Gadis muda yang menarik tangan Selir Azkia langsung naik ke punggung kudanya setelah menemukannya.
"Silahkan naik, Yang Mulia. Saya akan mengantar Anda dengan cepat, seperti kata Anda, ini darurat," ujarnya
"Baiklah," patuh Selir Azkia mengingat saat ini harus segera bergegas.
"Mungkin akan mengganggu kenyamanan Anda, jadi mohon berpegangan," katanya
Setelah mengatakan itu, gadis tersebut langsung memacu kudanya dengan sangat cepat.
"Jangan khawatirkan kenyamananku. Aku dari suku ini, berkuda bukan hal yang baru untukku. Kau hanya perlu cepat," ucap Selir Azkia
"Saya mengerti," singkatnya
"Sebenarnya siapa dia? Dia mengendarai kuda dengan hebat dan mengetahui jalan cepat menuju istana kerajaan, juga rela repot-repot membantuku, bahkan Ayah begitu percaya padanya?" batin Selir Azkia
"Sebenarnya siapa dirimu ini?" tanya Selir Azkia
"Saya hanya seorang pengembara yang kebetulan lewat dan pernah membantu Suku Barat. Semoga jawaban saya bisa menuntaskan rasa penasaran Anda," jawabnya
"Kau pasti seorang penolong yang dihormati Ayah. Maaf merepotkanmu sekali lagi dengan masalah kali ini," ucap Selir Azkia
"Anda tidak perlu sungkan, Yang Mulia Selir," katanya
"Kalau begitu, kami harus sangat berterima kasih padamu. Terima kasih sekali lagi, Nona," ujar Selir Azkia
"Jangan terlalu cepat mengucapkan terima kasih, Yang Mulia. Bisa saja nantinya sayalah yang harus banyak-banyak terima kasih pada Anda," ucapnya
Setelah mencari jalan pintas serta berusaha menghindari tempat terjadinya peperangan antar suku, akhirnya mereka sampai di depan pintu istana.
"Kita sudah sampai. Ini akan cepat, jadi jangan turun dari kuda dulu, Yang Mulia," ucapnya
"Apa maksudnya itu?" gumam pelan Selir Azkia yang bertanya karena kebingungan.
"Ini bukan tempat yang boleh dan bisa dimasuki siapa pun!" larang prajurit penjaga pintu gerbang istana kerajaan dengan tegas.
"Buka gerbangnya cepat, sekarang!" pintanya dengan keras.
Gadis muda pengembara itu membuka cadar penutup wajahnya hingga membuat para prajurit penjaga pintu gerbang istana kerajaan terkejut bukan main.
"Siapa Anda ini?" tanya prajurit tersebut
"Aku datang bersamanya, bukakan saja gerbang ini. Sudah kubilang, ini darurat! Cepat!" ucap Selir Azkia
"Baik, Yang Mulia Selir."
Pintu gerbang istana kerajaan pun dibuka. Begitu terbuka walau hanya sedikit celah, kuda langsung dipacu dan berlari masuk dengan cepat.
"Di saat seperti ini aku malah lupa tempatnya dan harus ke mana ..." gumamnya dengan suara kecil.
"Ke sebelah sana, Nona," kata Selir Azkia
"Baiklah."
"Apa yang dia gumamkan tadi? Dia seperti orang yang pernah masuk ke istana kerajaan sebelumnya. Sepertinya dia membuka cadarnya tadi. Sebenarnya seperti apa tampang wajahnya sampai bisa membuat para prajurit tadi tercengang?" batin Selir Azkia
Kini, Selir Azkia bahkan bertanya-tanya seperti apa wajah penolongnya sampai bisa membuat para prajurit terkejut. Dan akhirnya kuda pun diberhentikan. Karena Selir tidak tahu pasti rupa wajah penolongnya karena masih berada di balik punggung orang tersebut di atas punggung kuda.
"Aku tidak pernah memberi tahunya di mana aku ingin berhenti, tapi kenapa dia bisa langsung tahu tempat ini adalah kediaman Baginda Raja?" batin Selir Azkia
Selir Azkia pun bergerak turun dari punggung kuda, lalu diikuti oleh Nona pengembara yang turun setelahnya. Saat melihat rupa pasti wajah dari penolongnya, Selir Azkia pun terkejut bukan main!
"Maaf, sudah tidak sempat lagi walau seterkejut apa pun Anda. Ayo, cepat masuk ke dalam ... " katanya
Gadis pengembara muda itu langsung berlari sambil menarik lengan Selir Azkia.
"Larinya cepat sekali! Dan apa-apaan wajahnya itu?!" batin Selir Azkia
Gadis pengembara muda itu berlari menerobos penjagaan yang berada di luar kediaman Baginda Raja dengan begitu mulus walau banyak yang menghalangi sambil terus menggenggam tangan Selir Azkia sampai mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang terdapat Baginda Raja dan juga Yang Mulia Ratu yang terbaring di tempat tidur yang lukanya sedang ditangani oleh Arvan, Dokter Utama Kerajaan sekaligus Penasehat Baginda Raja.
"Kak, aku sudah bawa penawar racunnya!" pekik Selir Azkia begitu memasuki ruangan.
"Kau!?" Arvan juga Raja terkejut begitu melihat kedatangan Selir Azkia bersama seseorang.
Begitu datang Selir Azkia langsung menyerahkan penawar racun yang dibawanya dari Suku Barat kepada kakaknya, Arvan. Sedangkan gadis pengembara itu langsung memberikan penghormatan kepada Baginda Raja dan Selir Azkia pun ikut memberi hormat setelah memberikan penawar racun pada Arvan.
"Kenapa kau diam saja dan tidak mengobati Yang Mulia Ratu? Apa harus aku saja yang melakukannya?" tanyanya
"Apa kau bisa melakukannya?" tanya Raja
"Tentu saja, Baginda. Saya mempelajari ilmu medis dan kedokteran," jawabnya
Gadis pengembara itu langsung mendekati tempat tidur di mana Ratu dibaringkan. Keterkejutan itu pun pecah dan kembali beralih pada Ratu.
"Biar aku saja. Ini adalah tugasku," kata Arvan
"Kalau begitu, cepat! Takkan kubiarkan terjadi apa pun pada Yang Mulia Ratu, jika saja kau lalai ... " ucapnya
"Kalau begitu, setidaknya bantulah Arvan. Dia Dokter Utama di sini dan jangan mengganggunya," ujar Raja
"Saya memang akan membantu dengan atau tidaknya izin dari Anda, Baginda," katanya
"Siapa dia? Kenapa bicara seenaknya pada Baginda Raja yang terhormat? Dan apa-apaan dengan wajahnya itu?!" batin Arvan
Walau yang satu terbaring dan yang satunya tidak, tapi mereka yang berdekatan nyaris bahkan mungkin sangat sulit untuk dibedakan kalau saja memakai pakaian yang serupa sama. Yang dimaksud adalah wajah antara Yang Mulia Ratu dan gadis pengembara itu. Bahkan kini gadis pengembara itu dengan beraninya menggenggam tangan Ratu yang terkulai lemah. Gadis itu menatap wajah Ratu dengan kalut dan gelisah serta cemas.
"Aku pun tidak akan membiarkan terjadi apa pun pada Ratu-ku, Yura, jadi kau tenanglah ... " ucap Raja
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, saudariku?" gumamnya dengan pelan.
Gadis pengembara itu pun membantu Arvan dalam mengobati Ratu tanpa menjadi mengganggunya sedikit pun. Keduanya dengan lihai memberi penanganan dengan cepat. Sampai akhirnya, luka Ratu dibalut kain perban.
"Biar aku saja, aku juga bisa. Serahkan padaku," katanya yang mengambil alih kain perban dari tangan Arvan.
Dengan cepat namun hati-hati, gadis muda itu membalut perban pada luka Ratu.
"Tolong jelaskan padaku, apa yang terjadi pada Yang Mulia Ratu, Baginda?" tanyanya
"Ada insiden saat pesta berlangsung dan aku gagal melindunginya," jawab Raja
"Semoga kau cepat pulih dan lukamu cepat sembuh, Kakak," pelannya
"Jadi, bagaimana dengan kondisi Ratu, Arvan?" tanya Raja
"Pendarahannya sudah berhasil dihentikan, penawar racunnya pun sudah diberikan. Untuk saat ini kondisinya harus terus diperhatikan," jawab Arvan
"Kalau begitu, bolehkah saya terus berada di samping Yang Mulia Ratu, setidaknya sampai ia tersadar, Baginda? Saya bisa menjaga dan terus memeriska kondisinya," ujarnya meminta.
"Baiklah, kau juga sudah berada di sini, jadi menetaplah dulu. Kau juga adalah keluarga, jangan terlalu sungkan," jawab Raja
"Terima kasih banyak, Baginda Raja," ucapnya
"Kau adalah adik iparku, jagalah kakakmu saat aku tidak ada. Aku harus menghukum pelaku percobaan pembunuhan setelah ini," ujar Raja
"Sebenarnya, bagaimana kau bisa bertemu dengan Selir Azkia?" tanya Raja
"Menjawab, Baginda. Saya bertemu Nona di kediaman Ayah dan dia bersedia menolongku mengantar sampai ke sini," jawab Selir Azkia
"Kalau begitu, kau adalah penyelamat kami, Yura," kata Raja
"Tidak benar, Baginda. Yang jadi penyelamat di sini adalah Yang Mulia Selir. Beliau rela berpergian dari istana untuk membawa penawar racun demi kakakku, maksudku Yang Mulia Ratu. Berkatnya aku juga bisa sampai di sini. Aku harus berterima kasih banyak padanya. Terima kasih banyak, Selir," ucapnya
"Kau benar. Kalian berdua adalah penyelamat. Kalau begitu singkat saja, aku perkenalkan padamu... Dia adalah Dokter Utama Kerajaan sekaligus penasehatku, Arvan Reynard. Dan ini, adiknya sekaligus Selirku, Azkia Reynard. Kalian, kenalkan ini Yura Haris. Adik iparku, saudari kembar Ratu," ujar Raja
"Saudari kembar Ratu?!"
"Jadi, Arvan yang dimaksud adalah kakaknya yang bekerja di istana kerajaan ini," batinnya
Pantas saja. Inilah alasan para prajurit, Selir Azkia, dan Arvan terkejut saat melihat wajah seorang Nona yang baru saja datang itu. Wajahnya yang begitu mirip dengan Ratu dikarenakan hubungan darah antar keduanya yang merupakan saudara kembar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
icaica
seru, nyimak dulu
2023-06-25
1