Ratu dan Yura bendak memberi hormat pada Raja yang baru saja datang.
"Tidak perlu memberiku hormat, kau baru saja sadar, Ratu-ku. Kau juga, Yura, kau sudah seperti adikku sendiri," ucap Raja yang melihat Ratu sedikit kesulitan dan Yura sulit membantunya berdiri.
"Anda datang, Baginda Raja ... " Sambut Ratu
Raja langsung berhambur memeluk Ratu begitu melihat wajah dan senyumannya kala menyambutnya datang.
"Aku sangat mengkhawatirkanmu, Ratu. Tidak seperti Yura yang selalu ada di sampingmu, aku harus mengurus banyak hal hingga tidak bisa sering berada di sisimu. Sebagai suamimu, aku memang tidak bisa diandalkan. Bagaimana keadaanmu, Yuna?" tanya Raja yang masih sambil memeluknya.
"Tidak apa, aku baik-baik saja, Baginda. Seperti yang Anda lihat, kau bahkan memelukku sekarang. Pemerintahan dan rakyat memang lebih penting dari pada apa pun itu, kan," ucap Ratu
"Bagaimana itu bisa lebih penting dari dirimu? Tapi, aku pun tidak bisa berbuat banyak. Maafkan aku," kata Raja berangsur-angsur melepaskan pelukannya.
"Baginda Raja, Yang Mulia Ratu, mohon izin untuk memeriksa dan mengganti perban luka Ratu," ucap Arvan
"Perban Ratu sudah kuganti sebelum makan tadi," sahut Yura
"Kalau begitu, aku hanya tinggal memeriksa kondisinya," kata Arvan
"Arvan memang selalu berada di sisi Baginda. Dia tidak mendengar kata-kataku tadi saat datang ke sini, kan?" batin Yura
Semua pun berpindah posisi dan kini Ratu sudah kembali berbaring di tempat tidur untuk diperiksa kondisi lukanya. Yura tak berada jauh dari sana.
"Kau tidak percaya pada kemampuanku ya?" tanya Arvan
"Eh, maksudnya aku? Justru karena aku percaya padamu aku ingin melihat cara-caramu karena pastinya ilmuku tidak bisa dibandingkan denganmu, aku hanya ingin belajar lebih banyak. Apa kau tidak nyaman denganku? Aku tidak akan mengganggumu, jadi tenang dan lanjutkan memeriksa saja," jawab Yura
Pemeriksaan pun dilanjutkan.
"Bagaimana dengan kondisi Ratu?" tanya Raja
"Kondisi lukanya sudah jauh lebih baik, makanya kukira Yang Mulia Ratu sudah akan terbangun sejak dua hari lalu jika melihat itu, tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan juga karena Ratu sudah baik-baik saja. Hanya tenaganya saja yang belum pulih karena tidak makan dan terus tertidur selama beberapa hari ini." Jelas Arvan
"Kalau begitu, apa ada yang ingin kau makan saat ini? Aku akan meminta pelayan mengambilkannya untukmu," ujar Raja bertanya.
"Aku sudah makan tadi dan sudah kenyang, Baginda," jawab Ratu
"Karena sudah ada Baginda Raja yang menemani Yang Mulia Ratu di sini, bagaimana kalau kau membawaku untuk melihat-lihat dan berkeliling istana? Sejak pertama aku datang beberapa hari lalu, aku belum pernah ke mana pun di sini. Bisakah, Arvan?" tanya Yura yang maksudnya ingin membiarkan sepasang suami istri itu menikmati waktu mereka berdua.
"Benar juga. Bawalah Yura berkeliling, Arvan. Dia suka mengembara, dia pasti sangat bosan beberapa hari ini," ucap Raja
"Maksudku... Ah, bukannya saja bosan berada di samping Ratu! Itu juga tugas saya yang juga sebagai adik untuk menjaga Yang Mulia Ratu, tapi yang kumaksud-" Lagi-lagi Yura tidak bisa memilih kata-katanya sendiri sampai membuatnya di situasi kurang mengenakkan.
"Baiklah. Mari ikuti aku, Nona Yura," kata Arvan yang berusaha mengendalikan situasi dan menghilangkan kecanggungan dengan cepat berbicara.
"Ah, baik ... " sahut Yura
"Titip adikku yang ceroboh ini ya, Arvan," pesan Ratu
"Kak Yuna, memangnya aku ini anak kecil?" pelan Yura bertanya sambil memprotes sang kakak.
Arvan mengangguk dan kemudian beranjak berjalan diikuti Yura di belakangnya.
...
Yura pun mulai berkeliling dengan Arvan sebagai pemandu jalannya. Tak banyak bicara, Yura hanya memikmati waktunya berkeliling. Saat tiba dan melihat tempat yang bagus ia akan terdiam untuk menikmati suasana sambil tersenyum dan merentangkan tangan. Arvan melihat sikap Yura yang seperti ini sedikit anggun dan cocok dengannya yang seorang gadis, tidak sembrono seperti ucapan yang sebelumnya pernah ia lontarkan. Namun, Arvan merasa canggung jika mereka berdua hanya berdiam diri padahal sedang jalan bersama.
"Nona, apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?" tanya Arvan
"Kau lebih tau tempat di sini, jadi alu hanya akan diam dan hanya terus mengikutimu," jawab Yura
"Apa itu artinya dia ingin terus diam? Bukankah itu akan jadi sangat canggung?" batin Arvan
Akhirnya, Arvan pun kembali diam dan menunjukkan jalan hingga ke suatu tempat pada Yura. Tempat yang indah. Tentu, Yura tersenyum saat tiba di sana.
"Kau pandai mengatur dan memilih tempat untuk kulihat. Di sini indah, aku suka," ucap Yura
"Akhirnya dia bicara! Pilihan yang tepat membawanya ke sini, ternyata dia suka tempat yang indah. Tunggu! Kenapa aku harus peduli dengan apa yang dia suka? Dan kenapa kesannya aku ingin sekali mendengar suaranya? Apa karena dia mirip Ratu? Dan kenapa dia kembali diam?" batin Arvan
"Syukurlah, jika kau suka ... " kata Arvan
Arvan menunggu Yura kembali bicara, namun Yura terus diam. Diamnya tidak seperti sebelumnya yang menikmati suasana di tempat yang indah, tapi lebih seperti mengenang sebuah tempat tersebut. Apa Yura pernah ke mari sebelumnya?
"Ada apa, Nona?" tanya Arvan yang penasaran dengan ekspresi yang Yura tunjukkan.
"Tidak apa. Ekspresiku aneh ya? Hanya saja melihat tempat ini-" ujar Yura yang terhenti begitu saja.
"Apa tempat ini mengingatkan Nona akan sesuatu? Apa Nona pernah datang ke tempat ini?" tanya Arvan
"Aku tahu kau hanya berusaha menebak saja, tapi tak disangka tebakanmu benar. Aku ingat saat pertama kali aku ke sini," jawab Yura
"Kalau boleh aku tahu, kapan Nona pertama kali datang ke istana dan juga tempat ini?" tanya Arvan
"Aku datang bersamaan dengan Ratu yang pertama kali masuk istana untuk mengunjungi kerabat kami saat ada perayaan festival dan istana terbuka untuk umum. Saat itu aku yang masuk istana kurang suka keramaian orang dewasa, jadi aku berkeliaran sendirian melihat tempat indah yang tidak ada orangnya. Tak disangka saat itu aku berhenti di sini dan melihat adanya cinta yang akan tumbuh antara Taja dan Ratu saat ini," ungkap Yura
"Saat melihat mereka berdua bersemu malu ketika bertemu, aku sudah mengira mereka akan berjodoh, dan aku sedikit iri. Aku berpikir juga ingin merasakan cinta yang malu-malu seperti itu, tapi sampai sekarang jodohku belum datang. Tapi, rasa iri itu sudah hilang. Dari kecil aku suka tempat indah sampai melihat cinta anak muda seperti mereka, aku tidak iri lagi karena aku sudah puas dengan bisa mengembara ke tempat-tempat indah. Bagiku itu sudah cukup, melihat tempat indah sudah seperti merasakan rasanya jatuh cinta bagiku," batin Yura
"Jadi, itulah saat pertamanya masuk ke istana. Aku juga sempat bertemu Ratu saat itu, Ratu adalah penyelamatku saat itu. Saat kupikir aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya, aku malah melihat pertemuan antara Raja dan Ratu yang kau maksud. Kupikir perasaanku sudah sirna bersamaan musnahnya harapan itu, tapi sampai saat ini aku masih belum bisa mengendalikan perasaanku saat bertemu atau bahkan sekadar melihat Ratu. Apa aku juga harus pergi ke tempat yang indah untuk menghilangkan perasaan ini? Eh, kenapa juga aku harus peduli tentang hal seperti itu?! Aku kan tidak harus menirunya! Aku ini sebenarnya kenapa, sih?!" batin Arvan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-06-29
1
Terra Chi
Episode berikutnya sudah terbit, yaa
2023-06-28
0
icaica
cinta tanpa sadar
2023-06-27
1