Kubalas Pengkhianatan Masa Lalu

Kubalas Pengkhianatan Masa Lalu

Chapter 1 : Kehidupan Yang Berputar

โ—กฬˆโ‹†โ’ฝโ’ถโ“…โ“…โ“Ž Reading๐Ÿ

๐™ผ๐š˜๐š‘๐š˜๐š— ๐š”๐šŽ๐š‹๐š’๐š“๐šŠ๐š”๐šŠ๐š—๐š—๐šข๐šŠ ๐š๐šŠ๐š•๐šŠ๐š– ๐š–๐šŽ๐š–๐š‹๐šŠ๐šŒ๐šŠ ใ‹ก

ใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽใ€ฐ๏ธŽ

"Dasar menantu tidak berguna!! Bisa-bisanya hanya menyusahkan saja!" bentak seorang wanita paruh baya, dengan wajah yang tampak muda.

Wanita di hadapannya menunduk, menatap lantai yang kotor oleh makanan. Tak sedikitpun ia berkata bahkan bergerak. Tubuhnya terdiam mematung mendengar caci makian dari sang ibu mertua.

Wanita yang disebut-sebut sebagai ibu mertuanya itu mendorongnya dengan kasar, membuatnya terkapar di lantai kediaman.

Banyak orang yang memperhatikan kejadian itu, termasuk suaminya sendiri. Tapi bahkan tak sekalipun suaminya itu membelanya.

Mereka hanya santai melihat kericuhan yang dianggap menghibur. Wanita bernama Hwayoung itu lantas bangkit, lalu berjalan menjauhi ibu mertua serta suaminya.

Hwayoung Choi, adalah seorang wanita berusia dua puluh lima tahun. Ia adalah anak sulung dari keluarga Konglomerat sebelum keluarganya mengalami kebangkrutan.

Parasnya yang cantik serta lekukan tubuhnya yang terlihat jelas membuat siapa saja ingin memilikinya, termasuk pria yang saat ini berstatus sebagai suaminya.

Sebelum keluarganya bangkrut hingga harus menjual aset perusahaan, ia menjadi menantu kesayangan keluarga suaminya. Namun tidak untuk saat ini.

Bisa dibilang, kehidupannya berubah 180 derajat dari sebelum keluarganya mengalami kebangkrutan besar.

Ia yang awalnya dicintai mati-matian oleh keluarga suaminya, sekarang berbanding terbalik. Mulai dari perlakuan mereka padanya, hingga cara bicaranya yang angkuh.

Bahkan kini ia dianggap tak ada bedanya dengan asisten rumah tangga. Setiap harinya, ia selalu mendapat perlakuan buruk yang membuatnya menangis setiap malam.

......................

Wanita itu merebahkan tubuhnya di kasur yang kasar, menatap langit-langit kamar yang tampak kumuh. Perlahan Hwayoung memejamkan matanya, hingga setelah ponselnya berdering.

Notifikasi dering yang muncul dari ponselnya membuat Hwayoung terbangun. Ia meraih ponsel kecil miliknya yang berada di atas meja.

Tak tertera nama siapapun pada layar ponsel, yang artinya panggilan itu berasal dari orang tak dikenal.

Tanpa berpikir panjang, ia lantas menerima panggilan tersebut. Suara yang cukup asing baginya mulai berbicara pada sambungan telepon.

"Halo, dengan Nona Hwayoung Choi?"

"Ah, benar ini saya," sahutnya melengkapi.

"Kami dari rumah sakit Claude Sick ingin memberitahukan bahwa orang tua Anda mengalami kecelakaan," tutur orang di seberang sana.

Kedua bola mata Hwayoung terbelalak kaget, ponsel yang di genggamnya kontan terjatuh. Cairan bening perlahan keluar dari matanya, membasahi wajahnya yang cantik natural.

Wanita itu berlari terbirit-birit dari ruangannya, mengabaikan orang-orang yang sibuk mencaci-makinya di setiap ruangan.

Begitu keluar dari kediaman, ia menghentikan taksi kuning yang kebetulan lewat.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, akhirnya Hwayoung sampai di rumah sakit Claude Sick. Ia memasuki ruangan yang berisi jenazah kedua orang tuanya.

Kakinya perlahan mendekat dengan tubuh yang bergetar hebat.

Ia berjalan dengah langkah kaki kecil, berharap dua orang yang terbaring di ranjang itu bukanlah orang tuanya.

Namun takdir berkata lain. Ia melihat dengan jelas wajah orang yang begitu familiar. Hwayoung memeluknya erat, tak peduli akan darah yang mengotori kemejanya.

Tangisnya tak berhenti sedetikpun. Kedua matanya tampak lebih besar dari sebelumnya.

Bahkan seorang gadis yang baru saja masuk tak membuatnya menoleh. Pandangannya hanya tertuju pada kedua sosok yang sudah tak bernyawa.

"Kakak ... kau tidak perlu berlebihan," ucap gadis itu. Penampilannya terlihat kacau dengan surai yang dicat merah legam.

Mendengar perkataannya, Hwayoung lantas menoleh. Mata mereka saling bertemu.

Gadis itu memperlihatkan wajah sinis, tak sedikitpun raut sedih di perlihatkannya.

"Eunbin, kenapa kau berkata seperti itu? Mereka memang bukan orang tuamu, tapi orang tua kakak iparmu," lontar Hwayoung. Ia menggenggam erat tangan gadis yang di sebutnya sebagai Eunbin.

"Ah, sudahlah ... jelas saja kak Hajoon membenci dirimu. Apa kau tau? Kau terlalu lemah, Hwayoung!" cibir Eunbin dengan nada tinggi, suaranya sampai terdengar ke luar ruangan.

...โ„ฆฮฉโ„ฆโ„ฆฮฉโ„ฆโ„ฆฮฉโ„ฆโ„ฆฮฉโ„ฆโ„ฆฮฉโ„ฆโ„ฆ...

Hari pemakaman orang tua Hwayoung akhirnya tiba. Suasana yang sebelumnya tak pernah ia rasakan kini terjadi. Keheningan menyelimuti satu ruangan tempat berdo'a.

Hwayoung menyambut satu persatu kerabat orang tuanya. Ia memperlihatkan senyuman lebar walau hatinya hancur. Bagaimana tidak? Di hari pemakaman orang tuanya ini, tak satupun anggota keluarga suaminya datang untuk membantu.

Semua beban ia tanggung selama beberapa hari seorang diri. Semakin lama beban itu terasa semakin tak bisa bisa di tanggung, hingga membuat sosok Hwayoung terbaring tak berdaya.

Tubuhnya menggigil di atas ranjang sempit. Bahkan saat kondisinya melemah, tak ada siapapun yang datang menjenguknya selain seorang pria bernama Yejoon, dia adalah teman masa kecilnya.

"Hwayoung, kenapa bisa kau jadi seperti ini? Seharusnya, di saat seperti ini suamimu membantumu. Bukannya malah bermain-main dengan wanita lain," cakapnya membuat Hwayoung menatap heran.

"Apa maksudmu? Dia tidak mungkin seperti itu. Walaupun kali ini dia mengabaikanku, tapi dia tidak mungkin bermain dengan wanita lain," sangkalnya. Ia tersenyum tipis, menganggap enteng apa yang dikatakan Yejoon sebelumnya.

"Baiklah, aku tidak ingin membuatmu kepikiran. Lebih baik sekarang kau beristirahat, aku membawakanmu buah. Jangan lupa minum obatnya juga, ya." Yejoon lantas melangkah keluar ruangan.

Hwayoung menatap ke arah jendela, menghadap langit biru siang hari. Beberapa burung nampak mendarat tak jauh dari jendela.

Ia menghela nafas panjang dengan harapan keluarga suaminya akan menjenguknya di rumah sakit.

Sudah lebih dari dua bulan sejak kedua orang tuanya meninggal. Tak ada bedanya dengan saat ia sakit, yang sudah berlangsung selama dua bulan.

"Sepertinya nanti malam aku perlu mendatangi Hajoon. Aku harus memastikan bahwa perkataan Yejoon tidak benar," gumamnya.

Perlahan tangannya meraih beberapa butir buah segar pemberian temannya. Ia mengupas kulitnya secara mandiri, lalu memotongnya menjadi beberapa bagian.

Setiap potongan ia suap pada mulutnya. Menatap pemandangan dari luar jendela.

...****************...

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Hari dimana siang menjadi malam, serta ramai menjadi sunyi.

Hwayoung Choi berdiri di tepi jalan, dengan perban yang mengitari kepalanya, menunggu taksi yang kosong penumpang lewat. Setelah lebih dari sepuluh menit ia berdiri, akhirnya taksi pun lewat.

Hwayoung menghentikan taksi itu, lalu di bukanya pintu. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, akhirnya ia serta taksi yang di tumpanginya berhenti di sebuah kediaman besar.

Posisinya yang berada di pusat kota, dengan beberapa rumah kecil di sekelilingnya. Bahkan setiap sudutnya dilengkapi dengan CCTV keamanan.

Wanita itu perlahan keluar dari taksi, lalu berjalan mendekati gerbang kediaman yang tingginya empat kali lipat darinya.

Penjaga keamanan tampak diperketat. Ia melihat sejumlah orang yang sebelumnya tidak ada, kini berjaga di depan kediaman tersebut.

"Tolong bukakan gerbangnya," perintah Hwayoung. Bibirnya terlihat begitu pucat.

"Tapi Nona ...."

"Ada apa? Aku bilang cepat bukakan gerbangnya!"

Mereka berbondong-bondong menarik gerbang kediaman Lee yang cukup berat. Perlahan Hwayoung melangkahkan kakinya masuk. Ia menginjakkan kakinya di hamparan lantai mewah kediaman keluarga suaminya.

๐Ÿ‚๐™ฑ๐šŽ๐š›๐šœ๐šŠ๐š–๐š‹๐šž๐š—๐š ...

๐™ผ๐š˜๐š‘๐š˜๐š— ๐š๐šž๐š”๐šž๐š—๐š๐šŠ๐š—๐š—๐šข๐šŠ ๐šž๐š—๐š๐šž๐š” ๐š”๐šŠ๐š›๐šข๐šŠ ๐šŠ๐šž๐š๐š‘๐š˜๐š›, ๐š”๐šŠ๐š›๐šŽ๐š—๐šŠ ๐š”๐šŠ๐š›๐šข๐šŠ ๐š’๐š—๐š’ ๐šœ๐šŽ๐š๐šŠ๐š—๐š ๐š–๐šŽ๐š—๐š๐š’๐š”๐šž๐š๐š’ ๐š•๐š˜๐š–๐š‹๐šŠ ๐š–๐šŽ๐š—๐šž๐š•๐š’๐šœ ๐š—๐š˜๐šŸ๐šŽ๐š•. ๐™ณ๐šž๐š”๐šž๐š—๐š๐šŠ๐š— ๐šœ๐šŽ๐š”๐šŽ๐šŒ๐š’๐š• ๐šŠ๐š™๐šŠ๐š™๐šž๐š— ๐šœ๐šŠ๐š—๐š๐šŠ๐š ๐š‹๐šŽ๐š›๐š‘๐šŠ๐š›๐š๐šŠ ๐š‹๐šŠ๐š๐š’ ๐šŠ๐šž๐š๐š‘๐š˜๐š›, ๐š•๐š˜๐š‘ ... ๐Ÿ

Terpopuler

Comments

Maria Rosarini

Maria Rosarini

semangat

2023-07-15

0

๐ŸทAsisten Cesliea๐Ÿท

๐ŸทAsisten Cesliea๐Ÿท

gila alurnya bikin penasaran

2023-06-26

0

๐Ÿ™ƒ ketik nama ๐Ÿ’๐ŸŽ€๐ŸŒˆ๐ŸŒด

๐Ÿ™ƒ ketik nama ๐Ÿ’๐ŸŽ€๐ŸŒˆ๐ŸŒด

lanjut kak,,
semngat,,

pensaran dngan klanjutannya

2023-06-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!