One & Only
Di suatu pesta perayaan di dalam istana harem kerajaan modern, seorang penari latar diundang untuk meramaikan pesta. Seorang penari dengan masing-masing kipas di kedua tangannya bergerak dengan anggun dan memukau. Para anggota harem merasa takjub melihatnya.
Seorang penasehat kerajaan mulai merasa khawatir dan memiliki firasat buruk saat ikut hadir karena diundang untuk menghadiri pesta, lelaki itu pun membuka selembar sapu tangannya sambil dipegang dan dikibarkannya ke arah depan meja makannya. Di balik dalihnya yang mengibarkan sapu tangan pribadi ke arah sang penari yang mengisyaratkan ketertarikan dengan penampilan yang ditunjukkan, sebenarnya alasannya mengibarkan sapu tangan adalah membiarkan sapu tangan miliknya terkena hembusan angin dari permainan kipas properti tari tersebut. Saat hembusan angin mengenai kibaran sapu tangan miliknya sampai sedikit robek karena saking kuat hembusan ayunan kipas tersebut, lelaki melihat baik-baik sapu tangan miliknya. Dan itu, tidak terlihat bagus!
"Sapu tangan ini sedikit robek akibat terpaan ayunan yang begitu kuat dari kipas itu, terbukti kipas itu sangat tajam! Untuk apa membawa kipas yang begitu tajam untuk menari? Bukankah itu berbahaya? Oh, tidak!" ocehnya yang di akhir kalimatnya, ia menyadari sesuatu.
Penasehat kerajaan bernama Arvan Reynard itu melihat jejak garis sapu tangannya yang robek. Pada tepi garis robekan itu berwarna coklat kehijauan, padahal warna sapu tangan itu sendiri adalah biru cerah. Arvan mendekatkan sapu tangan itu untuk mencium aromanya. Ada sedikit bau asing. Itu bukan bau dari sapu tangannya atau bekas terpaan ayunan dari kipas yang berkarat, lagi pula kipas itu sangat tajam, jadi tidak mungkin berkarat dan menimbulkan noda berbau seperti itu.
"Ada yang salah dengan kipasnya! Kedua kipas itu bermasalah!" batin Arvan begitu menyadari sesuatu yang gawat.
"Raja, Ratu! Hati-hati, kipas itu beracun!" teriak Arvan memekik.
"Prajurit penjaga!" seru Raja begitu mendengar pekikan Arvan pertanda ancaman.
Mendengar pekikan Arvan dan perintah panggilan Raja, para selir anggota harem pun berteriak panik dan langsung merasa gelisah.
Melihat prajurit kerajaan berbondong-bondong masuk ke dalam ruangan sang penari latar langsung mengubah arah gerak tariannya untuk menyerang targetnya di tempat berlangsungnya pesta tersebut. Gerakannya lebih cepat dari pada rombongan yang baru saja memasuki ruangan dan penari itu langsung menargetkan Sang Raja. Begitu Raja menjadi sasaran percobaan pembunuhan, prajurit bayangan yang selalu menjaga Raja pun muncul entah dari mana seperti bayangan kilat. Prajurit bayangan itu begitu melindungi Raja dan menjadi perisai untuknya, menangkis serangan sang penari pembunuh sampai ia mengubah target dan mengarahkan kipas itu pada Ratu.
SRET!
Salah satu kipas berhasil ditangkis menjauh, namun salah kipas lainnya berhasil mengenai Ratu. Tepat menggores dan mengenai leher bagian kiri Ratu.
AKH!
"Ratu!" pekik Raja
Baginda Raja langsung menopang tubuh Ratu yang tumbang. Penari pembunuh itu langsung dibekuk oleh para prajurit kerajaan. Prajurit bayangan masih setia melindungi Raja yang sedang memeluk tubuh Ratu.
"Baginda Raja, syukurlah. Anda baik-baik saja ... uhuk!" ujar Ratu
"Ratu, bertahanlah! Kau tidak boleh tertidur!" ucap Raja
Raja memang berkata seperti itu, tapi Ratu yang terkena sayatan kipas besi beracun itu pun perlahan menutup kedua matanya.
"Panggil semua dokter kerajaan sekarang juga!" Perintah Raja menggema di seluruh ruangan tersebut.
Arvan pun datang mendekat.
"Sebelum para dokter yang lainnya datang, izinkan saya menghentikan pendarahan dan efek racun pada luka Yang Mulia Ratu, Baginda Raja. Mohon bawa Yang Mulia Ratu ke suatu ruangan," ucap Arvan
"Aku sendiri yang akan membawa Ratu ke kamarku," kata Raja
Seorang selir memberanikan diri untuk mendekat. Dia, Azkia Reynard. Adik dari Arvan Reynard.
"Kakak, bagaimana dengan keadaan Ratu?" tanya Selir Azkia
"Kakak akan mencoba menghentikan pendarahannya dan menghilangkan racun dengan bahan obat yang ada. Tolong kau pergi ke rumah dan minta penawar racun suku kita di sana," jawab Arvan
"Ke rumah? Itu artinya aku harus ke luar dari istana kerajaan ini?" tanya Azkia
"Aku yang akan mempertanggung jawabkan jika ada yang menanyakannya nanti. Bawa dan tunjukkan lencana ini sebagai izin ke luar, kau pasti diperbolehkan. Katakan ini situasi darurat dan aku yang memintamu. Ayo, cepatlah ... " tutur Arvan
"Baiklah," patuh Selir Azkia yang langsung berlari untuk ke luar dari sana.
•••
Seorang gadis dengan jubah yang melindungi tubuhnya nenaiki seekor kuda, berhenti di suatu wilayah untuk beristirahat. Setelah meminta izin dari tuan tanah pemilik wilayah tersebut, barulah gadis tersebut bisa menikmati waktu istirahatnya dengan damai.
Baru selang beberapa waktu, ia terduduk. Ada seorang wanita yang tergesa-gesa berlari untuk segera ke luar dari wilayah tersebut dengan memeluk sesuatu di tangannya.
Orang-orang dari suku di sana terlihat mencegahnya pergi, namun wanita itu enggan mengulur waktu. Gadis yang melihat situasi tersebut pun tidak ragu untuk mendekat.
"Permisi. Mohon maaf, ada apa ini?" tanya si gadis
Melihat dan mendengar keributan, membuat gadis tersebut memberanikan diri untuk bertanya. Melihat orang-orang mencegah wanita itu sambil berlutut membuat gadis tersebut menyadari sesuatu, yaitu status wanita yang sedang berusaha dicegah kepergiannya itu. Mulai dari pakaian, riasan, sampai aksesori yang dipakainya.
Gadis muda itu langsung membungkuk hormat di hadapan wanita tersebut.
"Salam sejahtera, Yang Mulia Selir! Mohon maaf karena tidak sopan menanyakan, ada apa ini sebenarnya? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya si gadis
"Aku tidak menyangka akan bertemu orang dari kerajaan di sini, terlebih lagi itu adalah seorang Selir. Aku memang tidak tertarik dengan masalah yang berkaitan dengan kerajaan, tapi sepertinya masalah ini cukup rumit dan juga gawat. Aku tidak bisa tutup mata begitu saja melihatnya," batinnya
"Siapa lagi kau ini? Apa kau juga mau mencegahku pergi?" tanya wanita tersebut yang ternyata adalah seorang Selir Raja.
"Selir Azkia, kami mohon jangan pergi. Situasinya sedang berbaya, mohon tunda kepergian Anda demi keselamatan Anda sendiri. Diri Anda sangatlah penting! Selain seorang Selir dari Raja negara ini, Anda adalah Tuan Putri suku kami. Pikirkanlah sekali lagi keselamatan Anda," ucap seorang dari mereka yang mencegah kepergian Selir.
"Keselamatan Ratu lebih penting, aku harus segera membawa penawar racun ini," katanya, Selir Azkia.
Gadis muda yang masih membungkuk hormat di hadapan Selir Azkia langsung menegakkan tubuhnya.
"Ada apa dengan Yang Mulia Ratu?! Ah, tidak! Mari, saya bantu. Anda hendak menuju istana kerajaan, bukan?" tanya gadis muda tersebut dengan panik.
"Seharusnya aku tidak membicarakan masalah kerajaan, tapi benarkah kau bisa membantuku?" tanya balik Selir Azkia
"Apa pun itu, akan saya bantu dengan sekuat tenaga," jawab si gadis muda dengan tegas.
"Tapi, di luar sana peperangan antar suku sudah dimulai. Jangan sampai membahayakan keselamatan Anda," cegah para pelayan suku Barat tersebut.
"Bagaimana saya akan percaya Anda akan bisa membantu putri kesayangan saya sekaligus Selir dari Raja negara ini, Nona pengembara?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja ke luar dari kediaman utama suku barat.
"Ayah!" pekik Selir Azkia
"Tuan pemimpin suku, Anda juga mengenal saya. Saya janji dan yakin bisa mengawal putri Anda sekaligus Selir dari Raja negara ini sampai tempat tujuannya. Nyawa saya taruhannya," ucap gadis muda dengan percaya diri.
"Ayah, aku harus pergi sekarang! Kak Arvan, sudah menungguku. Ini darurat, Ayah! Mohon izin darimu," tutur Selir Azkia
"Baik, kau boleh pergi. Kupercayakan putriku padamu, Nona. Maaf, merepotkanmu lagi kali ini," ucap Tuan pemimpin Suku Barat
"Eh! Ayah langsung memberi izin?! Beliau sepertinya kenal dengan gadis ini, siapa dia? Kenapa harus terus memakai cadar penutup wajah?" batin Selir Azkia
"Sudah kewajibanku untuk membantu," kata si gadis
"Aku percaya padamu, Nona penolong. Kau pasti bisa menjaga keselamatan putriku, seperti yang dulu kau lakukan pada suku ini," batin Pemimpin Suku Barat.
"Maafkan ketidak sopanan saya, Yang Mulia Selir. Mari, lewat sini. Kita akan menunggangi kuda supaya lebih cepat." Gadis muda tersebut langsung menarik lengan Selir Azkia untuk ikut dengannya.
"Aku memang tidak tertarik dengan masalah kerajaan, tapi beda ceritanya jika sudah menyangkut Ratu. Tadi dia bilang, Kak Arvan? Bukankah itu bukan nama Raja saat ini?" batinnya
Gadis muda yang menarik tangan Selir Azkia langsung naik ke punggung kudanya setelah menemukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Aerik_chan
baca sinopsisnya kok jadi penasaran....eh ternyata memang sekeren itu...
by your side...
2023-07-02
1
Terra Chi
Episode berikutnya sudah terbit, yaa
2023-06-28
1
Elisabeth Ratna Susanti
mampir di karya keren ini 😍 langsung like and favorit ❤️
2023-06-26
2