Malam ini, Rey sedang duduk sendirian di sebuah bar sambil menikmati minuman kesukaannya. Dia berada di sana hanya untuk sekedar mencari penghiburan saja. Sehingga Rey berencana hanya minum beberapa gelas saja.
Tadi pagi Rey mengunjungi makam mendiang ibunya untuk memberikan penghormatan serta mempersembahkan bunga krisan putih yang adalah bunga kesukaan ibunya. Karena hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Saat didekat makam ibunya, Rey akan kembali terkenang dengan masa-masa hidup ibunya yang penuh penderitaan. Sehingga suasana hatinya yang sudah kelam semakin diliputi oleh rasa sedih dan berduka. Setelah hari menjelang senja, Rey akhirnya pulang. Tetapi dia tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan pergi ke bar untuk minum beberapa gelas alkohol untuk mengalihkan perasaan sedihnya itu.
Di bar tersebut, Rey memilih tempat duduk di salah satu kursi yang ada di barisan meja bar. Saat ini ia sedang menyesap minumannya perlahan sambil menikmatinya. Tetapi tiba-tiba ada segerombolan pria yang datang ke area sekitar tempat duduknya.
Gerombolan tersebut berjumlah sekitar 6-8 orang lelaki dengan wajah yang sangar-sangar dan tubuh yang berotot kekar seperti preman yang suka berkelahi dan mencari keributan. Sejak daritadi mereka telah memperhatikan Rey yang terlihat sedang duduk sendirian.
Lalu, setelah mereka yakin kalau Rey memang sedang sendirian, tanpa ditemani satupun anak buahnya, maka mereka segera menghampirinya dan berpura-pura terlihat kalau mereka secara kebetulan saja melewati area yang sepi itu. Padahal saat Rey duduk di kursi itu, pengunjung lain yang juga sedang duduk di dekat situ, akan segera pergi untuk berpindah ke tempat duduk yang agak jauh darinya karena merasa takut akan aura dingin dan kelam yang terpancar dari mata Rey yang bulat dan besar itu.
Ada salah satu lelaki diantara rombongan itu yang bergaya paling sok jagoan dan sok kuat sehingga terlihat menyebalkan. Dia adalah pemimpin mereka sehingga dia berjalan memimpin dan selalu berada di posisi yang paling depan. Matanya menatap sinis ke arah Rey dengan mulut yang menyeringai. Tubuhnya terlihat gontai saat berjalan seperti orang yang sedang mabuk berat.
Pria dengan gaya paling sok jagoan itu berjalan melewati Rey, tetapi tiba-tiba tubuhnya oleng dan terjatuh mengenai bahu dan lengan kanan Rey yang sedang memegang gelas minumannya yang baru saja diminumnya sedikit. Gelas yang ada ditangannya itu terpelanting ke lantai sehingga menumpahkan seluruh isi minumannya dan pecah. Beberapa serpihan kaca dari gelas yang pecah tersebut berhamburan dan mental mengenai bagian wajah dan lengan Rey. Ada beberapa titik di kulit bagian lengan dan wajah Rey tertancap beling bening pecahan gelas tersebut sehingga kulitnya luka dan berdarah.
Rey tahu bahwa pria itu berpura-pura mabuk dan dengan sengaja menjatuhkan diri ke sebelah kanan bahu dan lengannya agar tangannya menjadi lepas kendali dan gelas yang sedang dipegangnya jatuh sehingga pecah dan membuatnya terluka akibat terkena serpihan kaca yang terpental. Hal itu dikarenakan Rey dapat mencium bau aroma alkohol yang tidak terlalu kuat ditubuh pria tersebut. Yang berarti, dia belum begitu banyak minum dan tidak sedang dalam keadaan mabuk. Dan benar saja, sekarang orang itu terlihat sudah dapat kembali berdiri tegap dengan mudahnya tanpa perlu bantuan orang lain.
Tak lama kemudian, teman-temannya langsung mengerubungi Rey dengan tatapan marah dan tangan bertolak pinggang kepadanya. Pria yang berpura-pura mabuk itu mendekati wajahnya ke wajah Rey dan berteriak kepadanya dengan mata yang membelalak besar.
"Brengsek! Berani-beraninya menghalangi jalanku hingga aku terjatuh. Dan, lihat ini!" Pria itu menggulung lengan bajunya sambil mengulurkannya ke depan mata Rey untuk memperlihatkan padanya luka akibat terkena pecahan kaca. Tetapi pada lengannya itu terlihat hanya ada sedikit luka lecet yang bahkan tidak begitu ketara karena itu hanyalah bekas luka lama. "Akibat kecerobohanmu memecahkan gelas itu, hingga serpihannya mengenaiku dan membuatku terluka. Kamu harus bertanggung jawab dan minta maaf kepadaku sekarang juga!" Pria itu berbicara dengan suara yang makin meninggi dan tangan yang menunjuk-nunjuk ke depan mata Rey. Lengan satunya lagi bertolak dipinggangnya dan tatapan matanya menuntut. Dia pikir dengan sikapnya yang seperti itu akan membuat pria didepannya ini menciut ketakutan dan akan memberinya sejumlah uang besar sebagai kompensasi atas luka-luka yang ada pada lengannya.
Rombongan preman pengacau ini pastilah sudah gila dan bosan hidup. Karena mereka tidak tahu dan tidak mengenali bahwa pria yang mereka usik itu sesungguhnya adalah seorang gangster dan memiliki seorang ayah angkat yang bernama Hideki Yoshiro, yang adalah seorang bos mafia terbesar dan paling ditakuti saat ini.
Rey hanya mendiamkan mereka sambil mencabuti beberapa pecahan beling yang tertancap di kulitnya dan kemudian mengambil beberapa helai tisu untuk membersihkan darah yang keluar pada luka-lukanya itu. Pria itu memperhatikan setiap gerakan Rey saat mencabut pecahan beling itu dan menunggu hingga dia selesai. Rey tidak meringis dan juga tidak mengeluarkan ekspresi sama sekali, wajahnya tetap dingin. Bahkan ia bersikap seolah didepannya tidak ada siapapun. Ia seperti tidak mempedulikan dan tidak menanggapi mereka juga kemarahan orang itu.
Lalu pria itu menyeringai sambil tertawa sinis kepadanya.
"Sepertinya lukamu itu tidak membuatmu meringis kesakitan ataupun mengusikmu sedikitpun. Kurasa kamu harus menikmati pukulanku ini agar kamu bisa menunjukkan ekspresimu yang sedang kesakitan!" Pria itu menaikkan kepalan tangannya hingga berada di posisi sejajar tulang pipi Rey dan bersiap untuk menonjoknya. Tetapi dengan cepat dan mantap, Rey segera menahan kepalan itu dan menghempasnya ke bawah dengan sangat kuat dan cepat.
Untungnya hari ini Rey sedang tidak ingin berkelahi karena hari ini adalah hari ulang tahun mendiang ibunya. Dan Rey pernah berjanji di depan makam ibunya ketika dirinya memutuskan untuk bergabung menjadi anggota mafia. Janji itu adalah selama dua hari dalam setahun, yaitu disaat hari ulang tahunnya dan ibunya, dirinya tidak akan berkelahi walau apapun yang terjadi.
Hal itu dikarenakan semasa hidupnya, mendiang ibunya hanya akan terlihat bahagia ketika melakukan perayaan hari ulang tahun mereka dan akan selalu merayakannya dengan penuh sukacita walaupun hanya secara sederhana. Jadi, dihari yang selalu membuat ibunya berbahagia itu, Rey tidak ingin merusak atau menodainya dengan berkelahi dan mengotori tangannya karena darah dari para musuhnya.
Sehingga saat ini, Rey hanya menatap mereka dalam diam, bermaksud untuk memberi peringatan pada mereka untuk segera pergi. Karena tatapannya itu sangat dalam dan dingin hingga udara disekitarnya yang sudah dingin terasa semakin dingin. Dan biasanya, orang-orang yang mendapatkan tatapan seperti itu akan merasa sangat ketakutan hingga segera berlari pergi menjauh darinya.
Seandainya hari ini dia tidak sedang berpantang untuk berkelahi, maka Rey tidak akan hanya diam saja seperti yang ia lakukan saat ini. Sudah pasti dirinya akan langsung beraksi dengan menunjukkan keahliannya berkelahi yang dapat dalam sekejap dan dengan sangat mudah menghabiskan rombongan preman itu satu per satu.
Akhirnya mereka mundur sedikit dan mengendurkan tubuh mereka yang sudah sangat kaku dan tegang. Dalam hati mereka masing-masing juga merasakan ketakutan saat melihat tatapan Rey yang seolah menusuk hingga ke dalam dan tertancap ke jantung mereka. Tetapi, pria yang memimpin mereka itu memelototi mereka dan memberi isyarat dengan mengangkat kepalanya ke atas ke arah Rey yang berarti untuk kembali ke posisi mereka dan jangan takut untuk menghadapi Rey.
Tetapi mereka hanya diam dengan saling menatap ke arah masing-masing temannya yang ada di sebelah. Rey bangkit berdiri dan berjalan pergi meninggalkan mereka saat mereka masih berusaha mengumpulkan keberanian untuk kembali menantang dan menghadapinya seperti apa yang diperintahkan pemimpin mereka.
"Aku sedang tidak ingin berkelahi hari ini. Jika kalian memang ingin mencari masalah denganku, datang lagi saja besok ke sini, maka dengan senang hati aku akan meladeni kalian." Rey berbicara dengan nada suara yang dingin dan datar, tanpa menolehkan wajahnya sedikitpun kepada mereka sambil melaangkah pergi menuju keluar bar. Selesai bicara dia mengeraskan rahangnya dan pada matanya terlihat ada sekelibat kilatan kemarahan.
Selama ini, Rey terkenal sebagai seorang gangster yang berhati dingin yang sangat handal dalam berkelahi. Meskipun ia sedang sendirian, tanpa di kelilingi anak buahnya, ia tidak akan pernah merasa gentar untuk turun tangan menghajar musuhnya seorang diri. Walaupun tidak sampai membunuh mereka, tapi cukup membuat mereka menderita karena mengalami cidera hingga patah tulang dan butuh beberapa bulan untuk dapat kembali pulih. Sehingga meninggalkan efek jera dan keengganan bagi mereka untuk kembali melawannya.
Gerombolan pengacau itu sungguh beruntung. Karena bersinggungan dengan Rey di hari ini. Kalau tidak, hari ini pasti menjadi hari yang paling bersejarah dalam hidup mereka. Atau mungkin, sebenarnya mereka memang telah mengetahui tentang pantangan Rey untuk tidak berkelahi di hari ini. Sepertinya begitu.
Karena, si pemimpin memarahi mereka yang terlihat bodoh dan pengecut yang menjadi ketakutan hanya karena Rey menatap mereka dengan tatapan yang sangat menakutkan itu. Dia kembali memerintahkan mereka untuk mengejarnya. Mereka mendapatkan Rey berada di area parkir yang agak jauh ke belakang dari pintu keluar bar. Rey memang sengaja berjalan jauh hingga ke belakang ke tempat yang agak sepi. Karena Rey tidak mau keributan dan kekacauan ini mengganggu pengunjung lainnya.
Rombongan itu mengelilingi Rey dari segala arah. Lalu salah satu pria yang berada persis di belakang tubuh Rey, dengan berhati-hati dan dengan gerakan yang sangat cepat segera menyergap lengan Rey dari belakang dan menahan tubuhnya sehingga Rey tidak dapat bergerak.
Si pemimpin menggunakan kesempatan bagus ini untuk memukuli wajahnya. Tetapi Rey dapat dengan tangkas menghindari pukulan itu. Pemimpin itu makin panas dan beringas.
"Ternyata tubuhmu cukup gesit juga." Pria itu tertawa mengejek dan matanya mulai memanas. Dia lalu meneriakkan perintah pada rombongannya untuk menyerangnya secara bersamaan. "Ayo, kita pukuli dia bersamaan. Seranggg!!"
Mereka menyerangnya secara brutal dari segala arah. Rey tidak lagi berusaha untuk menghindar, dia hanya memegangi bagian tubuhnya yang sakit. Dia tidak memberikan serangan balasan atau melakukan perlawanan sedikitpun. Bagaikan seorang pria yang lemah yang tidak tahu bagaimana caranya untuk berkelahi.
Mereka memang licik, sudah pasti mereka telah mengetahui pantangan untuk tidak berkelahi di hari ini. Dan mereka dengan sengaja mendatanginya saat ini, mengusiknya dan membuat keributan hingga mengeroyoknya tanpa ampun.
Rey sudah mengetahui bahwa mereka sengaja dikirim oleh seseorang pada hari ini untuk menghabisinya. Rey dapat dengan cepat menemukan siapa dalang dibalik semua ini. Orang itu, orang yang memang selalu memusuhinya dan senang mencari masalah dengannya. Padahal, mereka memiliki hubungan senior dan junior karena mereka sama-sama merupakan anggota mafia yang termasuk dalam jaringan kelompok mafia yang dipimpin oleh Tuan Yoshiro, ayah angkat Rey.
Walaupun begitu, Rey tetap memutuskan untuk tidak membalas pukulan mereka sedikitpun dan membiarkan mereka memukulinya hingga merasa senang dan puas. Wajahnya terlihat santai dan tidak tampak ketakutan sama sekali. Karena Rey adalah seorang pria muda yang tidak pernah takut pada apapun dan siapapun juga. Jadi dia hanya diam menghadapi setiap pukulan yang datang bertubi-tubi dengan bibirnya tersenyum tipis dan sesekali wajahnya mengernyit dan meringis kesakitan.
Saat dipukuli, Rey berdiri diam dan hanya sesekali bergerak karena pukulan dan dorongan yang diterimanya. Tatapan matanya membeku ke arah depannya. Di deretan mobil yang berada agak jauh di depannya, dia menemukan ada wajah seorang wanita yang mendongak dari belakang salah satu mobil. Wanita itu sedang bersembunyi dengan posisi duduk berjongkok di belakang mobil itu dan mendongakkan kepalanya untuk menonton dirinya yang sedang dipukuli. Wanita itu menatapnya dengan ekspresi penuh ketakutan dan sesekali meringis seperti ikut merasakan kesakitan setiap kali ia menerima pukulan-pukulan itu. Tiba-tiba mata mereka tidak sengaja saling bertemu.
Rey membelalakkan matanya yang sudah membengkak dan dengan sengaja menatapnya tajam agar wanita itu merasa ketakutan sehingga dia akan segera berlari pergi menjauh dari situ. Tetapi wanita itu tidak memahami maksudnya. Dia malah semakin membesarkan pupil matanya dan memberikan tatapan kengerian melihatnya. Dia bahkan hampir mengeluarkan suara jeritan yang sangat kencang. Untung wanita itu pintar dan gerakan tangannya cukup cepat untuk dapat langsung menutupi mulutnya sendiri dengan tangannya dan mencegah suara jeritannya keluar. Ia lalu kembali menyembunyikan dirinya ke belakang mobil hingga tubuhnya tidak terlihat lagi karena terhalang mobil.
Setelah menerima pukulan dan hantaman yang datang bertubi-tubi tanpa henti dan tanpa perlawanan sedikitpun, akhirnya pertahanan Rey mulai roboh dan tubuhnya beringsut dengan kaki ditekuk ke lantai seperti posisi sedang berlutut, dengan tangan memegangi lantai untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Melihat Rey seperti itu, membuat mereka puas dan merasa telah cukup memukuli dirinya. Mereka pun berhenti memukulinya dan mereka pergi meninggalkannya yang sudah terbaring lemah di jalanan parkiran.
Dengan tubuh tergeletak pasrah, nafas Rey terengah-engah karena rasa letih dan sakit yang dirasakan di sekujur tubuhnya akibat pukulan yang diterimanya. Kini hampir seluruh wajah hingga tubuhnya sudah dipenuhi banyak luka memar dan luka yang berdarah akibat pukulan-pukulan itu. Untung mereka memukulinya hanya menggunakan tangan kosong, tanpa senjata tajam ataupun alat pemukul yang mungkin bisa mengakibatkan luka patah atau luka sobek yang dalam dan berbahaya.
Setelah cukup lama terbaring, nafas Rey sudah teratur kembali dan rasa letih ditubuhnya pun sudah sedikit berkurang. Ia lalu memastikan bahwa semua rombongan preman itu telah pergi jauh, dan dengan sisa-sisa tenaganya, Rey bersusah payah mengupayakan dirinya untuk berdiri dan berjalan dengan kaki agak diseret dan terseok-seok.
Rey terus berjalan lurus ke arah depan untuk menuju tempat mobilnya terparkir dan sekaligus menghampiri wanita yang dilihatnya tadi yang kebetulan berada di dekat mobilnya. Dia ingin memastikan bahwa wanita itu masih dalam keadaan baik-baik saja dan juga agar wanita itu mengetahui bahwa pertunjukkan telah selesai sehingga dia sudah bisa pergi dari tempat itu sekarang.
Rey sudah tiba didepan wanita itu, dia lalu berdiri diam mengamati wanita itu. Sepertinya wanita itu terlihat dalam keadaan baik-baik saja. Dia sedang duduk nyaman di lantai parkir dengan kaki berselonjor ke depan dan tubuh yang menggeliat seperti sedang meregangkan ototnya. Tangannya terangkat ke atas seperti menggapai udara.
Rey tertawa sinis melihat ekspresi wanita itu yang terlihat sangat menikmatinya dengan mata terpejam dan bibir yang mengulas sebuah senyuman kegembiraan. Mungkin karena rasa yang sangat nyaman yang ia rasakan pada tubuhnya akibat pegal-pegal dan kaku ditubuhnya perlahan menghilang. Rey merasa ada perasaan yang menggelitiknya, seperti rasa senang dan juga lucu melihat ekspresi wanita itu.
Wanita itu akhirnya menyadari keberadaan Rey. Kemunculan dirinya di depan wanita itu langsung mengubah ekspresinya yang penuh kegembiraan menjadi sangat ketakutan. Matanya yang mungil kecil membuka lebar dan wajahnya memucat dengan tubuh yang gemetaran. Lalu wanita itu berusaha untuk berdiri tetapi tubuhnya terlalu lemas hingga ia terjatuh dengan lunglai dan tak sadarkan diri. Rey dengan sigap menangkap tubuh wanita itu.
Wanita yang aneh. Yang sedang terluka parah adalah diriku, tapi mengapa dia yang pingsan?!, Rey mengumpat kesal dalam hatinya.
Untung saja wanita itu bertubuh kecil dan mungil sehingga terasa ringan. Tetapi, tetap saja dengan tubuhnya yang dipenuhi luka, Rey harus sedikit bersusah payah dan dengan terpaksa memapah wanita itu dengan berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam mobilnya dan membawanya pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments