Hari jumat, hari yang damai dikelas bersama kilauan sinar mentari siang menemani rasa gerah siswa yang tak henti menyelimuti kelas. Pelajaran sejarah dengan panasnya sinar matahari membuat sebagian siswa tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan guru mengenai sejarah Indonesia, banyak dari mereka terpaksa menggunakan buku sebagai pengganti kipas, masalahnya AC kelas sedang mati sebab ada kerusakan, sehingga pihak sekolah akan menservis AC dihari Sabtu dikala sekolah libur. Bahkan guru sejarah pula tak luput dari rasa gerah, dia juga beberapa kali melihat jam tangan seolah-olah ingin segera mengakhiri kelas.
Yuda melihat jam tangannya sendiri, 11:10 bentar lagi jam istirahat. Special hari jumat, jam istirahat ada waktu selama 1 jam, tidak seperti jam istirahat lain yang hanya 30 menit. Sehingga dihari jumat jam istirahat hanya 1x, sedangkan senin sampai kamis 2x. jam pulang pun berbeda. Hari biasa pulang jam 15:30, hari jumat 14:00
Guru sejarah mengakhiri kelas, dia bilang ada tugas kelompok yang berisi 4 atau 5 orang. Masing-masing kelompok harus mengunjungi museum yang kemudian harus kunjungan akan dipresentasikan dikelas minggu depan. Yuda, Andre dan Sela pastinya satu kelompok. Tetapi karena kurang satu orang, Sela langsung ajak Mirna, gadis itu menerimanya tanpa berpikir. Malah sekarang Sela dan Mirna terlihat dekat walau dia masih berwajah datar. Setelah semua siswa mendapat kelompok masing-masing. Perwakilan maju kedepan untuk mendapatkan undian soal kunjungan museum mana yang akan mereka dapat. Yuda langsung mendorong Andre sebagai perwakilan yang dibalas muka tak ikhlas. Andre kembali, museum yang jadi bahan kunjungan mereka adalah museum Asia Afrika
“yaaa, aku inginnya museum Geologi” keluh Sela
“kalau aku sih inginnya museum gedung sate” balas Andre
“tak apa-apa, toh sama-sama museum” Yuda berusaha menghibur.
“tapi gimana kalau kita langsung berangkat saja hari ini pulang sekolah” Sela melihat hpnya “sekarang buka, tapi pas jam 3 sore”
Yuda melihat hp Sela “ada jamnya ya. Gimana Andre, Mirna”
“aku mau aja” Andre setuju
“aku juga, kalau hari lain takutnya enggak bisa” ucap Mirna.
“ok pulang sekolah langsung ya, tapi kesana naik apa?” Yuda terheran
“kalian berdua enggak bawa motor?” Tanya Sela menatap tajam Andre dan Yuda.
“aku enggak” jawab Yuda.
“apa lagi aku” jawab Andre.
“yaudah kita pake taksi online aja”
“ok”
Bel sekolah berbunyi, sebagian siswa laki-laki pergi keluar kelas dengan membawa alat solat, sebagian lagi yang non muslim menunggu dikelas bersama siswi perempuan, Andre dan Yuda pula ikut keluar bersama siswa lainnya. Selama itu, siswa yang tidak ibadah sholat jumat diperbolehkan keluar kelas atau beli makan tetapi tidak boleh berisik. Dari pada menunggu dikelas, Sela mengajak Mirna pergi kekantin bersama siswa perempuan lainnya.
Jam istirahat berakhir, siswa-siswi duduk dibangku masing-masing menunggu guru pelajaran terakhir datang. Andre mengajak teman-teman satu kelompoknya untuk main ke suatu tempat setelah selesai kunjungi museum. Semuanya setuju kecuali Mirna yang aga ragu, tetapi dia pada akhirnya mau setelah dibujuk rayu oleh Sela. Andre menyarankan main ke jalan braga. Tetapi Sela ingin main ke alun-alun, keduanya bersihkeras soal permintaan mereka hingga terjadi perdebaan. Andre beranggapan kalau Sela ingin kesana supaya bisa ke toko sepatu atau ke mall terdekat, sedangkan Sela beranggap kalau Andre ingin ke Braga biar bisa mengicipi kuliner disana.
Yuda berhasil meleraikan keduanya dan bilang soal jalan-jalan lihat saja nanti jika ada waktu.
Andre, Yuda, Sela dan Mirna duduk dibangku depan gerbang sekolah selagi menunggu taksi online mereka datang, selagi menunggu sebagian dari mereka asik main hp dan mengobrol. Sela aga cemas kalau taksi online datang terlambat, takutnya tar mereka telat datang ke museum. Taksi online datang, mobil avanza warna putih, pengemudinya seorang pria paruh baya. Yuda duduk didepan, Andre, Sela dan Mirna duduk dibangku belakang
Mobil tiba dimuseum 15 menit sebelum museum buka. Yuda yang pertama turun dari mobil langung mendaftar reservasi selagi teman-temannya turun dari mobil dan duduk bangku dekat museum
Petugas membuka pintu masuk museum dan mempersilahkan Yuda dan teman-temannya masuk, ada pula rombongan pegunjung lain mengenakan seragam sekolah, seperti mereka tetapi dari logonya mereka berasal dari sekolah dekat sini
Pertama masuk disambut dengan replika patung dari pemimpin konferensi, diikuti replikas bola dunia yang ukurannya mungkin 5x lipat atau lebih dari bola dunia yang ada dilab sekolah. Yuda meminta teman-temannya berpencar, mereka harus mengambil foto dan mencatat guna presentasi dan laporan tugas, Yuda memilih bagian pers. Ada berbagai pers dari sejumlah negara yang memberitakan soal konferensi, sehingga pers-pers tersebut ditulis dengan berbagai bahasa ada dari amerika, jepang dan lain sebagainya, pers dari Indonesia pula tak luput dipajang. Tak hanya pers. Yuda mengambil foto berupa mesin ketik tempo dulu yang pernah digunakan saat konferensi. Pemuda itu sangat takjum melihat mesin ketik yang begitu kuno dan sekarang sudah jarang terlihat, kalau pun ada yang punya mungkin orang itu sangat beruntung bisa memiliki sebagian dari barang antik, tetapi mesin ketik yang ada dimuseum ini sangatlah berbeda sebab memiliki nilai sejarah yang tak terhitung jumlahnya.
Selesai dengan bagiannya, Yuda berencana kesisi lain, Yuda melirik Mirna yang berdiri sendiri setelah dirinya memoto. Dia menghampiri gadis itu dan membaca bagian apa yang sedang dia lihat. tuntutan anak dunia itu yang sedang dibaca olehnya, ada foto-foto anak-anak berwarna hitam putih dari berbagai negara. Mereka adalah korban perang.
“menurutmu jika mereka terlahir dijaman ini, apakah mereka akan bahagia?” Tanya Mirna
“entahlah”
“kenapa?”
“karena kebahagian itu tercipta dari diri sendiri”
Yuda tak yakin apa jawabannya bisa membuat Mirna puas, karena gadis itu langsung melangkah diam menuju ke tempat Sela, yang menulis soal Bandung Dipersiapkan. Ada berbagai foto sudut-sudut kota bandung yang tengah dibandung guna mempersiapkan konferensi Asia Afrika. Salah satunya adalah foto hotel yang tepat berada disembrang jalan museum.
Andre ikut bergabung, dia sudah selesai mengambil foto prangko lama yang dicetak khusus ketika konferensi.
“kalau gitu kita keruang konferensinya” ajak Yuda.
Untuk menuju ruang konferensi, cukup mengikuti tanda menuju keluar, karena ruang konferensi bertepatan dengan pintu keluar museum. Saat memasuki ruang konferesi, mereka disambut dengan jajaran kursi merah yang mengharap ke bendera-bendera negara asia afrika didepan. Bahkan ada gong besar disamping kanan ujung bendera. didepan bendera ada meja panjang melengkung yang dibelakangnya ada lima kursi. Bagian belakang ada sebuah tangga menuju lantai atas, jika Yuda mengingat lagi foto lama konferensi, lantai 2 digunakan untuk para wartawan. Tetapi sayangnya tangga tersebut tidak boleh diakses oleh pengunjung, meski begitu mereka masih bisa duduk dikursi-kursi merah, kecuali kursi yang didekat bendera.
Yuda duduk disalah satu kursi jajaran tengah, jika dia bayangkan, mungkin sekarang dia bisa merasakan seperti apa suasana konferensi Asia Afrika, bahkan teman-temannya berpendapat sama dengan Yuda
Kunjungan museum selesai, mereka tinggal meragkai foto dan membuat laporan plus presentasi. Pengerjaan laporan dan presentasi dirumah masing-masing, dengan hasil tulisan dan foto yang mereka ambil, jika sudah selesai dikirim ke Yuda yang nanti dia satukan semuanya.
“keluar museum langsung disambut ramainya jalan asia afrika” ucap Andre
“kita nyantai dulu yu” ajak Sela
“ada mini market dekat sini” saran Yuda
Semua sepakat dengan saran Yuda,
Tanah tiba-tiba saja berguncang hebat, Yuda menarik Mirna dan Sela sedangkan Andre dibelakang, mereka berlari menjauh dari gedung museum. Guncangan seperti gempa tersebut membuat sebagai orang-orang bahkan pengendara panik seketika, Yuda sebisa mungkin mengarahkan teman-temannya menjauh dari pohon mau pun tiang-tiang.
Seketika guncangan tersebut berhenti, orang-orang yang sebagian dari tadi ketakutan berusaha bangkit. Yuda mengamati sekeliling, dia berpikir apa mungkin pusat gempa tepat berada disini karena guncangannya sangat hebat. Namun anehnya jika guncangannya sebesar itu dan membuat seakan bumi bergetar, harusnya dinding gedung museum ada yang retak atau enggak ada bangunan runtuh, anehnya enggak ada sama sekali. Tetapi Sela menunjuk kearah jalan. Retakan hebat memanjang sepanjang jalan asia afrika, bahkan sangat lebat. Yuda jadi teringat artikel yang ditunjungan Sela kemaren tentang retakan dijalan Sudirman, sekarang dia melihat dengan mata kepalanya sendiri mengenai retakan tersebut.
Ieu Abdi kasih peringatan (ini saya kasih peringatan)
Suara seperti waktu itu kali ini aga Jelas, Yuda memperhatikan teman-temannya, Sela masih terdiam ketakutan, Andre berusaha menengangkan Sela. Tetapi Mirna dia memandangan langit kosong.
Siap-siap dinteun engkeu (Siap-siap dihari nanti)
Suara itu hilang begitu saja, Yuda kebingungan mendengar itu semua. Dia memperhatikan teman-temannya, mereka sepertinya seperti waktu itu tidak mendengar apa yang Yuda dengar, kecuali Mirna, yang memiliki reaksi yang berbeda dengan yang lain.
Sebuah mobil sedan hitam tiba-tiba saja berhenti tepat didepan mereka, itu mobil kakak Mirna.
“Mirna ternyata kamu masih disini” jendela mobil terbuka, hingga sosok kakak Mirna pun terlihat jelas.
“kakak”
“sekarang ada baiknya kamu pulang” ucap kakak Mirna.
Mirna melirik yang lain. Sela bilang dia ingin pulang sendiri, dia bilang aga terguncang, Andre dan Yuda akan menemani Sela pulang. Tetapi gadis itu tetap ngotot pulang sendiri. Mirna langsung masuk kedalam mobil. Yuda dan yang lainnya berjalan kearah jalan braga.
Mirna dan kakaknya terdiam dalam mobil, dia memperhatikan sang kakak yang berwajah serius tak ada perubahan sama sekali.
“yang tadi itu peringatan kedua?” Tanya Mirna memecah keheningan
“benar, peringatannya lebih cepat dari yang diprediksi, padahal masih ada sisa waktu lima hari”
“Mirna mulai besok sampai harinya kamu tidak masuk sekolah dulu”
“baik kak”
Telpon berdering, handphone milik kakak Mirna. Dia mengangkatnya sambil menepikan mobilnya.
“iya”
Mirna mengamati kakaknya yang ekspresinya belum berusaha sama sekali lalu memikirkan apa yang terjadi sebelumnya, walau dia tidak merasakan takut sama sekali, tetapi teman-teman yang baru dia kenal aga terguncang, tetapi suara yang dia dengar malah membuat Mirna terkejut habis.
“ada kemungkinan jika peringatnya lebih cepat dari biasa pasti mereka lebih kuat dari pada 4 tahun yang lalu”
“baiklah, aku sama Mirna akan kemarkas sekarang”
Telpon di tutup, kakak Mirna langsung melajukan mobilnya.
“Maaf Mirna kita tidak bisa pulang sekarang”
Mendengar itu Mirna hanya terdiam, memandang handphonenya, foto dia dan temantemannya ketika dimuseum, dan berpikir apakah mereka masih bisa ketemu atau tidak.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments