Kila sedang sibuk membersihkan kamarnya, menata barang-barang yang baru di belinya seminggu lalu di Jakarta. Ia memilah baju-baju yang tidak dipakainya dan akan diberikan ke Bibi Narti. Asisten rumah tangganya itu mempunyai cucu laki-laki yang beranjak dewasa, Baim namanya, yang sangat suka kalau Kila memberikannya barang-barang bekas pakai yang bermerk dan berstyle unisex.
Semacam ada pergantian shift dalam menjaga rumah, setelah Kila beberapa minggu di Jawa, sekarang giliran Lika yang pergi. Tahu tidak kemana? Ke Jepang ! Kakaknya itu sedang dimabuk asmara, atau lebih tepatnya Lika dan Rui sedang menikmati indahnya rasa cinta yang membara. Pasangan muda itu belum kuat menjalani hubungan jarak jauh, hingga Lika ikut serta ke negara kelahiran kekasihnya.
Setelah memasukkan beberapa pasang sepatu dan kaos-kaos ke dalam tas jinjing, Kila melangkahkan kakinya menuju ke lantai bawah.
"Bi, ini buat dek Baim" kata Kila sambil menyerahkan tas jinjing berwarna silver bertuliskan salah satu brand koleksi sepatunya.
"Makasih kak, Baim pasti senang sekali" sambil menengok isinya "ini amplop apa kak?" Lanjut Bi Narti bertanya
"Itu buat ongkos kirim ke Jogja, Bi"
"Ckckck.. Kakak...."
"Sarapan dulu Bi" potong Kila mengisi piringnya dengan nasi goreng dan mengambil duduk di island table sembari mengutak-atik telepon genggamnya. Ia baru menyendok suapan ketiganya, dan ada telepon masuk dari Hendra.
"Halo, ada apa pagi-pagi?" Kata Kila sembari mengambil gelas air putihnya.
"Boss, kakak pertama sekarang di rumah sakit Surya Medika, dini hari tadi ada yang menyerangnya"
"Apaaaaaa!!!" Pekik Kila langsung berdiri "saya kesana"
Kila langsung mematikan panggilan Hendra, dan berlari mengambil kunci mobil Mercedes CLS-nya. Ia tak mengingat lagi untuk mengganti pakaiannya yang masih menggunakan kaos putih tanpa lengan dan hot pants. Andai ada pintu ajaib Doraemon pasti Kila lebih memilih menggunakan itu ketimbang membelah jalanan kota Bali. Keberuntungan sepertinya berpihak kepada Kila jalanan tidak macet hingga dirinya tiba dengan cepat dan selamat di rumah sakit setelah mengerahkan kemampuan balapnya.
Kila berlari dari parkiran menuju pintu depan bangunan berwarna putih itu, di sana ada 5 orang berpakaian serba hitam langsung menyambutnya
"Boss....!" Seru kelima pria itu bersamaan.
"Hugo di ruangan mana?" Tanya Kila dengan wajah terlihat sangat cemas.
"Kakak pertama sudah dipindah ke ruangan VIP" jawab Hendra dengan muka yang juga tertekan "lewat sini boss" lanjutnya mengarahkan Kila.
Keenam orang itu pun melangkah dengan berderap melewati banyaknya pasang mata memandangi mereka. Setelah berbelok Kila mendapati sekitar 10 orang berpakaian sama dengan Hendra, semua langsung menunduk begitu melihat sosok gadis di apit pria-pria bertinggi 180 cm.
"Ceritakan apa yang terjadi" kata Kila berbisik dengan suara menahan amarah, sembari melipat kedua tangannya.
"Kakak pertama baru keluar dari pub triple three, dia pukul dari belakang menggunakan kayu membuatnya terjatuh dan tidak bisa melawan, kakak pertama dipukuli oleh tiga orang. Syukurnya ada orang yang melihat dan menolong."
"Dia keluar sendiri?"
"Iya boss" jawab Deny yang tinggal bersama di resort Hugo
"Aku kasih kalian waktu dua jam untuk menemukan pelakunya!" kata Kila lagi sembari mengemertakkan giginya.
"Saat kakak pertama mulai sadar, pencarian sudah mulai dilakukan" jelas Hendra dengan gugup
"Baik, aku tunggu kabar selanjutnya, di sini cukup dua orang saja yang tinggal"
"Baik boss!" Seru kompak pria itu
"Aku masuk dulu" ucap Kila melangkahkan kakinya menuju kamar bernomor F202 yang spontan dibukakan Deny anggota termuda di Black Panther.
Black Panther adalah sebuah komunitas bawah tanah, yang mengurusi ketidakadilan terhadap persoalan-persoalan sosial yang terjadi. Bukan geng mafia yang menjual narkoba, namun lebih ke sekelompok penolong orang-orang tak berdaya. Black Panther sendiri baru berdiri 2,5 tahun lalu, yang didirikan oleh Kila dan Hugo, beranggotakan 87 orang dan tersebar di Jogja, Jakarta dan Bali. Semua anggotanya mempunyai kemampuan di atas rata-rata dalam ilmu bela diri dan profesi anggotanya beraneka raga, ada yang bekerja di bidang hukum, bisnis, dunia pemerintahan, dan selebihnya ada yang mendedikasikan penuh dirinya untuk komunitas tersebut tanpa bekerja normal tapi dari komunitas memberikannya biaya hidup perbulan.
Komunitas atau Klan Black Panther sangat terkenal dan ditakuti oleh orang-orang bergerak di dunia yang sama. Menurut desas desus yang berkembang jika klan tersebut di pimpin oleh seorang wanita yang hanya akan menampakkan diri jika terjadi insiden.
"Kei" kata Hugo begitu melihat Kila memasuki kamar bernuansa serba putih, gadis yang berpenampilan apa adanya dengan rambut diikat, wajah polos tanpa make up dengan raut muka yang Hugo bisa tahu apa maksudnya.
"Hugo" kata Kila pelan sembari mendekat ke arah tempat Hugo berbaring dengan kepala di perban dan tangan kanan di gips, hatinya di hantam kesedihan dan emosi melihat kondisi temannya itu.
"Aku baik-baik saja"
"Baik-baik apanya jika kamu seperti itu" sahut Kila dengan mata berapi-api menahan amarah "mereka tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa" geramnya sembari mencengkeram keras besi tempat tidur.
"Kamu tidak usah turun tangan" pinta Hugo dengan mata diliputi kekhawatiran, dari wajah Kila dia bisa membaca jika amarah gadis ini sudah sampai di ubun-ubun. Salahnya sendiri kenapa bisa dia lengah dalam pertahanan diri, atau mungkin pengaruh alkohol yang diminumnya.
"Janji ini terakhir kali kamu meminum minuman seperti itu" tekan Kila dengan mata menatap tajam menembus ke jantung Hugo, gadis ini bisa membaca isi kepalanya.
Berkali-kali Kila menasehatinya untuk berhenti dengan kebiasaan meminum cairan memabukkan itu, tapi darah Jerman mengalir kuat di darahnya yang tak terpisahkan oleh bir dan semacamnya. Ketika malam mulai menjelang ia akan merasakan kesepian, dan Hugo akan berakhir di pub-pub hanya untuk beberapa gelas yang mendidihkan darahnya.
"Rokok juga, ini saatnya semua berhenti!" Ucap Kila tegas, sedikit keterlaluan meminta Hugo meninggalkan kebiasaan buruknya di saat pria itu terbalut dengan perban, namun Kila sudah tidak bisa memberikan toleransi lagi dengan sifat pembangkang temannya itu.
Pria yang berpakaian seragam pasien warna biru muda itu mengangguk lemah, sembari tersenyum tipis.
"Selama kamu bahagia Kei" ucap Hugo menatap lurus ke Kila.
"Ini untuk kebaikan dirimu, bukan untukku"
Hugo sepenuhnya pasrah dengan perintah Kila, kali ini harus benar-benar mendengar pinta gadis itu.
Tok tok !
Tubuh Hendra muncul dari balik pintu membuat perhatian Kila dan Hugo tertuju pada pria bertubuh atletis dengan bahu lebar, kulit coklat kehitaman ditambah wajah yang tidak mengecewakan adalah orang kepercayaan yang mengurusi Klan Black Panther.
"Sudah ketemu" ujar Hendra dengan pelan
Kila langsung berdiri dari kursinya, Hugo pun berusaha bangun, ia tidak mengira pelaku pemukulan terhadap dirinya akan ditemukan secepat ini. Hugo malah berharap tak pernah ditemukan, agar Kila tidak turun tangan. Walau kemampuan bela diri gadis itu setara dengan 10 pria di Black Panther, tapi Hugo khawatir terjadi sesuatu yang buruk menimpa gadis dicintainya itu.
"Kamu istirahat saja, aku akan kembali" kata Kila dengan mendesis marah, tangannya mengepal keras dan berjalan menuju pintu.
"Hendra" ucap Hugo sedikit berteriak
Hendra berbalik menatap Hugo datar
"Tolong, jangan biarkan Kei mengotori tangannya"
"Baik kak" sahut Hendra asal mengiyakan, ia tahu itu takkan terjadi. Boss mereka tak mendengar siapa pun dalam kondisi seperti ini.
...
Tiga pria duduk bersimpuh dengan kepala menunduk dengan dalam, mereka sangat ketakutan karena dikelilingi oleh 30 orang berpakaian serba hitam dan berwajah dingin.
"Aku mau melihat muka kalian" teriak Kila dengan marah, suaranya menggema memenuhi bangunan ruko kosong yang menjadi tempat rahasia Black Panther melaksanakan misi pembersihannya
Dengan gemetar ketiga pria itu menaikkan kepalanya, namun tak berani menatap ke arah Kila yang sedang berdiri di depan
"Ohh, aku kenal kamu" desis Kila ke pria bertubuh besar sambil menjambak rambutnya dengan kasar "siapa namamu?" lanjutnya mengingat pria yang memukuli Enzi beberapa minggu lalu
"Sa... saya Yosef" balas pria itu terbata-bata ketakutan
"Harusnya malam itu aku menghancurkan tulang-tulangmu. Lihat aku baik-baik!!! Harusnya kamu mencariku bangsat !!! Bukan pria berambut putih itu !! Berdiri !! Kalian bertiga berdiri!!!!" Kata Kila melepaskan tangannya pada rambut Yosef dengan menghentakkannya ke belakang
Ketiga pria berdiri dengan tubuh gemetar, sedikit semponyongan.
"Kalian bertiga serang aku seperti kalian menyerang pria berambut putih itu, ayooo majuuu!!!" hardik Kila dengan berapi-api
"Maafkan kami! Maafkan kami!!" pekik Yosef penuh ketakutan
"Maju brengsek! Tidak ada maaf-maafan!!! Jika kalian tidak maju, saya yang akan maju!" Baru setarikan napas setelah Kila menyelesaikan perkataannya dia langsung melompat bertumpu pada kaki kirinya dan melayangkan tendangan dengan lutut kanan ke arah dagu Yosef membuat pria bertinggi hampir 180 cm itu jatuh tersungkur seperti pohon pisang di tebang, setidaknya ada 5 giginya yang copot. Begitu kaki Kila kembali menapak dia menarik tangan kiri pria di samping Yosef menghentakkannya
"Krekkkk" bunyi patah di bagian siku pria itu, darah pun mulai keluar merembes dari sela-sela siku, tulangnya ikut menonjol keluar.
"Arrgghhhhhhhhhhh" teriak kesakitan pria itu
"Kepala di bayar kepala, tangan di bayar tangan!" Pekik Kila sambil melayangkan tendangannya ke arah tulang kering kaki pria ketiga
"Krekkkk" kaki pria itu patah tebu.
"Auwwwww, ampunnnn!!!" Teriak pria ketiga melolong terjatuh memegang kaki kanannya, cuma tiga jurus untuk 3 orang, jurus mematikan barusan dikeluarkan Kila selama bertahun di pelajari secara diam-diam
"Cihhh.... Lihat wajahku baik-baik" kata Kila mencengkeram kaos pria ketiga "namaku Aurora Kila, pria berambut putih itu milikku. Pria-pria di belakangku juga milikku. Ini yang kalian dapatkan karena telah berani mengganggu mereka. Ingat, saya adalah ketua dari Black Panther!" desis Kila dengan suara ditekan, lalu berdiri sambil menepuk kedua tangannya.
"Mas Windra" seru Kila, diikuti seorang pria membawa koper jinjing berwarna hitam berlari dari barisan para pria yang terdiam takjub melihat ketua mereka menghabisi tiga pria yang lebih tinggi dari tubuhnya dalam sekejap
"Ya boss" sahut Windra berdiri tepat di depan Kila
"Seperti biasa, biaya pengobatan, kompensasi, dan buat mereka tidak ada di pulau ini" kata Kila dengan tegas memerintah Windra yang bertugas sebagai pengacara Black Panther, biasanya akan ada surat perjanjian yang akan di tandatangani para korban itu, perjanjian yang membuat mereka tak akan berani menampakkan muka apalagi berani membalas dendam.
"Baik boss"
...
Hugo tidak tenang menunggu setelah ditinggal oleh Kila berapa jam yang lalu, bahkan ia hanya bisa menyentuh sedikit makan malamnya. Harusnya Hugo telah mendapatkan kabar terbaru tapi sepertinya kedua anggota Black Panther yang menjaganya di kamar memilih bungkam. Pasti sesuai instruksi Kila, tidak memberi informasi apapun kepadanya.
Tok tok !
Sontak Adhi dan Bina langsung berdiri melihat Kila datang menggunakan piyama memeluk bantal, dan membawa tas pakaian.
"Boss" seru Adhi dan Bina.
"Kalian bisa pulang, biar aku yang menjaga Hugo malam ini" perintah Kila dengan suara tenang, ada perubahan ekspresi yang sangat sangat drastis dari ketua mereka.
"Baik boss, kami pulang dulu"
"Jika aku tidak meminta kalian kesini, jangan ada yang datang!" Tambah Kila sebelum keduanya menghilang dari di balik pintu.
Hugo sedari tadi diam mengamati tubuh Kila dari atas ke bawah, tak ada luka sedikit pun dan cara berjalannya pun sempurna.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Kila sembari duduk di tepian tempat tidur Hugo
"Aku harusnya yang bertanya seperti itu"
Kila pun terkekeh, matanya berbinar menatap Hugo.
"Lihat aku, baik-baik saja bukan?" Balas Kila dengan tersenyum lebar sembari merentangkan kedua tangannya.
Amarahnya telah menghilang, pastinya ada korban sedang merintih kesakitan malam ini di atas senyum bahagia Kila, batin Hugo penuh keyakinan.
"Kamu dikasih obat apa?" Tanya Kila mengalihkan topik pembicaraan
"Di atas meja, aku belum minum"
Dengan sigap Kila meraih nampan kecil dan berisi aneka macam obat berbungkus warna perak, dengan tenang dia membaca satu persatu petunjuk pemakaiannya.
"Ini" kata Kila menjulurkan 4 macam tablet di tangan kanannya dan segelas air putih ditangan kirinya
"Thank you" gumam Hugo langsung menelan tablet berbagai macam warna itu.
"Aku minta ini" kata Kila mengacungkan sebutir tablet berwarna merah muda "obat penenang, biar tidur nyenyak"
"Keiii" seru Hugo namun terlambat, Kila langsung memasukkan tablet itu dalam mulutnya dengan cepat dan mengambil gelas dari tangan Hugo meminum air yang tersisa.
"Kamu tahu kan aku tidak bisa tidur di tempat baru" Kata Kila beranjak menuju saklar lampu dan mematikan lampu ruangan VIP tersebut.
"Good night Hugo" kata Kila menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang pas dengan panjang tubuhnya
"Kei...." panggil Hugo 5 menit kemudian.
"Tidurlah Hugo, lingkaran hitam di bawah matamu akan makin parah jika kamu tidak tidur" gumam Kila menarik selimut yang dibawanya dari rumah.
"Kei...." Panggil Hugo pelan dan menganggu.
"Hmmmm... Obat penenangmu kuat sekali Hugo, berhentilah, sebentar lagi aku sudah tak sadar"
"Aku tidak bisa tidur" rengeknya manja.
"Arrghhhh.... Katakan apa maumu" pekik Kila langsung terduduk dengan gusar, matanya sudah 1,5 watt, tubuhnya pun sudah ikut melemah karena reaksi obat itu.
"Tidurlah di sampingku" pinta Hugo dengan hati-hati.
Dalam keremangan kamar Kila menatap lurus ke arah pria yang terbaring dengan kepala terperban, tangan kanannya di gips, membuat hatinya tersentuh. Hugo tidak mempunyai keluarga di pulau dewata ini, satu-satunya yang bisa diandalkan, cuma Kila.
"Aku akan melukaimu jika kita berbagi tempat tidur" kata Kila memikirkan bagaimana jika dalam bawah sadar dirinya menendang pasien tak berdaya itu.
"Itu tak akan terjadi Kei, tolong temani aku"
"Baiklah" sahut Kila mengambil selimutnya, Hugo langsung bergeser ke bagian kanan memberikan tempat untuk Kila.
Agak canggung, karena ini pertama kali mereka bersentuhan intim dan tidur bersama.
"Kamu harus tidur sekarang Hugo" erang Kila menutup matanya
"Kei" bisik Hugo pelan
"Tuhan tolong, apalagi Hugo?"
"Kenapa kamu melakukan itu, membahayakan keselamatanmu demi aku. Kamu bisa kehilangan nyawa sia-sia"
"Buktinya tidak"
"Gimana kalau iya?"
"Hugo,.... aku rela mati 1000 kali demi kamu. Jadi diam dan tidurlah"
###
aloo kesayangan 😸,
author sedang encer2nya untuk Kila dan Hugo
jadi abang Keanu belum terpublish.
Happy Monday yah 🤘🏻
with love,
D 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
Kei...
apa matamu....!!
bisa diemm gak...?!!
2021-04-24
0
Nisaul
wow kei(kila) mantap
2020-11-04
3
💠Rhaenyra 🈂️s
serasi deh
2020-10-30
1