Beberapa jam sebelumnya..
Rey yang sedang penuh luka di sekujur tubuhnya, dengan bersusah payah menyetir mobilnya dengan mata yang membengkak sehingga membuatnya agak kesulitan untuk melihat jalanan. Dan setelah melakukan perjalanan yang terasa panjang itu, akhirnya ia tiba juga di rumahnya.
Tubuhnya terasa sangat letih karena rasa sakit yang terus menderanya. Ingin rasanya membaringkan tubuhnya dengan segera. Tetapi, dia masih harus memapah tubuh wanita itu menuju kamarnya dan membaringkannya di atas kasurnya barulah ia bisa membaringkan tubuhnya.
Ini pertama kalinya bagi seorang Rey untuk membawa seorang wanita menginap di rumahnya apalagi sampai tidur dikamarnya. Dia melakukan ini dengan terpaksa. Karena selain rumahnya, Rey tidak memiliki opsi lainnya. Dia tidak memiliki identitas wanita itu sehingga tidak tahu dimana tempat tinggalnya. Dirinya yang seorang gangster tidak mungkin membawa wanita ini ke kantor polisi. Dia juga sangat membenci rumah sakit. Tetapi dia juga tidak mungkin meninggalkan wanita itu sendirian dalam keadaan mabuk dan pingsan di pelataran parkir. Jadi dia pun membawa serta wanita itu ke rumahnya. Karena dirinya sendiri saat ini sangat butuh untuk bisa segera sampai di rumahnya agar dapat merebahkan tubuhnya yang sudah terasa letih dan dapat beristirahat dengan baik.
Kini Rey sedang berada di ruang tamu. Karena dia telah memberikan kamarnya untuk wanita itu tempati, sehingga ia terpaksa mengungsi ke ruang tamu. Rey sudah sangat lelah dan ingin segera berbaring di sofa putihnya yang terlihat sangat empuk dan nyaman untuk ditiduri. Tetapi Rey perlu untuk membersihkan luka dan darahnya dulu agar lukanya tidak mengalami infeksi dan darahnya tidak mengotori sofa yang akan dia gunakan untuk berbaring itu.
Sebelum membersihkan lukanya, Rey membuka pakaiannya dan langsung memasukkan ke dalam kantong plastik sampah untuk kemudian dibuang. Lalu dia menggunakan kapas yang sudah diberi larutan antiseptik untuk membersihkan lukanya dan mengolesi salep antibiotik ke beberapa lukanya seadanya karena dirinya sudah sangat letih dan juga tangannya sulit untuk menjangkau beberapa luka itu.
Dengan perawatan dan pengobatan seadanya pada luka di tubuhnya, dia segera membaringkan tubuhnya di atas sofa dan dalam sekejap ia langsung tertidur. Namun rasa perih dan nyeri pada luka dan lebam di tubuhnya membangunkannya dari tidur. Dia mencoba untuk tidur kembali, tetapi ia terbangun lagi. Begitu beberapa kali, dan akhirnya ia menyerah untuk mencoba tidur lagi. Ia hanya berbaring dalam keadaan berjaga.
Tiba-tiba Rey mendengar suara seseorang yang sedang berlari kemudian ada suara air keran mengalir dari wastafel yang ada di toliet. Rey dapat langsung menebaknya, pasti wanita itu. Dari ruangan tamu, Rey dapat melihat sekelibat bayangan wanita itu yang berjalan mondar mandir pada ruangan yang ada di rumahnya. Wanita itu bagaikan sedang berada di rumahnya sendiri. Dia menghidupkan lampu dapurnya, mengambil gelas dan minum disana. Lalu, dengan mata setengah terpejam, hampir saja dia berbaring di sofanya ini untuk tidur di sana.
Rey tahu bahwa saat ini wanita itu sedang dalam keadaan mabuk dan masih setengah sadar. Rey kembali merasa tingkah wanita itu sangat lucu dan menggelikan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan tertawa dengan tertahan yang terlihat seperti sedang menyeringai. Selain karena memang karakter Rey yang diam dan dingin, sehingga jarang untuk tertawa dengan lepas dan bebas juga karena ketika tertawa luka-luka diwajahnya akan terasa sakit.
Wanita itu akhirnya menyadari keberadaan dirinya, sang pemilik rumah dan berteriak dengan sangat kencang karena keterkejutannya. Rey sendiri terkejut mendengar teriakan yang sangat kencang di malam yang sunyi itu. Hingga membuat jantungnya serasa melompat dan rasa sakit di tubuhnya menjadi semakin bertambah akibat teriakan itu.
Wanita itu memperhatikannya dan kembali melakukan sesuatu hal seperti di rumahnya sendiri. Kini wanita itu menghampirinya lalu duduk di lantai sehingga dia berada pada jarak yang sangat dekat dengannya. Rey menatapnya dengan aneh dan curiga. Dengan baskom yang berisi es ditangannya, Rey dapat menebak jika Erika ingin membantunya mengompres luka ditubuh dan wajahnya. Rey mulai merasa risih dan menatapnya dengan tatapan tak suka. Permasalahannya, Rey tidak suka berada terlalu dekat dengan seseorang apalagi sampai ada bagian pada anggota tubuhnya 'disentuh'.
Saat wanita itu terlihat mengalihkan matanya dari pandangannya dan tidak peduli dengan Rey yang terlihat tidak suka dengan apa yang akan diperbuatnya, akhirnya Rey mengeluarkan suara untuk melarangnya dan menghentikan apa yang ingin diperbuatnya.
"Jangan sentuh aku. Menjauhlah dariku. Aku tidak butuh kamu untuk mengobatiku karena aku sudah melakukannya tadi." Rey segera menegakkan badannya yang sedang berbaring menjadi ke posisi duduk.
Erika tidak menghiraukan omongannya dan ia masih tetap berusaha dengan sedikit memaksa untuk merawat lukanya. Ia naik ke sofa dan duduk di sebelah Rey. Kemudian ia menekan handuk yang berisi es pada lebam di wajah Rey. Rey meringis kesakitan sambil refleks menjauhkan mukanya.
"Ouch" Di saat yang sama Erika juga ikut meringis kesakitan.
"Sudah kubilang, aku tidak butuh dirimu untuk mengobati lukaku. Pergilah sebelum kemarahanku meledak." Rey kembali memarahinya ketika wanita itu ikut meringis saat mengompresnya.
Tetapi Erika tetap melanjutkannya.
"Tenang saja, aku tidak menyentuhmu. Lihat, aku hanya menempelkan kain berisi es di matamu yang bengkak untuk mengompresnya."
Kali ini dia menekan handuk kompresnya lebih lembut dan menahan dirinya untuk tidak ikut meringis. Tetapi Rey menghempas tangan Erika hingga tubuhnya ikut terhempas jatuh hingga mengenai pegangan yang ada di pinggir sofa.
"Aww..Mengapa kamu begitu kasar." Erika refleks mengusap siku tangannya yang sakit karena terbentur pinggiran sofa." Aku hanya mau membantumu. Aku tahu kamu sudah membersihkan dan mengobati lukamu tetapi itu tidak cukup karena luka ini perlu ditangani dengan baik seperti dikompres dan diperban agar kamu bisa tidur dengan nyenyak. Kamu pasti tidak bisa tidur sejak pulang tadi karena rasa sakit dan rasa tidak nyaman ditubuhmu." Sekarang Erika menghentikan tindakannya dan hanya memperhatikan pria itu dengan alis mata dan kening yang berkerut menunjukkan rasa prihatinnya kepada pria itu.
Rey berpikir, ucapan wanita itu benar dan merasa bersalah karena telah berbuat kasar pada wanita itu. Sikap Rey melunak dan dia mengalihkan pandangan matanya ke arah lurus dan jauh ke depan, tidak lagi menatap Erika.
Dengan sikap Rey yang seperti itu, Erika menganggap Rey sudah berubah pikiran dan memperbolehkannya untuk mengobatinya. Dia lalu kembali mengompresnya. Tanpa sadar, Rey mengembalikan pandangannya ke arah wanita itu dan terus memperhatikan wajahnya. Hatinya terasa nyaman karena kelembutan Erika saat merawat lukanya. Dia sampai tidak merasakan sakit saat wanita itu menekan agak sedikit kuat pada luka memarnya dengan es. Malahan wanita itu yang mengernyit sesekali, seperti dia yang sedang kesakitan.
"Boleh?" Erika mengarahkan salep antibiotik ke depan mata Rey dengan maksud meminta ijin padanya karena Erika akan mengoleskan salep ke kulitnya dan itu berarti dia akan menyentuhnya. Rey diam saja karena masih melamun sambil memandangi Erika. Erika mengartikan diamnya sebagai kata 'iya'.
Rey menyadari sentuhan jari Erika pada kulitnya yang luka. Biasanya dia akan dengan refleks menampik tangan yang menyentuh kulitnya itu dengan kasar. Tetapi kali ini dia merasa berbeda. Ia bisa menerima setiap sentuhan lembut yang Erika berikan saat mengolesi obat pada lukanya.
"Apakah ada yang sakit pada anggota tubuhmu karena kudorong tadi?" Tanya Rey dengan perasaan bersalah pada Erika. Erika hanya menggelengkan kepalanya dengan ekspresi di wajahnya tampak serius. Seluruh luka Rey telah selesai diobati dan sekarang Erika sedang memasang perban pada luka Rey yang terakhir.
"Selesai." Erika berkata singkat dan segera pergi dari situ. Tubuh Rey dipenuhi perban tetapi dia merasa nyaman. Seluruh luka serta lebam ditubuhnya sudah tidak begitu terasa lagi sakitnya.
Erika sudah tidak tahan lagi, ia merasa pusing dan mual. Entah karena efek mabuknya yang belum hilang atau karena phobia nya terhadap darah. Dia menahan rasa tak enak itu sejak dia mengolesi salep pada luka di tubuh Rey. Erika sekarang berada di dalam ke kamar mandi untuk menenangkan rasa pusing dan mualnya. Dia mencoba untuk muntah, namun tidak bisa. Lama dia bersandar pada dinding kamar mandi dengan posisi berdiri sambil memejamkan matanya.
"Hey..apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja?" Rey bertanya setelah Erika keluar dari kamar mandi. Rey merasa khawatir karena Erika terburu-buru pergi ke kamar mandi dan lama berada di dalam sana. Dan sekarang wajahnya terlihat pucat.
"Aku tidak apa. Hanya sedikit pusing dan mual. Mungkin karena pengaruh dari rasa mabukku yang masih tertinggal." Jawabnya berusaha tidak membuat Rey merasa bersalah.
"Hari masih subuh. Sebaiknya kamu melanjutkan tidurmu sekarang juga agar saat pagi tiba dan langit sudah terang, kamu bisa pulang kembali ke rumahmu dalam kondisi normal, kurasa kamu tidak mau orang tuamu melihatmu yang dalam keadaan mabuk bukan."
Ucapan Rey benar, jika seandainya dia tidak sedang kabur saat ini. Tetapi, kenyataannya tidak begitu. Pulang ke rumah? Erika merasa seperti diingatkan Rey secara halus. Bahwa saat pagi tiba dia harus segera pergi dari rumahnya.
Erika hanya mengangguk untuk merespon ucapan Rey. Dia lalu berjalan kembali ke kamar tempat ia tidur tadi. Sambil berbaring di kamar itu, Erika memikirkan kemana dirinya akan pergi nanti. Dia tidak bisa tinggal di hotel. Karena dengan kedudukan dan kekuatan uang yang dimiliki Kei, kekasihnya, sangatlah mudah untuk segera menemukannya. Dia juga memiliki beberapa jaringan intel yang bisa melacak keberadaannya dengan mudah kalau dia bersembunyi di hotel.
Sebenarnya, Erika menyukai dan merasa nyaman saat berada di rumah ini. Dengan kesederhanaannya dan juga nuansa serba putih. Membuat dirinya lebih tenang dan rileks. Ya walaupun pemilik rumah ini orang yang bertemparamen buruk dan sangat kasar sikapnya terhadap dirinya. Tetapi dia kan sedang terluka. Alangkah baiknya jika ada dirinya yang tinggal bersamanya sehingga ada yang bisa membantunya merawat luka dan mengobatinya. Serta melakukan beberapa pekerjaan rumah lainnya yang pastinya tidak bisa ia lakukan dengan tubuh yang penuh luka itu.
Erika mencoba tidur, tetapi tidak bisa. Kepalanya tidak bisa berhenti memikirkan kemana tempat yang sebaiknya dia tuju untuk menetap selama dia kabur dari rumahnya. Hingga kepalanya terasa pusing tetapi tetap saja ia tidak bisa tidur.
Erika melihat jam. Sudah jam 6 pagi. Dia mengaktifkan hpnya dan melihat tidak ada panggilan atau pesan dari kekasihnya satupun. Erika lalu mengetik sebuah pesan di aplikasi online chat melalui hpnya.
Ayah dan ibu, maafkan aku tidak pulang ke rumah kemarin malam. Karena kak Kei mengajakku pergi hingga pagi untuk merayakan ultahku. Tetapi pagi ini aku ada urusan penting yang harus kuselesaikan jadi belum bisa pulang ke rumah dulu. Kurasa aku tidak akan pulang ke rumah selama beberapa hari. Kalian tenang saja dan jangan khawatir. Aku aku akan baik-baik saja karena aku bisa menjaga diriku sendiri. Kalian tidak perlu mencariku. Aku pasti akan kembali setelah urusanku selesai. Aku tidak bisa dihubungi untuk sementara waktu karena harus menonaktifkan hpku. Ayah dan Ibu, sampai jumpa lagi beberapa hari kemudian. Aku sayang kalian.
Selesai mengetik pesan itu, Erika menekan tombol kirim dan pesan itu terkirim ke nomor kontak ayah dan ibunya. Erika sengaja mengatakan bahwa ia bersama kekaihnya semalam untuk merayakan ulang tahunnya hingga pagi agar orangtuanya tidak merasa cemas atau khawatir karena dirinya tidak pulang. Selain itu, dia ingin membuat kekasihnya merasa bingung karena kenyataannya mereka tidak bersama semalam. Sehingga kekasihnya akan menjadi panik dan mencari keberadaannya secara diam-diam, tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Erika juga berharap kekasihnya dapat menyadari bahwa dirinya lah yang membuat Erika tidak mau pulang ke rumah selama beberapa hari. Karena Erika menggunakan alasan 'ada urusan penting', alasan yang sama yang selalu digunakan Kei padanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments