Saat ini Yura sedang berkeliling istana bersama Arvan.
"Oh, ternyata saat itu! Aku juga sudah masuk istana di saat itu. Kenapa kita tidak pernah bertemu ya?" tanya Arvan
"Benar juga, pasti itu karena aku yang terlalu banyak berkeliaran sampai tidak bertemu denganmu. Alangkah baiknya jika saat itu kita bertemu, hubungan kita saat ini pasti jauh lebih baik. Maksudku bukan seperti ini pun tidak baik, tapi-" ucap Yura yang kembali merasa canggung karena pemilihan kata-katanya yang kurang tepat.
"Benar juga. Pasti akan lebih baik jika kita bertemu saat itu," sahut Arvan
"Ternyata kau mengerti maksudku, syukurlah ... " kata Yura
" Alangkah baiknya, jika saat itu yang bertemu denganku adalah dirimu, mungkin orang yang kucintai sampai saat ini adalah kau dan aku tidak akan begitu tersiksa karena perasaan yang tidak pantas dan terlarang ini. Namun, mau bagaimana lagi? Takdirlah yang berbuat seperti ini ... " batin Arvan
"Omong-omong, Nona, apa kau tidak suka denganku? Maksudku, apa kau membenciku karena masalah beberapa hari lalu?" tanya Arvan
"Apa?! Tunggu, tidak! Arvan, sepertinya kau salah paham dengan itu! Kau sampai mengira seperti ini pasti karena sikapku waktu itu, kan? Itu murni karena aku panik, cemas, dan gelisah melihat kondisi kakakku, maksudku Ratu. Kau pasti sakit hati karena perlakuanku saat itu ya? Ah, kau pasti juga sudah dengar obrolan kami saat sebelum kau datang tadi ya? Seperti kataku yang kau dengar tadi, aku tidak menyesal karena sudah berbuat seperti itu dan tidak akan meminta maaf padamu. Aku memaklumimu yang terkejut melihatku saat itu karena itu pertemuan pertama kita, jadi kuharap kau juga bisa memaklumi sikapku yang terlalu mengkhawatirkan Ratu sampai mengabaikan perasaanmu. Walau sepertinya permintaanku yang meminta kau memaklumiku juga terdengar egois, tapi lebih baik ini dibicarakan sampai tuntas," ungkap Yura
"Kalau begitu, kenapa selama berkeliling kau terus hanya diam?" tanya Arvan
"Itu karena aku mengira kau benci denganku karena sikapku padamu saat itu. Saat kau hendak memeriksa Ratu tadi juga, kau seperti tidak suka denganku makanya kau bertanya padaku seperti sebelumnya, kan? Makanya, aku memilih diam dari pada menambah rasa tidak sukamu karena memang yang lebih baik itu diam kan? Apa aku justru yang salah?" tanya balik Yura
"Sepertinya kau yang salah paham. Aku memang kurang suka sikapmu saat itu, tapi bukan berarti tidak suka sampai membenci. Lagi pula hanya kurang suka, bukannya tidak suka sungguhan. Ternyata kau ini ceroboh seperti yang Ratu bilang, ceroboh karena asal mengira. Baiklah, akan kumaklumi sikapmu sebelumnya," ucap Arvsn
"Kalau begitu, aku akan mengatakan satu hal lagi. Sebenarnya tadi itu bukannya aku tidak percaya dengan kemampuanmu, tapi aku agak kurang suka saat kau harus memeriksa Ratu dengan pakaian terbukanya saat harus melihat lukanya. Aku tahu ini egois dan itu juga adalah tugasmu sebagai seorang, tapi ucapanku yang ingin belajar dari caramu saat iru tidak berbohong. Saat itu aku bersingguh-sungguh," jujur Yura
"Kenapa kau tidak suka padahal Raja saja memberi izin? Apa kau cemburu?" tanya Arvan
"Tidak! Aku hanya merasa itu kurang pantas saat kau harus melihat, ya begitulah. Raja juga pasti kurang nyaman, tapi demi kondisi Ratu, jadi aku pun tidak jauh berbeda dengan perasaan Raja yang seperti itu. Begitu, maksudku ... " ucap Yura
"Sebenarnya apa yang kuharapkan dengan pertanyaan konyol itu, sih? Padahal aku pun tahu maksudnya, sekarang jadi hatiku yang merasa perih lagi setelah mendengar ucapannya yang jujur. Masa sih aku malah mengharapkan dia cemburu?" batin Arvan
"Ya, baiklah. Aku mengerti kok," kata Arvan
"Baguslah ... " sahut Yura
"Jadi, kita lanjutkan lagi perjalanan kita, Nona?" tanya Arvan
"Kau juga jangan panggil aku dengan sebutan Nona seperti itu dong! Panggil saja aku Yura. Aku memang adik dan merupakan keluarga Ratu, tapi aku bukanlah anggota kerajaan, jadi tidak perlu sungkan seperti itu padaku. Aku saja hanya memanggil dengan namamu, padahal sepertinya usiamu melebihiku. Jadi, santai saja ya," pinta Yura
"Baiklah, Yura ... " paham Arvan
"Nah, begitu lebih baik," kata Yura
"Tak kusangka kau ternyata orang yang jujur," ujar Arvan
"Pasti terlihat seperti itu setelah melihat sikapku sebelumnya ya? Aku ingin terus berkata jujur karena ingin mempunyai dan menjaga hubungan baik dan disukai banyak orang. Itu akan terasa damai," ucap Yura
"Di balik sikapmu yang ceroboh ternyata kau benar-benar orang yang baik," kata Arvan
"Terima kasih atas pujianmu. Sikap yang pertama kau sebut, kuakui memang adalah kekuranganku," ucap Yura
Arvan pun membawa dan menunjukkan tempat lain pada Yura. Mereka berjalan sambil mengobrol bersama. Sepertinya mereka menjadi cukup dekat mulai dari saat ini.
Usai berkeliling istana kerajaan, Yura dan Arvan pun kembali ke posisi awal.
"Kalian sudah kembali," kata Ratu dengan ramah.
"Maafkan kami. Apa kami terlalu lama? Ini karena saya yang terlalu asik. Ada begitu banyak tempat indah di sini dan saya menyukainya, sampai tak terasa jadi lupa waktu," ujar Yura
"Tidak. Kebetulan aku juga sudah harus kembali mengurus pekerjaan. Arvan, waktu nenyenangkanmu sudah habis. Sudah waktunya kembali pada pekerjaan, kau ikut aku setelah ini," ucap Raja
"Baik, Baginda ... " patuh Arvan
"Yura, teruslah berada di dekat Ratu," kata Raja
"Tak perlu Anda ingatkan, saya akan selalu berada di sisinya, Baginda," ucap Yura
"Bagus, kalau begitu. Aku pergi dulu. Tak perlu beri hormat, kalian istirahat saja," ujar Raja
"Terima kasih, Baginda," serempak dua Haris bersaudara.
Raja bersama Arvan pun beranjak pergi.
"Apa ada yang Kakak perlukan?" tanya Yura
Saat hanya berdua dengan Ratu, Yura hanya memanggilnya dengan sebutan kakak agar suasana jadi lebih dekat dan tidak ada kecanggungan di antara keduanya.
"Tidak ada ," singkat Ratu menjawab.
"Apa Kakak ingin langsung istirahat dan tidur siang?" tanya Yura
"Aku sudah baik-baik saja, kau tak perlu terlalu khawatir lagi. Dari pada itu, bagaimana kalau kita mengobrol dulu? Kalau hanya sebatas mengobrol dengan keadaanku yang begini, tentu masih boleh, kan? Bagaimana saat berkeliling tadi? Menyenangkan?" tanya balik Ratu
"Bukankah tidak perlu membahas ini lagi? Bahkan tadi aku juga sudah bilang sampai lupa waktu, berarti itu menyenangkan," kata Yura
"Maksudku, bagaimana dengan Arvan?" tanya Ratu
"Masalah kesalah pahaman antara kami sudah terselesaikan. Dia ternyata orang yang baik, tidak terlalu kaku seperti kelihatannya. Bisa, mudah, dan cukup asik diajak mengobrol. Dari pada itu, bukankah seharusnya kakak menanyakan kabar adiknya setelah lama tidak bertemu? Kenapa malah membahas hal lain?" tanya balik Yura
"Melihatmu yang bisa mengajukan protes bahkan terus mengomel sejak saat aku tersadar, bukankah artinya kau baik-baik saja?" tanya balik Ratu lagi.
"Benar dan maaf aku tidak bisa memberi tahu Kakak kabar tentang keluarga," kata Yura
"Tidak apa. Yang penting kau bahagia, mereka juga pasti baik-baik saja. Memangnya kapan terakhir kali kau pulang ke rumah?" tanya Ratu
"Entahlah, aku hanya sesekali pulang ke rumah. Kakak sendiri, bagaimana? Apa Kak Yuna bahagia berada di sini?" tanya balik Yura
"Kau ini benar-benar ... kalau aku, sudah jelas bahagia. Aku mempunyai suami yang sangat mencintaiku. Berada di sisinya untuk mendampinginya, jelas adalah kebahagiaanku," ucap Ratu
"Tapi, bukankah terlalu banyak yang mengincar Kakak kalau begini? Kak Yuna, bahkan kau terluka. Katakan padaku, kenapa Kakak bisa sampai terluka?" tanya Yura
"Bukankah kau sudah tahu? Ini karena insiden saat pesta," jawab Ratu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Hadijah Prihatini
Seru bngtt
2023-07-20
1
Terra Chi
Episode berikutnya sudah terbit, yaa
2023-07-13
0
TK
kopi semangat Thor 👍
maaf, jarang muncul 🙏
2023-07-13
1