'beberapa bulan sebelumnya
Mobil putih melaju cepat dihadapan Yuda, memecah kebekuan didalam diri dia sesaat yang lalu. Kedua mata Yuda membelalak, menyadari kalau dia hampir saja menyebrang jalan dalam keadaan melamun ditambah lampu hijau untuk kendaraan.
Jika saja aku terus berjalan, aku pasti….
Yuda menutup mata, membuang pikiran akan dirinya mati jika saja meneruskan niat buruknya.
Lampu pejalan kaki berubah warna menjadi hijau, dengan menghela napas akhirnya dia bisa menyebrang. Jika dilihat baik-baik akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang yang berjalan kaki. Apakah karena sedang tren masyarakat atau mungkin hal lain. Meski itu bukanlah hal besar untuk dipikirkan, tapi bagi Yuda ini adalah hal tak biasa, karena tak banyak orang yang memilih berjalan kaki menuju tepat tujuan. Mungkin saja ini masih pagi sehingga matahari belum terlalu bersinar terang dilangit sehingga beberapa orang memilih untuk berjalan kaki.
Yuda berjalan menyusuri setiap pertokoan baju, menuju arah sekolahnya. Tempat-tempat yang dia lewati, Jalan Cihampelas adalah sebuah jalan terkenal dikota bandung yang sering dikunjung wisatawan dari luar kota, apa lagi malam minggu pasti ramai sekali dikunjungi banyak orang. Belum ada satu pun toko yang memulai usahanya, karena sekarang masih pukul setengah tujuh, biasanya mereka akan buka sekitar pukul sepuluh.
Letak sekolah Yuda tak jauh dari lokasi dia berdiri sebelumnya. Tempatnya yang begitu strategis sehingga banyak orang-orang yang mengetahui sekolahnya. SMA Mutiara Langit, adalah SMA swasta terkenal disini. Banyak orang tua siswa yang mempercayai anak-anaknya untuk bersekolah disini, karena di SMA ini sudah segudang prestasi diraih. Saat ini Yuda telah menduduki kelas 2 SMA, dan hanya tinggal menghitung beberapa bulan lagi ujian akhir semester digelar. Kelas Yuda 2A terletat dilantai satu sekolah, hampir dekat dengan ruang kepala sekolah. Mungkin bagi sebagian siswa, letak ruang kelas Yuda adalah neraka, sebab suara apapun yang keluar dari ruang kelasnya, pasti terdengar oleh kepala sekolah.
“Assalammualikum” Yuda memasuki ruang kelas, tas gendong hitam yang dia bawa, diletakan dikursi depat dekat sekali dengan pintu masuk.
“waalaikumsalam” suara seorang laki-laki dan perempuan menyambut salam dari Yuda.
Yuda menghampiri asal suara tersebut. kelas Yuda berbalut dinding coklat dengan papan putih didepan kelas, tepat dibelakang meja guru, itu papan khusus layar proyektor, sedangkan papan tulisnya ada samping kanan yang ukurannya setengah dari papan layar proyektor. Bagian atas papan tulis ada foto presiden dan wakil presiden saat ini. Untuk kursi kelas terdapat 20 dengan meja yang sudah menyatu menjadi 1 dengan kursi, dua banjar kursi terdepat dekat dinding ujung lalu dibelakangnya masing-masing ada kursi membaris sehingga 1 baris ada 5 kursi. Sedangkan dekat pintu dan jendela ada 3 banjar kursi dengan baris yang sama, tengah-tengah antara keduanya ada jalan untuk bisa lewati siswa. Lantai kelas berbalut karpet warna coklat, karena itu setiap siswa dan guru yang masuk diwajibkan untuk buka sepatu.
Siswa laki-laki yang menyapa Yuda duduk dikursi depan dekat pintu masuk. Mereka sepertinya tengah mendiskusikan sebuah mata pelajaran, karena muka mereka berdua sangat serius mendiskusikan buku yang ada diatas meja salah satu dari mereka. Siswi laki-laki memiliki rambut lurus sepanjang kepala berwarna coklat dan warna mata hitam, kulit sawo matang dengan tinggi sekitar 160an, tinggi yang setara dengan Yuda, walau pun Yuda memiliki kulit aga putih rambut warna hitam, warna mata coklat. Lalu siswi perempuan yang disampingnya, memiliki tinggi sekitar 150an, rambut sepanjang sikut yang diikat kuda, menyisakan rambut depan panjang sebahu warna hitam beserta matanya, kulitnya yang putih seperti orang bali.
“kalian ngapain?” Tanya Yuda.
“ini si Andre enggak ngerti soal pelajaran kimia yang minggu kemaren ituloh” ucap siswi perempuan.
“eh kan itu gampang” kata Yuda mengakuinya.
“gampang darimana?! Susah bro, aku enggak ngerti” Andre mengeluh kemereka berdua.
“tapi emang bener gampang kok” ucap si siswi
“gampang matalu, pertama kali aku lihat Pak Sukma jelasin pun aku enggak ngerti” si Andre makin ngeluh.
Yuda hanya bisa tersenyum dan tertawa kecil, Andre ini memang aga lemah pada pelajaran kimia, tapi anehnya dia sangat pandai pelajaran matematika. Padahal di kimia pun ada matematika.
“ok-ok kita belajar lagi, toh bentar lagi ulangan” kata si siswi.
“ajarin aku sampe bisa ya, tar balesannya aku traktir deh istirahat” kata Andre
“ih bener nih?” mata si siswi berbinar-binar.
“serius Sela, makanya ajarin aku. Supaya nilaiku bagus” “paling tar nyontek lagi” kata Yuda.
“ehh enggak akan, kali ini aku enggak akan nyontek”
“yang bener?” Tanya Sela enggak percaya
“bener kok” ucap Andre aga kesel dikit.
Andre dan Sela adalah sahabat Yuda sejak mereka SMP. Pada mulanya mereka akan memilih SMA yang berbeda, tapi entah bagaimana ceritanya pada akhirnya ketiganya memutuskan untuk satu SMA, bahkan suatu keberuntungan bisa satu kelas sampe kelas 2 SMA.
Karena kedua temannya sedang sibuk belajar, Yuda pun ikut belajar bersama mereka bertiga. Toh Yuda ingin dapat nilai bagus biar dia bisa masuk kampus ITB. Selagi ketiganya belajar. Tak luput siswa dan siswi yang lain juga ikut bergabung belajar bersama, bahkan mereka semua sama-sama memberi tips berupa cara cepat mengerjakan suatu soal atau cara mudah menghapal beberapa unsur kimia lainnnya, terlebih juga tips memahami teori-teori dalam pelajaran susah mereka pahami.
Bell sekolah berbunyi, tandanya masuk kelas, seluruh siswa duduk dibangku masingmasing. Yuda duduk didepan bersama Andre dan Sela, karena itulah mereka makin dekat. Tanpa butuh waktu lama, Pak Sukma datang dia membawa tas gendong warna abu, lalu ditangan lembaran kertas, soal ulangan. Pak Sukma memiliki perawakan tinggi sekitar hampir 170an, rambut hitam yang dipotong 3cm, kulitnya aga kecoklatran, selain itu bodynya pula aga besar sehingga para siswa terkadang beranggapan Pak Sukma seperti seorang tentara ketibang guru kimia. Seketika seisi kelas menjadi tegang seperti hendak bertempur melihat kedatangan pak
Sukma. Tetapi Pak Sukma tidak datang sendiri, dibelakangnya ada seorang siswi perempuan yang ikut bersamanya. tingginya sekitar 150an, rambut panjang sebahu ikal bawah warna hitam, mata warna hitam, kulit putih, mengakan seragam putih abu seperti yang lainnya. Tetapi yang aga beda, walau dia tidak pake kerudung, roknya sepanjang lutut, tidak seperti siswa perempuan yang yang panjang roknya sampai sepanjang mata kaki. Apa mungkin karena dia pindahan dari luar bandung, karena disekolah ini jarang ada siswi yang pake rok pendek. Selain itu raut wajahnya, aga terkesan datar.
“mohon perhatiannya” suara pak Sukma menggema sampai kebelakang “Perkenalkan dirimu”
“Perkenalan nama saya Mirna, Saya pindahan dari Jakarta, karena ada urusan keluarga jadinya saya pindah sekolah kesini, semoga kita bisa berteman baik”
Yuda terheran dengan Mirna, bahkan saat perkenalan pun, raut wajahnya tetap tak berubah sedikit pun. Pak Sukma memberitau Mirna kalau dia duduk dikursi kosong belakangku. Andre tanpak girang mendengarnya, Sela hanya terbengong melihat tingkat Andre. Mirna mengangguk pelan ke Pak Sukma lalu berjalan kearah tempat duduknya, Yuda kembali memperhatikan Mirna sekali lalu, langkah pertama Mirna menuju bangku dia membuat Yuda terdiam, bukan terdiam melihat Mirna tetapi melihat sesuatu yang muncul dari balik Mirna setelah gadis itu melangkah kearah bangkunya. Ada yang bercahaya dari balik lubang dinding bawah papan tulis, cahaya biru.
Tapi tinggu……Yuda terdiam sesaat, setau dia tidak ada lubang pada dinding bawah papan, kenapa tiba-tiba ada lubang, terlebih memancarkan cahaya biru.
“Andre” panggil Yuda
“apa?” jawab Andrea dia sedang mempersiapkan alat tulis.
“itu dibawah papan tulis ada lubang, lihat deh” Yuda menunjuk kearah bawah papan tulis
“lubang darimana enggak ada toh”
Yuda terkejut akan jawaban Andre, jelas-jelas ada lubang disana. Tapi melihat raut wajah Andre yang serius membuat Yuda merasa dia seperti berhalusinasi, tetapi saat dia melirik kembali lubang tersebut hilang.
“jangan ngigau deh, cepat siapin pulpen, mau ulangan loh” kata Andre
“iya-iya” Yuda buru-buru mengambil pulpen dari tasnya.
Setelah mengambil pulpel Yuda melirik Mirna yang duduk tepat dibelakangnya. Raut wajah Mirna sebelumnya datar tiba-tiba menjadi penuh rasa terkejut, bahkan matanya memandang luruh kedepan. Jika Yuda ikuti arah pandang Mirna, pandangan dia tertuju pada lubang yang sebelumnya Yuda lihat.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
PORREN46R
sudah mampir ya author. semangat terus ya
2023-09-29
1
Ram Tadangjapi
semangat Thor...main ke novelku juga yang judulnya Bukan Peluru Berkarat.
2023-09-27
1
Author2074
Lanjut dan tetap semangat!
2023-09-25
1