3 Terbangun

Tiga jam kemudian, di saat hari masih subuh, Erika terbangun dari tidurnya. Ia terlihat masih mabuk dan dalam keadaan setengah sadar tetapi alarm di tubuhnya memaksanya untuk bangun karena tenggorokannya terasa kering dan perutnya yang lapar.

Dengan bermalas-malasan dan masih dengan mata yang terpejam, ia berusaha mengangkat tubuhnya untuk duduk dulu di atas kasur sebelum pergi keluar kamar untuk mencari minum. Tetapi baru saja sedikit menegakkan kepalanya ke atas setelah setengah badannya terangkat dan dalam posisi duduk, Erika merasa kepalanya seperti bergoyang hingga membuatnya pusing. Itu karena pengaruh minuman alkohol yang diminumnya hingga membuatnya mabuk. Ia merasa perutnya sangat mual dan tak tertahankan ingin muntah. Lalu ia menutup mulutnya berusaha untuk menahan rasa ingin muntahnya itu dan bergegas turun dari ranjangnya untuk menuju ke toilet.

Saat Erika turun dari kasur dan kakinya menginjak ke lantai kamar itu, Erika baru menyadari dia tidak sedang berada di dalam kamar tidurnya sendiri. Lantai di kamar tidurnya dilapisi karpet yang berbulu halus sedangkan pada kamar ini lantainya terasa dingin karena menggunakan keramik yang tidak dilapisi karpet seperti di kamarnya.

Erika melihat ke sekeliling ruangan kamar ini. Walaupun kamar ini cukup gelap karena hanya memiliki cahaya remang dari lampu tidur yang dinyalakan, tetapi Erika dapat merasakan kamar ini sangat asing baginya. Dia benar-benar tidak bisa menebak dimana dirinya berada saat ini.

Rasa mualnya muncul kembali, sehingga ia tidak bisa lagi berlama-lama duduk diam di sana untuk berpikir. Ia mencari toilet dengan melihat ke sekeliling kamar itu, tetapi tidak menemukannya. Sehingga ia langsung berlari keluar dari kamarnya untuk mencari sebuah toilet di luar sana.

Untungnya Erika dapat segera menemukan toiletnya yang berada tak jauh dari kamar tersebut. Erika masuk ke dalam toilet dan tanpa menutup pintunya terlebih dahulu, ia langsung memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan saja. Karena semalam dia melewatkan makan malamnya dan sekarang perutnya kosong. Sehingga tidak ada makanan tersisa untuk dimuntahkan. Akibatnya perut dan kerongkongannya terasa sakit karena tubuhnya memaksa mengeluarkan cairan yang ia muntahkan tadi.

Erika keluar dari toilet untuk kemudian mencari air minum. Berjalan sedikit ke belakang, ia menemukan sebuah ruangan yang adalah ruang dapur. Erika berjalan masuk ke ruangan itu, memencet tombol lampu untuk menyalakan lampu yang ada di dapur itu. Kemudian dia mengambil salah satu gelas yang ada di sana, mengisi gelas itu dengan air putih dari dispenser dan segera meminumnya. Air minum itu sungguh terasa menyejukkan dan menyegarkan. Tenggorokannya yang kering menjadi basah dan memberikan efek lega di tenggorokannya itu. Perutnya yang perih juga terasa sedikit adem karena terisi air.

Erika kembali merasa pusing dan mengantuk, ia lalu berjalan kembali ke kamar tidurnya dengan sedikit terhuyung. Dia berjalan menuju sebuah ruangan yang memiliki cahaya lampu temaram. Dia pikir ruang itu adalah kamar tempatnya tidur tadi. Lalu dia masuk ke ruangan itu. Ternyata dia salah karena itu adalah ruang keluarga. Di ruangan itu terdapat sofa dan ada sebuah meja dengan tv dan beberapa elektronik lainnya yang tersusun berjajar diatasnya.

Erika tidak peduli walaupun itu adalah ruang keluarga, ia tetap berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut dan ingin tidur disana karena dirinya sudah sangat mengantuk dan ingin bisa segera tidur. Apalagi di sana dia melihat ada sebuah sofa panjang yang terlihat empuk dan terasa nyaman jika ditiduri. Jadi dia ingin membaringkan tubuhnya dan tidur di sofa itu.

Tetapi dirinya sangat terkejut, karena di sofa itu ada sesosok pria yang sedang berbaring dengan mata yang terus menatapnya sambil memperhatikannya. Pria itu menyunggingkan bibir seperti sedang tertawa sinis kepadanya.

Pria itu tidak memakai baju, hanya mengenakan celana bawahan yang pendek. Memperlihatkan dadanya yang bidang dan berotot juga memperlihatkan tubuhnya memiliki banyak luka dan memar. Wajahnya juga sama, dipenuhi luka dan lebam sehingga wajahnya tidak dapat dikenali dengan jelas. Sesekali ia terlihat mengernyit kesakitan sambil masih terus memperhatikannya.

Wajah yang penuh luka itu, tentu saja Erika masih mengingatnya. Dia adalah pria dengan tatapan mata yang tajam dan mengerikan yang dilihatnya tengah malam tadi sedang dikeroyok dan dipukuli oleh sekelompok orang di lapangan parkir.

"Aaaaa.." Erika langsung berteriak dengan sangat kencang, ketakutan. Tubuhnya terlonjak kaget hingga mundur sedikit ke belakang. Dirinya sudah tidak mengantuk lagi sekarang, bahkan dia menjadi sepenuhnya sadar dari rasa mabuknya.

Ia lalu ingat bahwa tadi malam dia pingsan di dekat pria itu. Dan ia mengingat kembali dengan jelas apa saja yang telah terjadi padanya tengah malam tadi dan mengapa ia bisa berada di rumah yang sama dengan pria yang terluka itu.

Sesaat sebelumnya, ketika pria itu menemukannya yang sedang bersembunyi di belakang sebuah mobil, Erika merasa sangat ketakutan sekali. Tubuhnya sampai bergemetaran dan terasa lemas hingga susah untuk berdiri. Setelah itu ia tidak tahu lagi dan pasrah saat rasa pusing melandanya hingga membuat pandangannya gelap dan tidak merasakan apa-apa lagi. Tetapi sepertinya saat ia pingsan, pria itu tidak meninggalkannya tergeletak sendirian di lapangan parkir itu melainkan dia telah berbaik hati mau menolongnya dan menduga bahwa pria itu membawa dirinya ke rumahnya.

Erika yakin bahwa saat ini dia sedang berada di rumah lelaki ini. Ternyata seorang yang menyeramkan dan menakutkan dengan dirinya yang dipenuhi oleh aura kegelapan, tinggal di rumah yang sederhana dengan desain yang modern dan minimalis. Sangat rapih dan bersih dengan semua cat dan perabotan yang bernuansa warna putih. Membuatnya terlihat seperti seorang yang sederhana dan penyendiri yang juga tertutup.

Erika sungguh tak menyangka bahwa pria yang mengerikan itu mau bersusah payah untuk menolong dirinya yang pingsan karena mabuk juga karena mencium bau darahnya. Bahkan pria itu membawanya pulang ke rumahnya dan membaringkannya di dalam ruangan kamarnya. Padahal saat Erika ditemukan oleh pria itu, ia berpikir tamatlah sudah riwayatnya karena telah jatuh ke tangan pangeran kegelapan yang menakutkan.

Erika memberanikan diri menatap pria itu. Kini pria itu sepertinya merasa terganggu dengan suara teriakannya yang membuat rasa sakit ditubuhnya semakin bertambah. Dia terlihat mengernyitkan wajahnya dengan semakin dalam dan menatap Erika dengan kesal. Tetapi pria itu tidak memperlihatkan tatapan matanya yang dingin dan mengerikan itu saat ini.

Luka-luka yang ada di wajah dan tubuh pria itu sudah tidak mengeluarkan darah lagi. Sepertinya pria itu sudah membersihkan luka-lukanya dan mengobatinya. Di lantai sekitar sofa tempat dia berbaring, terlihat ada kotak obat dan juga beberapa peralatan yang berserakan di lantai. Seperti alkohol dan kapas yang memiliki noda darah. 

Erika berpikir, sepertinya pria itu tinggal sendirian dan dengan luka-luka yang memenuhi sekujur tubuhnya, dia harus mengurus serta merawat dirinya sendiri. Sungguh miris dan kasihan sekali. Walaupun sebenarnya Erika adalah seorang yang penakut, tetapi hatinya tak tega melihatnya. Sehingga ia tergerak untuk membantu pria itu. Apalagi menurutnya, luka-luka itu perlu diperban dan pada luka yang lebam harus segera dikompres dengan es.

Toh luka-luka itu sudah tidak lagi mengeluarkan darah, jadi tidak akan ada masalah bagiku saat berada didekatnya untuk mengobati lukanya itu. Pikir Erika.

Erika memang memiliki phobia akan darah. Jika melihat darah dirinya akan merasa mual dan bisa sampai pingsan.

Erika kemudian pergi dari ruangan itu dan berjalan menuju dapur. Ia membuka kulkas untuk mengambil beberapa es dan meletakkannya di baskom. Lalu ia berjalan kembali ke ruang tamu.

Erika menghela nafasnya dan mencoba memberanikan dirinya. Ia memencet tombol lampu untuk menyalakan lampu yang ada di ruang tamu dan seketika ruangan itu menjadi terang. Dengan takut-takut, ia berjalan menghampiri pria itu. Nampak sekilas, pria itu memandanginya dengan tatapan tak suka sebelum ia menutupi matanya dengan telapak tangannya untuk menghalangi cahaya terang dari lampu ruangan yang tiba-tiba menyala dan membuat matanya silau.

Erika duduk dengan posisi berlutut pada lantai di sekitar sofa tempat pria itu sedang berbaring. Mereka kini berada dalam jarak yang sangat dekat. Tetapi pria itu diam saja dengan matanya yang terus tertuju padanya dengan tatapan curiga dan tidak suka. Pandangan matanya terhadap Erika saat ini tidak tajam dan menakutkan seperti yang biasa ia lakukan. Sehingga Erika tidak merasa takut lagi padanya. Bahkan ia dengan sengaja mengalihkan pandangannya dari tatapan pria itu dan berpura-pura tidak peduli.

***

Episodes
1 Prolog
2 1 Mabuk
3 2 Mendapat serangan saat sendirian
4 3 Terbangun
5 4 Memaksa untuk mengobati
6 5 Dijebak
7 6 Kedatangan Tamu
8 7 Diusir Pergi
9 8 Salah Paham
10 9 Mulai Merawatnya
11 Meminta Bantuan
12 Berkunjung ke Bos Besar
13 Bertemu
14 14 Kau Adalah Milikku
15 15 Sakit
16 16 Pulang
17 17 Alice
18 18 Penculikan
19 19 Penyelamat
20 20 Dilamar
21 21 Ditahan
22 22 Menghilang dari Alice
23 23 Membuka Hati dan Menerima Kebahagiaan
24 24 Berkunjung ke perkebunan
25 25 Villa Alisha
26 26 Sebuah Foto Lukisan
27 27 Kenangan
28 28 Tidak Mau Mengakui
29 29 Pertengkaran
30 30 Tidak Ada Penjelasan
31 31 Berjanji Untuk Tidak Pergi
32 32 Mengembalikan Erika
33 33 Kebingungan dan Petunjuk
34 34 Makan Malam Spesial
35 35 Kegemaran dan Impian
36 36 Kebohongan
37 37 Makan Malam Spesial 2
38 38 Mengantar Erika Pulang
39 39 Kesepakatan Yang Sesungguhnya
40 40 Menunjukkan Perasaan
41 42 Masuk RS Bersama
42 42 Membantu Menyemangati
43 43 Merahasiakan Penyakitnya
44 44 Perselingkuhan
45 45 Mencintai Erika
46 46 Tes DNA untuk membuktikan
47 47 Meminta Maaf
48 48 Terjepit diantara mereka
49 49 Melihat Erika
50 50 Kebohongan Kabuto
51 51 Mengamati Erika
52 52 Kabur Lagi
53 53 Diculik lagi
54 54 Memohon pada Kabuto
55 55 Menangis bersama
56 56 Kejutan yang Spesial
57 57 Kelicikan Kabuto
58 58 Pertunjukkan Dimulai!
59 59 Berkumpulnya Kakak Adik
60 60 Penyelamatan Rey Part 1
61 61 Penyelamatan Rey Part 2
62 62 Audisi memasak
63 63 Menggagalkan audisi
64 64 Menginginkan sebuah kebebasan
65 65 Kilas Balik : Menghilang dan Mengamuk!
66 66 Tamparan Kesadaran
67 67 Dendam Kabuto
68 68 Mengakhiri Hubungan
69 69 Terlanjur tersakiti
70 70 Tetap Menjadi Reyhan Wiriawan
71 71 Pemulihan
72 72 Motor Baru
73 73 Melepas Rindu
74 74 Pembebasan part 1
75 75 Pembebasan Part 2
76 76 Menerima Kehadiran Sang Kakak
77 77 Kecewa dan Melepaskan Erika
78 78 Impian Rey
79 79 Berbaikan
80 80 Menunjukkan Kepemilikannya
81 81 Mengenang Setiap Momen Sang Adik
82 82 Berteman 1
83 83 Berteman 2
84 84 Bertemu Orang Tua Erika
85 85 Bertemu Orang Tua Erika 2
86 86 Bertemu Orang Tua Erika 3
87 87 Berkencan
88 88 Ketakutan Rey
89 89 Ketakutan Kei
90 90 Pertemuan yang tak terduga
91 Sesosok Ayah
92 92 Menyukai Rey
93 93 Memenangkan Lomba
94 94 Menyatu dalam Cinta
95 95 Kebahagiaan yang Begitu Singkat
96 96 Pelampiasan atas Seluruh Perasaan
97 97 Lamaran
98 98 Menuruti Rey
99 99 Pesta Pertunangan
100 100 Ending
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Prolog
2
1 Mabuk
3
2 Mendapat serangan saat sendirian
4
3 Terbangun
5
4 Memaksa untuk mengobati
6
5 Dijebak
7
6 Kedatangan Tamu
8
7 Diusir Pergi
9
8 Salah Paham
10
9 Mulai Merawatnya
11
Meminta Bantuan
12
Berkunjung ke Bos Besar
13
Bertemu
14
14 Kau Adalah Milikku
15
15 Sakit
16
16 Pulang
17
17 Alice
18
18 Penculikan
19
19 Penyelamat
20
20 Dilamar
21
21 Ditahan
22
22 Menghilang dari Alice
23
23 Membuka Hati dan Menerima Kebahagiaan
24
24 Berkunjung ke perkebunan
25
25 Villa Alisha
26
26 Sebuah Foto Lukisan
27
27 Kenangan
28
28 Tidak Mau Mengakui
29
29 Pertengkaran
30
30 Tidak Ada Penjelasan
31
31 Berjanji Untuk Tidak Pergi
32
32 Mengembalikan Erika
33
33 Kebingungan dan Petunjuk
34
34 Makan Malam Spesial
35
35 Kegemaran dan Impian
36
36 Kebohongan
37
37 Makan Malam Spesial 2
38
38 Mengantar Erika Pulang
39
39 Kesepakatan Yang Sesungguhnya
40
40 Menunjukkan Perasaan
41
42 Masuk RS Bersama
42
42 Membantu Menyemangati
43
43 Merahasiakan Penyakitnya
44
44 Perselingkuhan
45
45 Mencintai Erika
46
46 Tes DNA untuk membuktikan
47
47 Meminta Maaf
48
48 Terjepit diantara mereka
49
49 Melihat Erika
50
50 Kebohongan Kabuto
51
51 Mengamati Erika
52
52 Kabur Lagi
53
53 Diculik lagi
54
54 Memohon pada Kabuto
55
55 Menangis bersama
56
56 Kejutan yang Spesial
57
57 Kelicikan Kabuto
58
58 Pertunjukkan Dimulai!
59
59 Berkumpulnya Kakak Adik
60
60 Penyelamatan Rey Part 1
61
61 Penyelamatan Rey Part 2
62
62 Audisi memasak
63
63 Menggagalkan audisi
64
64 Menginginkan sebuah kebebasan
65
65 Kilas Balik : Menghilang dan Mengamuk!
66
66 Tamparan Kesadaran
67
67 Dendam Kabuto
68
68 Mengakhiri Hubungan
69
69 Terlanjur tersakiti
70
70 Tetap Menjadi Reyhan Wiriawan
71
71 Pemulihan
72
72 Motor Baru
73
73 Melepas Rindu
74
74 Pembebasan part 1
75
75 Pembebasan Part 2
76
76 Menerima Kehadiran Sang Kakak
77
77 Kecewa dan Melepaskan Erika
78
78 Impian Rey
79
79 Berbaikan
80
80 Menunjukkan Kepemilikannya
81
81 Mengenang Setiap Momen Sang Adik
82
82 Berteman 1
83
83 Berteman 2
84
84 Bertemu Orang Tua Erika
85
85 Bertemu Orang Tua Erika 2
86
86 Bertemu Orang Tua Erika 3
87
87 Berkencan
88
88 Ketakutan Rey
89
89 Ketakutan Kei
90
90 Pertemuan yang tak terduga
91
Sesosok Ayah
92
92 Menyukai Rey
93
93 Memenangkan Lomba
94
94 Menyatu dalam Cinta
95
95 Kebahagiaan yang Begitu Singkat
96
96 Pelampiasan atas Seluruh Perasaan
97
97 Lamaran
98
98 Menuruti Rey
99
99 Pesta Pertunangan
100
100 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!