinggang.
“dia sangat lincah dan cepat, bahkan dapat membunuh siapapun yang ada dihadapannya tanpa ragu. Terlebih jika lawan tersebut adalah laki-laki. Dia sangat bersemangat” jawab si perempuan.
“lalu jika lawan kita sangat menyukai laki-laki. Kenapa misi ini harus empat laki-laki dan dua perempuan?” kata si laki-laki pertama.
“Yuda” panggil siperempuan “meskipun lawan kita menyukai laki-laki. Tapi jika musuhnya berisi banyak perempuan, maka dia akan marah dan lebih agresif. Itu malah lebih berbahaya”
Setelah semua pembicaraan dan segala persiapan telah selesai. keenam orang tersebut mulai memasuki mall lewat pintu masuk utama. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Layaknya tentara elit terlatih. Meski hanya dilatih dalam kurung waktu berminggu-munggu. Namun rasa siap telah menjadi pendirian mereka saat ini. Meskipun terlihat pula ada ketakutan yang berusaha mereka tutupin.
Menelusuri lantai utama adalah gagasan awal. Tapi Mirna sang gadis pembawa pedang segaligus pemimpin tim. Merasa lawan mereka berada dilantai bawah mall, dan pastinya tempat tersebut adalah tempat yang sangat gelap, ditambah bukah hanya mencari monster. Mereka pula harus mencari keberadaan batu Sapphire disuatu tempat didalam mall ini. lalu menurut informasi yang didapat kalau didalam mall ini hanya terdapat 1 batu Sapphire saja, itu pun dalam keadaan mati. Sebagai kapten tim Mirna membawa 1 buah batu Sapphire bercahaya yang siap ditransfer cahayanya ke batu sapphire yang mati.
Setiap kios kois yang dilewati benar-benar seperti kosong, padahal ada manusianya meski mereka semua sudah menjadi patung batu. Ada yang sedang berbelanja, mengantari dan melihatlihat. melirik manusia menjadi patung batu saja, menambah kesan seram dan bikin bulu kuduk merinding.
Ternyata benar, lantai utama kosong. Maka semuanya turun kelantai bawah lewat escalator yang diam tak bergerak. Baru saja menginjakan kaki pertama dilantai. Sudah terdengar tawa perempuan yang sangat mengerikan sampai bergema.
“lah jadi tambah horror deh” komentar laki-laki ketiga.
“Yud rasanya kita seperti didalam film horror betulan” panggil laki-laki keempat.
“aku setuju Andy” Yuda sepakat dengan Andy.
Tiba-tiba sigadis berkerudung terkejut dan menunjuk sesuatu didepan mereka “guys lihat itu. Dinding disebelah toko buku. Jadi penuh darah”
“bukan cuman darah saja” ucap laki-laki ke dua dia melirik kesebelah kanan mereka “tapi ada beberapa tengkorak manusia”
“walah” Yuda terkejut.
“sepertinya kita benar-benar sudah disarang dia” ucap Mirna yang tidak terkejut sama sekali.
“aku kagum kamu tidak ketakutan sama sekali Mirna” kata laki-laki ketiga.
“dia udah biasa Gilang” komentar Yuda.
Lagi-lagi terdengar suara tawa wanita dan kali ini lebih kencang dari biasanya. Saking kencangnya sampai membuat telinga rasanya ingin pecah..
“entah kenapa kaya mendengar suara kuntilanak” kata gadis berkerudung.
“bukan kaya lagi Siska. Emang suara kunti kali” tambah Andy.
Kali ini tercium bau daging busuk yang berasal dari bawah escalator. Yuda dengan berani mengecek pelan kebawah escalator. Dia mendapati beberapa daging-daging busuk dibawah escalator. Namun ada satu hal yang membuatnya terkejut. Daging-daging tersebut menggunung dan di atas bukit daging berdiri sebuah kepala wanita tanpa tubuh dengan wajah terkejut melirik keatas. Begitu terkejut sampai membuat Yuda terjatuh dan teriak. Teman-teman Yuda langsung menyusul ketempat Yuda dan mereka pula sama terkejutnya dengan apa yang Yuda lihat.
“itu bukan anggota kitakan?” tanya Gilang berkeringat dingin dan suara gemetar
“bukan” jawab Siska, wajahnya sudah pucat pasih dan sama gemetarnya “pastinya bukan”
“lantas itu kepala siapa?!” tanya Gilang yang begitu emosi.
“pengunjung mall” ucap Mirna pelan.
Mendengar apa yang yang Mirna ucapkan seketika membuat seluruh rekan-rekannya terkejut.
“seharusnyakan warga biasa tidak ikut terlibat!” Andy marah.
“kalau bukan warga, terus siapa!?” bentak Gilang.
Laki-laki kedua pun angkat bicara dan memisahkan keduanya. Tapi dia juga ikut merasakannya. Seharusnya warga biasa tidak terlibat semua ini. Mereka harusnya menjadi patung dan seperti dalam keadaan tidur. Tapi jika mereka terbunuh, berarti ada yang melepas mantranya.
Yuda yang semula terduduk terkejut, memberanikan diri mendekati kepala wanita tersebut. Dia memperhatikan kepala wanita tersebut menatap keatas. Seakan-akan dia seperti terkejut habis melirik. Bukan hanya itu saja. Leher wanita tersebut seperti ditarik paksa dari kepalanya. Bahkan bercak-bercak darah kental masih menempel pada pipinya. Terlihat seperti baru.
Tatapan mata yang serius seolah memberikan petunjuk, bahwa apa yang dilihat wanita tersebut bukanlah sesuatu yang ingin dia lihat. Kepalan kedua tangan Yuda menguatkan tekadnya, kalau dia harus berani, percuma latihan selama dua minggu yang diikutinya jika dia tidak bisa memberanikan diri untuk menatap apa yang mayat wanita tersebut tatap.
Maka Yuda, tanpa harus memikirkan ulang yang akan dia lakukan, langsung melihat sesuai apa yang dituju mayat wanita. Satu kata keluar dari mulut Yuda “eehh”. Tidak ada apapun disana. Bahkan langit-langit dinding yang seharusnya menunjukan kejanggalan, tidak ada apapun disana. Melawan rasa takut, Yuda melangkah pelan kedepan, ketitik yang dia pikir ada sebuah petunjuk yang dapat dia dapat disana. Gilang dan Siska mengikuti Yuda dari belakang, karena hanya dia satu-satunya yang bergerak setelah melihat tumpukan mayat. Yuda melangkah menuju dinding pojok, ada goresan seperti cakar, ukuran cakar sebesar kuku wanita dewasa.
“ini pasti dia” ucap Yuda merabah-rabah bekas cakaran “dia sebelumnya ada disini”
“bukan hanya cakaran” Gilang menambahkan, dia berdiri tepat disamping Yuda. Menunjuk beberapa tetes-tetes darah.
Siska tambah merinding, dia belum siap dengan pertempuran nyata “dia ada disini, aku yakin itu”
Mirna yang posisinya masih siaga merasakan hal janggal, dia tidak yakin akan kejanggalan yang dia rasakan, namun semakin kuat dia merasakannya, semakin nyata apa yang dia rasakan, dan kali ini dia merinding hebat. Saking merindingnya tidak membuat Mirna pesimis, dan itu membuatnya memfokuskan diri untuk tetap siaga dengan posisi siap tempur, pedang yang semula dia sarungkan, kali ini diposisikan siap diambil.
Rasa merinding berikutnya dirasakan oleh seluruh teman-temannya, Deren (laki-laki kedua) berdiri tepat disamping Mirna memberi komando kepada teman-temannya untuk tetap tenang dan waspada, terlebih apa pun yang terjadi mereka harus siap menyerang.
Merinding hebat disusul oleh suara nan menakutkan yang pasti tidak ingin didengar oleh siapapun. Suara tawa wanita, namun tawanya terkesan menakutkan. Mungkin bagi sebagian warga Indonesia pastinya mereka mengenal tawa wanita tersebut dengan sebuatan tawa kuntilanak.
Andy yang pertama merasa panic “kalian bercandakan, itu suara kuntiloh”
Yuda tidak peduli dengan yang Andy ucapkan, dia tetap fokus melirik sana-sini, setiap sudut dia perhatikan, dia sama sekali tidak membiarkan pertahannya jatuh hanya karena suara menakutkan bak kuntilanak. Sayangnya Yudalah yang pertama merasakan merinding hebat kedua yang bahkan membuat bulu kuduknya berdiri, secepat kilat dia berbalik badan. Sebuah kepala terbalik tersenyum lebar sampai membelah wajah dihiasi noda darah pada bibir menyambut Yuda, yang pertama Yuda lakukan adalah berteriak sekencang-kencangnya.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Zaa Pashaツ
asik juga🌜👍🏻 pasti kakak nya orang bandung kan🗿
teruskan karya tentang karya dengan tema Nusantara kak🌜👾
2023-09-29
1
syaana~
semangat ya kak ❤🔥
2023-09-07
2
Sena Fiana
😀😃😄😁
2023-09-07
1