NovelToon NovelToon

One & Only

1 - Percobaan Pembunuhan.

Di suatu pesta perayaan di dalam istana harem kerajaan modern, seorang penari latar diundang untuk meramaikan pesta. Seorang penari dengan masing-masing kipas di kedua tangannya bergerak dengan anggun dan memukau. Para anggota harem merasa takjub melihatnya.

Seorang penasehat kerajaan mulai merasa khawatir dan memiliki firasat buruk saat ikut hadir karena diundang untuk menghadiri pesta, lelaki itu pun membuka selembar sapu tangannya sambil dipegang dan dikibarkannya ke arah depan meja makannya. Di balik dalihnya yang mengibarkan sapu tangan pribadi ke arah sang penari yang mengisyaratkan ketertarikan dengan penampilan yang ditunjukkan, sebenarnya alasannya mengibarkan sapu tangan adalah membiarkan sapu tangan miliknya terkena hembusan angin dari permainan kipas properti tari tersebut. Saat hembusan angin mengenai kibaran sapu tangan miliknya sampai sedikit robek karena saking kuat hembusan ayunan kipas tersebut, lelaki melihat baik-baik sapu tangan miliknya. Dan itu, tidak terlihat bagus!

"Sapu tangan ini sedikit robek akibat terpaan ayunan yang begitu kuat dari kipas itu, terbukti kipas itu sangat tajam! Untuk apa membawa kipas yang begitu tajam untuk menari? Bukankah itu berbahaya? Oh, tidak!" ocehnya yang di akhir kalimatnya, ia menyadari sesuatu.

Penasehat kerajaan bernama Arvan Reynard itu melihat jejak garis sapu tangannya yang robek. Pada tepi garis robekan itu berwarna coklat kehijauan, padahal warna sapu tangan itu sendiri adalah biru cerah. Arvan mendekatkan sapu tangan itu untuk mencium aromanya. Ada sedikit bau asing. Itu bukan bau dari sapu tangannya atau bekas terpaan ayunan dari kipas yang berkarat, lagi pula kipas itu sangat tajam, jadi tidak mungkin berkarat dan menimbulkan noda berbau seperti itu.

"Ada yang salah dengan kipasnya! Kedua kipas itu bermasalah!" batin Arvan begitu menyadari sesuatu yang gawat.

"Raja, Ratu! Hati-hati, kipas itu beracun!" teriak Arvan memekik.

"Prajurit penjaga!" seru Raja begitu mendengar pekikan Arvan pertanda ancaman.

Mendengar pekikan Arvan dan perintah panggilan Raja, para selir anggota harem pun berteriak panik dan langsung merasa gelisah.

Melihat prajurit kerajaan berbondong-bondong masuk ke dalam ruangan sang penari latar langsung mengubah arah gerak tariannya untuk menyerang targetnya di tempat berlangsungnya pesta tersebut. Gerakannya lebih cepat dari pada rombongan yang baru saja memasuki ruangan dan penari itu langsung menargetkan Sang Raja. Begitu Raja menjadi sasaran percobaan pembunuhan, prajurit bayangan yang selalu menjaga Raja pun muncul entah dari mana seperti bayangan kilat. Prajurit bayangan itu begitu melindungi Raja dan menjadi perisai untuknya, menangkis serangan sang penari pembunuh sampai ia mengubah target dan mengarahkan kipas itu pada Ratu.

SRET!

Salah satu kipas berhasil ditangkis menjauh, namun salah kipas lainnya berhasil mengenai Ratu. Tepat menggores dan mengenai leher bagian kiri Ratu.

AKH!

"Ratu!" pekik Raja

Baginda Raja langsung menopang tubuh Ratu yang tumbang. Penari pembunuh itu langsung dibekuk oleh para prajurit kerajaan. Prajurit bayangan masih setia melindungi Raja yang sedang memeluk tubuh Ratu.

"Baginda Raja, syukurlah. Anda baik-baik saja ... uhuk!" ujar Ratu

"Ratu, bertahanlah! Kau tidak boleh tertidur!" ucap Raja

Raja memang berkata seperti itu, tapi Ratu yang terkena sayatan kipas besi beracun itu pun perlahan menutup kedua matanya.

"Panggil semua dokter kerajaan sekarang juga!" Perintah Raja menggema di seluruh ruangan tersebut.

Arvan pun datang mendekat.

"Sebelum para dokter yang lainnya datang, izinkan saya menghentikan pendarahan dan efek racun pada luka Yang Mulia Ratu, Baginda Raja. Mohon bawa Yang Mulia Ratu ke suatu ruangan," ucap Arvan

"Aku sendiri yang akan membawa Ratu ke kamarku," kata Raja

Seorang selir memberanikan diri untuk mendekat. Dia, Azkia Reynard. Adik dari Arvan Reynard.

"Kakak, bagaimana dengan keadaan Ratu?" tanya Selir Azkia

"Kakak akan mencoba menghentikan pendarahannya dan menghilangkan racun dengan bahan obat yang ada. Tolong kau pergi ke rumah dan minta penawar racun suku kita di sana," jawab Arvan

"Ke rumah? Itu artinya aku harus ke luar dari istana kerajaan ini?" tanya Azkia

"Aku yang akan mempertanggung jawabkan jika ada yang menanyakannya nanti. Bawa dan tunjukkan lencana ini sebagai izin ke luar, kau pasti diperbolehkan. Katakan ini situasi darurat dan aku yang memintamu. Ayo, cepatlah ... " tutur Arvan

"Baiklah," patuh Selir Azkia yang langsung berlari untuk ke luar dari sana.

•••

Seorang gadis dengan jubah yang melindungi tubuhnya nenaiki seekor kuda, berhenti di suatu wilayah untuk beristirahat. Setelah meminta izin dari tuan tanah pemilik wilayah tersebut, barulah gadis tersebut bisa menikmati waktu istirahatnya dengan damai.

Baru selang beberapa waktu, ia terduduk. Ada seorang wanita yang tergesa-gesa berlari untuk segera ke luar dari wilayah tersebut dengan memeluk sesuatu di tangannya.

Orang-orang dari suku di sana terlihat mencegahnya pergi, namun wanita itu enggan mengulur waktu. Gadis yang melihat situasi tersebut pun tidak ragu untuk mendekat.

"Permisi. Mohon maaf, ada apa ini?" tanya si gadis

Melihat dan mendengar keributan, membuat gadis tersebut memberanikan diri untuk bertanya. Melihat orang-orang mencegah wanita itu sambil berlutut membuat gadis tersebut menyadari sesuatu, yaitu status wanita yang sedang berusaha dicegah kepergiannya itu. Mulai dari pakaian, riasan, sampai aksesori yang dipakainya.

Gadis muda itu langsung membungkuk hormat di hadapan wanita tersebut.

"Salam sejahtera, Yang Mulia Selir! Mohon maaf karena tidak sopan menanyakan, ada apa ini sebenarnya? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya si gadis

"Aku tidak menyangka akan bertemu orang dari kerajaan di sini, terlebih lagi itu adalah seorang Selir. Aku memang tidak tertarik dengan masalah yang berkaitan dengan kerajaan, tapi sepertinya masalah ini cukup rumit dan juga gawat. Aku tidak bisa tutup mata begitu saja melihatnya," batinnya

"Siapa lagi kau ini? Apa kau juga mau mencegahku pergi?" tanya wanita tersebut yang ternyata adalah seorang Selir Raja.

"Selir Azkia, kami mohon jangan pergi. Situasinya sedang berbaya, mohon tunda kepergian Anda demi keselamatan Anda sendiri. Diri Anda sangatlah penting! Selain seorang Selir dari Raja negara ini, Anda adalah Tuan Putri suku kami. Pikirkanlah sekali lagi keselamatan Anda," ucap seorang dari mereka yang mencegah kepergian Selir.

"Keselamatan Ratu lebih penting, aku harus segera membawa penawar racun ini," katanya, Selir Azkia.

Gadis muda yang masih membungkuk hormat di hadapan Selir Azkia langsung menegakkan tubuhnya.

"Ada apa dengan Yang Mulia Ratu?! Ah, tidak! Mari, saya bantu. Anda hendak menuju istana kerajaan, bukan?" tanya gadis muda tersebut dengan panik.

"Seharusnya aku tidak membicarakan masalah kerajaan, tapi benarkah kau bisa membantuku?" tanya balik Selir Azkia

"Apa pun itu, akan saya bantu dengan sekuat tenaga," jawab si gadis muda dengan tegas.

"Tapi, di luar sana peperangan antar suku sudah dimulai. Jangan sampai membahayakan keselamatan Anda," cegah para pelayan suku Barat tersebut.

"Bagaimana saya akan percaya Anda akan bisa membantu putri kesayangan saya sekaligus Selir dari Raja negara ini, Nona pengembara?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja ke luar dari kediaman utama suku barat.

"Ayah!" pekik Selir Azkia

"Tuan pemimpin suku, Anda juga mengenal saya. Saya janji dan yakin bisa mengawal putri Anda sekaligus Selir dari Raja negara ini sampai tempat tujuannya. Nyawa saya taruhannya," ucap gadis muda dengan percaya diri.

"Ayah, aku harus pergi sekarang! Kak Arvan, sudah menungguku. Ini darurat, Ayah! Mohon izin darimu," tutur Selir Azkia

"Baik, kau boleh pergi. Kupercayakan putriku padamu, Nona. Maaf, merepotkanmu lagi kali ini," ucap Tuan pemimpin Suku Barat

"Eh! Ayah langsung memberi izin?! Beliau sepertinya kenal dengan gadis ini, siapa dia? Kenapa harus terus memakai cadar penutup wajah?" batin Selir Azkia

"Sudah kewajibanku untuk membantu," kata si gadis

"Aku percaya padamu, Nona penolong. Kau pasti bisa menjaga keselamatan putriku, seperti yang dulu kau lakukan pada suku ini," batin Pemimpin Suku Barat.

"Maafkan ketidak sopanan saya, Yang Mulia Selir. Mari, lewat sini. Kita akan menunggangi kuda supaya lebih cepat." Gadis muda tersebut langsung menarik lengan Selir Azkia untuk ikut dengannya.

"Aku memang tidak tertarik dengan masalah kerajaan, tapi beda ceritanya jika sudah menyangkut Ratu. Tadi dia bilang, Kak Arvan? Bukankah itu bukan nama Raja saat ini?" batinnya

Gadis muda yang menarik tangan Selir Azkia langsung naik ke punggung kudanya setelah menemukannya.

2 - Nona Pengembara.

Gadis muda yang menarik tangan Selir Azkia langsung naik ke punggung kudanya setelah menemukannya.

"Silahkan naik, Yang Mulia. Saya akan mengantar Anda dengan cepat, seperti kata Anda, ini darurat," ujarnya

"Baiklah," patuh Selir Azkia mengingat saat ini harus segera bergegas.

"Mungkin akan mengganggu kenyamanan Anda, jadi mohon berpegangan," katanya

Setelah mengatakan itu, gadis tersebut langsung memacu kudanya dengan sangat cepat.

"Jangan khawatirkan kenyamananku. Aku dari suku ini, berkuda bukan hal yang baru untukku. Kau hanya perlu cepat," ucap Selir Azkia

"Saya mengerti," singkatnya

"Sebenarnya siapa dia? Dia mengendarai kuda dengan hebat dan mengetahui jalan cepat menuju istana kerajaan, juga rela repot-repot membantuku, bahkan Ayah begitu percaya padanya?" batin Selir Azkia

"Sebenarnya siapa dirimu ini?" tanya Selir Azkia

"Saya hanya seorang pengembara yang kebetulan lewat dan pernah membantu Suku Barat. Semoga jawaban saya bisa menuntaskan rasa penasaran Anda," jawabnya

"Kau pasti seorang penolong yang dihormati Ayah. Maaf merepotkanmu sekali lagi dengan masalah kali ini," ucap Selir Azkia

"Anda tidak perlu sungkan, Yang Mulia Selir," katanya

"Kalau begitu, kami harus sangat berterima kasih padamu. Terima kasih sekali lagi, Nona," ujar Selir Azkia

"Jangan terlalu cepat mengucapkan terima kasih, Yang Mulia. Bisa saja nantinya sayalah yang harus banyak-banyak terima kasih pada Anda," ucapnya

Setelah mencari jalan pintas serta berusaha menghindari tempat terjadinya peperangan antar suku, akhirnya mereka sampai di depan pintu istana.

"Kita sudah sampai. Ini akan cepat, jadi jangan turun dari kuda dulu, Yang Mulia," ucapnya

"Apa maksudnya itu?" gumam pelan Selir Azkia yang bertanya karena kebingungan.

"Ini bukan tempat yang boleh dan bisa dimasuki siapa pun!" larang prajurit penjaga pintu gerbang istana kerajaan dengan tegas.

"Buka gerbangnya cepat, sekarang!" pintanya dengan keras.

Gadis muda pengembara itu membuka cadar penutup wajahnya hingga membuat para prajurit penjaga pintu gerbang istana kerajaan terkejut bukan main.

"Siapa Anda ini?" tanya prajurit tersebut

"Aku datang bersamanya, bukakan saja gerbang ini. Sudah kubilang, ini darurat! Cepat!" ucap Selir Azkia

"Baik, Yang Mulia Selir."

Pintu gerbang istana kerajaan pun dibuka. Begitu terbuka walau hanya sedikit celah, kuda langsung dipacu dan berlari masuk dengan cepat.

"Di saat seperti ini aku malah lupa tempatnya dan harus ke mana ..." gumamnya dengan suara kecil.

"Ke sebelah sana, Nona," kata Selir Azkia

"Baiklah."

"Apa yang dia gumamkan tadi? Dia seperti orang yang pernah masuk ke istana kerajaan sebelumnya. Sepertinya dia membuka cadarnya tadi. Sebenarnya seperti apa tampang wajahnya sampai bisa membuat para prajurit tadi tercengang?" batin Selir Azkia

Kini, Selir Azkia bahkan bertanya-tanya seperti apa wajah penolongnya sampai bisa membuat para prajurit terkejut. Dan akhirnya kuda pun diberhentikan. Karena Selir tidak tahu pasti rupa wajah penolongnya karena masih berada di balik punggung orang tersebut di atas punggung kuda.

"Aku tidak pernah memberi tahunya di mana aku ingin berhenti, tapi kenapa dia bisa langsung tahu tempat ini adalah kediaman Baginda Raja?" batin Selir Azkia

Selir Azkia pun bergerak turun dari punggung kuda, lalu diikuti oleh Nona pengembara yang turun setelahnya. Saat melihat rupa pasti wajah dari penolongnya, Selir Azkia pun terkejut bukan main!

"Maaf, sudah tidak sempat lagi walau seterkejut apa pun Anda. Ayo, cepat masuk ke dalam ... " katanya

Gadis pengembara muda itu langsung berlari sambil menarik lengan Selir Azkia.

"Larinya cepat sekali! Dan apa-apaan wajahnya itu?!" batin Selir Azkia

Gadis pengembara muda itu berlari menerobos penjagaan yang berada di luar kediaman Baginda Raja dengan begitu mulus walau banyak yang menghalangi sambil terus menggenggam tangan Selir Azkia sampai mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang terdapat Baginda Raja dan juga Yang Mulia Ratu yang terbaring di tempat tidur yang lukanya sedang ditangani oleh Arvan, Dokter Utama Kerajaan sekaligus Penasehat Baginda Raja.

"Kak, aku sudah bawa penawar racunnya!" pekik Selir Azkia begitu memasuki ruangan.

"Kau!?" Arvan juga Raja terkejut begitu melihat kedatangan Selir Azkia bersama seseorang.

Begitu datang Selir Azkia langsung menyerahkan penawar racun yang dibawanya dari Suku Barat kepada kakaknya, Arvan. Sedangkan gadis pengembara itu langsung memberikan penghormatan kepada Baginda Raja dan Selir Azkia pun ikut memberi hormat setelah memberikan penawar racun pada Arvan.

"Kenapa kau diam saja dan tidak mengobati Yang Mulia Ratu? Apa harus aku saja yang melakukannya?" tanyanya

"Apa kau bisa melakukannya?" tanya Raja

"Tentu saja, Baginda. Saya mempelajari ilmu medis dan kedokteran," jawabnya

Gadis pengembara itu langsung mendekati tempat tidur di mana Ratu dibaringkan. Keterkejutan itu pun pecah dan kembali beralih pada Ratu.

"Biar aku saja. Ini adalah tugasku," kata Arvan

"Kalau begitu, cepat! Takkan kubiarkan terjadi apa pun pada Yang Mulia Ratu, jika saja kau lalai ... " ucapnya

"Kalau begitu, setidaknya bantulah Arvan. Dia Dokter Utama di sini dan jangan mengganggunya," ujar Raja

"Saya memang akan membantu dengan atau tidaknya izin dari Anda, Baginda," katanya

"Siapa dia? Kenapa bicara seenaknya pada Baginda Raja yang terhormat? Dan apa-apaan dengan wajahnya itu?!" batin Arvan

Walau yang satu terbaring dan yang satunya tidak, tapi mereka yang berdekatan nyaris bahkan mungkin sangat sulit untuk dibedakan kalau saja memakai pakaian yang serupa sama. Yang dimaksud adalah wajah antara Yang Mulia Ratu dan gadis pengembara itu. Bahkan kini gadis pengembara itu dengan beraninya menggenggam tangan Ratu yang terkulai lemah. Gadis itu menatap wajah Ratu dengan kalut dan gelisah serta cemas.

"Aku pun tidak akan membiarkan terjadi apa pun pada Ratu-ku, Yura, jadi kau tenanglah ... " ucap Raja

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, saudariku?" gumamnya dengan pelan.

Gadis pengembara itu pun membantu Arvan dalam mengobati Ratu tanpa menjadi mengganggunya sedikit pun. Keduanya dengan lihai memberi penanganan dengan cepat. Sampai akhirnya, luka Ratu dibalut kain perban.

"Biar aku saja, aku juga bisa. Serahkan padaku," katanya yang mengambil alih kain perban dari tangan Arvan.

Dengan cepat namun hati-hati, gadis muda itu membalut perban pada luka Ratu.

"Tolong jelaskan padaku, apa yang terjadi pada Yang Mulia Ratu, Baginda?" tanyanya

"Ada insiden saat pesta berlangsung dan aku gagal melindunginya," jawab Raja

"Semoga kau cepat pulih dan lukamu cepat sembuh, Kakak," pelannya

"Jadi, bagaimana dengan kondisi Ratu, Arvan?" tanya Raja

"Pendarahannya sudah berhasil dihentikan, penawar racunnya pun sudah diberikan. Untuk saat ini kondisinya harus terus diperhatikan," jawab Arvan

"Kalau begitu, bolehkah saya terus berada di samping Yang Mulia Ratu, setidaknya sampai ia tersadar, Baginda? Saya bisa menjaga dan terus memeriska kondisinya," ujarnya meminta.

"Baiklah, kau juga sudah berada di sini, jadi menetaplah dulu. Kau juga adalah keluarga, jangan terlalu sungkan," jawab Raja

"Terima kasih banyak, Baginda Raja," ucapnya

"Kau adalah adik iparku, jagalah kakakmu saat aku tidak ada. Aku harus menghukum pelaku percobaan pembunuhan setelah ini," ujar Raja

"Sebenarnya, bagaimana kau bisa bertemu dengan Selir Azkia?" tanya Raja

"Menjawab, Baginda. Saya bertemu Nona di kediaman Ayah dan dia bersedia menolongku mengantar sampai ke sini," jawab Selir Azkia

"Kalau begitu, kau adalah penyelamat kami, Yura," kata Raja

"Tidak benar, Baginda. Yang jadi penyelamat di sini adalah Yang Mulia Selir. Beliau rela berpergian dari istana untuk membawa penawar racun demi kakakku, maksudku Yang Mulia Ratu. Berkatnya aku juga bisa sampai di sini. Aku harus berterima kasih banyak padanya. Terima kasih banyak, Selir," ucapnya

"Kau benar. Kalian berdua adalah penyelamat. Kalau begitu singkat saja, aku perkenalkan padamu... Dia adalah Dokter Utama Kerajaan sekaligus penasehatku, Arvan Reynard. Dan ini, adiknya sekaligus Selirku, Azkia Reynard. Kalian, kenalkan ini Yura Haris. Adik iparku, saudari kembar Ratu," ujar Raja

"Saudari kembar Ratu?!"

"Jadi, Arvan yang dimaksud adalah kakaknya yang bekerja di istana kerajaan ini," batinnya

Pantas saja. Inilah alasan para prajurit, Selir Azkia, dan Arvan terkejut saat melihat wajah seorang Nona yang baru saja datang itu. Wajahnya yang begitu mirip dengan Ratu dikarenakan hubungan darah antar keduanya yang merupakan saudara kembar.

3 - Saudari Kembar.

Rupanya, Nona pengembara dan Ratu adalah saudara kembar.

"Salam. Senang berkenalan dengan kalian berdua. Panggil saja aku, Yura," katanya sambil memberi salam perkenalan. Yura Haris.

"Pantas saja. Aku sempat terkejut saat Nona membuka cadar karena wajahmu sangat mirip dengan Yang Mulia Ratu," ucap Selir Azkia

"Benar, aku pun terkejut dan sepertinya akan sulit membedakan antara kalian setelah ini," kata Arvan

"Seperti kataku tadi, aku akan mengurus pelaku percobaan pembunuhan Ratu. Kau jagalah kakakmu di sini, Yura. Kau ikut denganku, Arvan. Dan kau boleh kembali ke kediamanmu, Selir. Istirahatlah, kau pasti lelah setelah pergi dan kembali," ucap Raja

"Baik, Baginda," kata dua Reynard bersaudara dengan serempak.

Mereka pun beranjak pergi dari sana meninggalkan dua saudara kembar itu. Yura pun langsung kembali mendekati tempat tidur tempat Ratu terbaring, ia akan terus menjaga di sisi saudari terkasihnya yang sudah sulit untuk ditemui sebelumnya itu.

"Kau adalah orang yang lemah lembut dan baik hati. Sebenarnya siapa yang tega melakukan ini padamu, Kak? Aku sudah ada di sini, jadi cepatlah sadar, saudariku," ujarnya, Yura, mengoceh seorang diri.

•••

Penjara istana.

Dengan gagahnya, Baginda Raja ditemani Penasehatnya mendatangi tempat gelap dan lembab itu. Bertemu penjaga di sana untuk mengurus masalah pelaku percobaan pembunuhan kali ini.

"Di mana dia? Apa sudah selesai mengintrogasinya?" tanya Raja

"Kurasa Anda tidak bisa menemuinya, Baginda. Dia telah melakukan bunuh diri dengan menggigit lidahnya sendiri, introgasi tidak berjalan lancar dan dua terus menutup mulut sampai akhir." Jawab penjaga di sana.

"Sungguh si*l!" umpat Raja

"Apa Anda mencurigai sesuatu, Baginda?" tanya Arvan

"Aku memang sudah curiga, tapi itu saja tidak cukup bila tidak ada bukti. Sampai bukti itu ke luar, takkan kubiarkan orang yang melakukan trik keji ini," ujar Raja

Raja dan Arvan pun segera ke luar dari tempat suram itu...

•••

Beberapa hari kemudian.

Seorang pelayan pribadi Ratu datang untuk memberikan obat. Yura pun menyambutnya dengan hangat dan bersiap untuk membantunya memberikan obat untuk Ratu yang adalah kakak kandungnya.

"Oh, sudah waktunya ya, Dina," ujar Yura

"Benar, Nona Yura. Waktunya memberi obat," katanya. pelayan pribadi Ratu bernama Dina.

Saat pertama kali bertemu untuk memberi obat secara rutin, Dina, tentu terkejut dengan keberadaan Yura di sisi Ratu. Namun, selama beberapa hari bertemu, keduanya pun menjadi dekat dan berhubungan baik. Yura selalu berada di sisi Ratu, membuat mereka selalu bertemu. Setiap bertemu, Yura akan mengajak bicara para pelayan untuk menanyakan tentang keseharian Ratu walau hanya sebentar.

Seseorang merasa terusik karena obrolan ringan orang-orang di sekitarnya. Ia pun membuka paksa matanya yang terasa sangat berat secara perlahan.

"Kau ... Yura?" pelannya seperti mendesis.

"Yang Mulia Ratu!"

"Kakak! Oh, syukurlah. Kak Yuna, akhirnya kau sadar juga," ujar Yura

Benar, keduanya adalah saudari kembar. Ratu yang lebih awal lahir diberi nama Yuna Haris dan adiknya adalah gadis pemberani yang suka mengembara diberi nama Yura Haris.

"Dina, ada apa ini? Kenapa Yura ada di sini?" tanya Ratu begitu tersadar.

"Apa Anda tidak ingat, Yang Mulia? Anda jatuh pingsan setelah terkena kipas besi beracun dan terus tak sadarkan diri. Nona Yura kebetulan bertemu dengan Selir Azkia yang sedang pergi mengambil penawar racun dari Suku Barat dan berakhir nengantarkan Selir Azkia kembali ke sini, setelah itu Nona Yura terus dibiarkan menjaga Ratu sampai saat ini," jelas Dina

"Bagaimana perasaanmu, Kak? Apa ada yang merasa tidak nyaman? Biarkan aku memeriksamu, kalau begitu ... " ujar Yura

"Aku baik-baik saja, hanya merasa lemas dan haus," kata Ratu

"Kau ingin minum? Kalau begitu, sekalian juga minum obat yang sudah disiapkan," ucap Yura

Dina membantu mengambilkan air untuk diminum Ratu dan memberikannya pada Yura. Yura pun membantu kakaknya untuk minum air.

"Karena Ratu sudah bangun, biar aku saja yang membantunya minum obat. Dina, tolong kau siapkan saja makanan untuk Ratu karena sudah lama ia tidak makan. Tolong ya, Dina," ucap Yura

"Itu sudah tugasku, Nona. Kalau begitu, hamba undur diri, Yang Mulia Ratu, Nona Yura." Kata Dina yang lalu beranjak dari sana.

"Kau sudah di sini sejak hari pertama aku tak sadarkan diri? Kalau begitu, berapa lama aku tertidur?" tanya Ratu

"Lima hari. Arvan bilang, harusnya kau sudah sadar sejak dua hari yang lalu. Kau membuatku khawatir, Kak," jawab Yura

Setelah itu, Yura pun membantu Ratu untuk meminum obatnya.

...

Setelah minum obat dan makan makanan yang disediakan kedua pelayan pribadi Ratu, Dina dan Manda, Yura dan Ratu pun saling mengobrol bersama untuk melepas rindu dan mempererat kedekatan hubungan mereka.

"Jadi, kau sudah bertemu siapa saja selama ada di istana beberapa hari ini?" tanya Ratu

"Tidak banyak yang kutemui. Sepertinya mereka adalah yang dekat dengan Kakak-lah yang bertemu denganku. Kakak sakit, jadi mereka menjengukmu dan bertemu denganku yang selalu berada di sisimu. Para selir itu terkejut bukan main saat melihatku! Lucu sekali! Bahkan ada yang sampai mengira aku adalah roh yang terpisah ke luar dari tubuh Kakak. Sepertinya dia terlalu polos dan percaya takhayul, tapi ucapannya juga agak kurang ajar," jelas Yura

"Yah, di sini memang banyak macam-macam orang dengan berbeda-beda karakter," kata Ratu

Bagaimana tidak kurang ajar? Roh yang terpisah ke luar dari tubuh Ratu? Apa dia menyumpahi Ratu mati? Itulah anggapan Yura, namun berbeda dengan Ratu yang bisa memakluminya karena sudah bertemu banyak dari mereka yang berada di dalam istana kerajaan.

"Kau juga sudah bertemu Arvan, kan? Kau sempat menyebut namanya tadi. Bagaimana dengannya?" tanya Ratu

"Ah, dokter penasehat itu! Sepertinya aku sudah berlaku kasar sejak pertama kali bertemu dengannya. Saat itu aku panik melihat kondisimu yang tak sadarkan diri, tapi dia malah sibuk terkejut melihat wajahku, aku jadi bicara tidak baik dengannya. Sepertinya penilaian dia tentangku akan kurang atau bahkan tidak baik, tapi aku tidak menyesal dan takkan minta maaf padanya. Seharusnya dia mengerti aku sedang panik dan khawatir setengah mati dan bisa memaklumi sikapku saat itu," ungkap Yura

"Ya ampun, kau sama sekali belum berubah," kata Ratu

"Yah, beginilah adikmu, Kak ... " sahut Yura

Di tengah perbincangan hangat mereka, Raja dan Arvan yang selalu di sampingnya itu pun datang. Melihat Raja datang, Ratu hendak berdiri dan ia pun dibantu oleh Yura karena keduanya harus memberikan hormat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!