"Mana Kila?" Tanya Rui setelah mendapati Lika sendirian di dapur sedang menyiapkan sarapan.
"Hai Rui, selamat pagi.. Ke Jogja, Kila terbang jam 7 tadi" jawab Lika sambil berbalik menatap pria yang telah tinggal seminggu bersamanya.
"Jogja?"
"Yah, dia ada rapat perusahaan"
"Jadi, bagaimana dengan Lombok?"
"Berdua saja" sahut Lika "Kila kalau di Jogja bisa lama" lanjutnya mengingat saudara kembarnya itu di samping menghadiri rapat umum perusahaan furniture yang sekarang semakin besar, Kila juga bergantian menginap di rumah eyang uti dan opa oma.
Rui kemudian menarik senyum lebarnya dengan tatapan mata berjuta arti. Akhirnya dia bisa berduaan dengan Lika.
"Tunggu" kata Rui kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2 yang berdampingan dengan kamar Lika. Dia kemudian mengambil kotak persegi berwarna biru dari dalam kopernya.
Dengan senyum semringah Rui kembali ke dapur namun tak menemukan Lika, gadis yang dicarinya telah duduk bersantai di dekat kolam renang
"Lika, ini untukmu. Aku lupa memberikannya dari kemarin" kata Rui sambil menyodorkan kotak biru itu.
"Kado? Tapi aku tidak ulang tahun"
"Kado pertama dariku, kado pertemuan kita"
Jantung Lika berdegup kencang lagi, selama masa remaja ia lewatkan tanpa perasaan seperti ini, namun sejak bertemu dengan Rui jantungnya sering berdebar kencang, hati yang berdesir dengan sensasi ribuan kupu-kupu di dadanya.
"Bisa aku buka?" tanya Lika menengadah menatap mata Rui yang seperti mata kucing.
"Tentu saja" sahut Rui mengangguk kepada gadis yang wajahnya berseri-seri, tubuh indahnya dibalut dress kaos berwarna abu
"Cantik!" Seru Lika sesaat melihat isi kotak persegi adalah kalung design sederhana dengan bandul dua hati yang bertautan.
"Aku bantu pasangkan jika kamu mau pakai sekarang"
"Ya, aku mau" balas Lika sambil menaikkan rambutnya memberi akses kepada Rui, bibirnya menyunggingkan senyum indah merekah.
Rui mengambil kalung dari tadi tangan Lika dan memasangkan di leher jenjang gadis yang disukainya berpuluh tahun.
"Thank you Rui" kata Lika sambil tersipu malu, mukanya memerah, Rui kemudian meraih jemari Lika mereka saling berpandangan
"Kamu cantik Aura Lika" kata Rui sambil memamerkan senyum manisnya. Gadis pujaan berdiri di depannya tertunduk malu, yang sepertinya merasakan hal sama dengannya.
"Sandwich itu buat aku?" Tanya Rui melepaskan genggaman tangannya, sembari mengarahkan pandangannya ke meja samping kursi Lika.
"Iya" jawab Lika lalu memainkan bandul kalungnya.
Rui kemudian mendudukkan dirinya di kursi, dan menyeruput jus jeruk sembari melirik Lika. Gadis yang diimpiannya itu tidak tahu jika sejak pertemuan mereka 17 tahun yang lalu, Tante Rinjani rutin mengirimkan foto Lika dan Kila kepada mamanya. Dari situ juga ia tahu semua perkembangan Lika, gadis kecil yang selalu tertawa ceria kepadanya saat mereka berumur 4 tahun hingga dewasa pun masih tetap sama.
Lika bukanlah gadis pertama yang dekat dengannya, Rui pernah menjalani beberapa hubungan percintaan saat di bangku sekolah dan kuliah. Namun semua berakhir, dan akhirnya ia memutuskan untuk mengejar gadis yang selalu dimimpikannya.
Rui memantaskan diri dengan menyelesaikan program sarjana 5 bulan yang lalu. Sembari menunggu Lika mendapatkan ijazah strata satunya, ia membantu papanya mengurus bisnis perhotelan keluarga mereka.
Mamanya-lah yang sangat mendukung keputusan Rui ke Indonesia, entah apakah ada perjanjian antara mamanya dan Tante Rinjani hingga ia bisa melenggang mulus mendapatkan posisi sedekat ini dengan Lika.
"Kakak, nanti siang makan di rumah?" Tanya bibi Narti asisten rumah tangga mereka yang sedang menjinjing kantongan belanjaan yang diikuti Pak Imam suami Bi Narti, sopir pribadi ayah mereka.
"Iya bi, kami tidak keluar kok" balas Lika, menatap bergantian suami istri yang ikut dari Jogja ke Bali sejak kelahiran Lika dan Kila, mereka tinggal di bangunan terpisah di belakang rumah utama. Sebuah rumah berkamar satu dilengkapi dapur dan toilet.
"Bibi mau masak oseng pare dan ikan goreng, sambal pedes. Oke?"
"Sippp" seru Lika mengacungkan jempolnya
Bibi Narti pun tersenyum puas dan berlalu menghilang ke dalam rumah. Kakak dan adek seperti majikannya, Radit dan Rinjani tidak memilih-milih makanan, sekuarga adalah pecinta masakan rumahan.
"Hei, aku bisa bocor jika dipandangi terus" protes Lika membalas tatapan Rui
"Sorry, kamu ...."
"Apa?"
"Gak papa. Lika apa rencanamu ke depannya?" Tanya Rui mulai mengorek mencari informasi secara langsung
"Aku ingin melanjutkan kuliah, di luar negeri. Seperti ibu kita, aku ingin merasakan tinggal di negara orang, bukan sekadar berlibur. Mungkin ilmu adalah nomer kedua, tapi yang utama aku ingin merasakan hidup mandiri"
"Ke mana?" Tanya Rui lagi
"Belanda. Kami sering liburan ke luar negeri tapi menurutku di sana paling nyaman dan dekat kemana-mana"
"Baiklah aku juga akan ke Belanda"
"Ehh? Kenapa?"
"Karena aku ingin terus berada di dekatmu" jawab Rui ringan, namun membuat Lika salah tingkah dengan jantung serasa bergeser dari tempatnya.
...
Keesokan harinya.
Lika baru memutuskan panggilan video call dengan ayah dan ibu yang sedang berada di Lyon, France. Kedua orang tuanya mengatakan akan memperpanjang liburannya, dan akan ikut wisata kapal pesiar menuju benua antartika. Gila bukan?
Ayah dan ibunya menikmati honeymoon entah yang ke berapa, selama 21 tahun usia Lika, dia sangat mengagumi keharmonisan Radit dan Rinjani. Ayah yang sangat mencintai ibu, tak pernah bertengkar apalagi berbuat kasar, biasanya cuma ibu yang cerewetin ayah.
Cinta yang tak pernah padam dan tidak pernah malu memperlihatkan adegan romantis kepada anak-anaknya. Mungkin itu juga yang membuat Lika tidak begitu tertarik dengan lawan jenis saat menginjak masa remaja, standar cowoknya terlalu tinggi. Dia harus seperti ayah !
Tok tok !
Dengan sigap Lika membuka pintu, Rui telah siap dengan pakaian pantai, kaos tipis dengan celana pendek motif hawai. Baru tiga jam lalu mereka tiba di Lombok, dan sekarang mereka akan menikmati suasana pulau tanpa kendaraan bermotor itu.
"Ayo, kita lihat sunset" kata Rui dengan mata berseri-seri sembari mengulurkan tangannya
Lika berbalik mengambil ponsel dan mengunci kamar, baru menyambut uluran tangan Rui dengan malu-malu. Mereka saling berpandangan dan kemudian saling melemparkan senyum termanisnya.
"Itu ibu" kata Lika menunjuk gunung besar nan kokoh di depan mereka.
"Ibu?"
"Rinjani. Nama gunung itu Rinjani" jawab Lika tersenyum indah merekah, menurut ibu yang memberi nama Rinjani adalah Opa, yang dulunya opa adalah seorang pendaki gunung yang handal saat berkuliah, semua gunung tinggi di Indonesia telah didakinya.
"Cantik" gumam Rui, dalam hati ketiganya cantik. Gunung Rinjani, Tante Rinjani dan Lika pastinya
"Kila sudah pernah ke puncaknya, aku tidak berani. Tidak berani mendaki" kekeh Lika.
"Aku suka mendaki. Kamu ingin saya temani ke puncaknya? Tapi harus kamu latihan lama" ujar Rui sambil memandangi tubuh Lika yang kencang tapi sepertinya tidak pernah berolahraga berat
"Tidak tidak" ucap Lika sambil menyilangkan kedua tangannya "aku cukup melihatnya dari sini, kadang ada kecantikan lebih baik di lihat dari kejauhan"
Tawa Rui meledak, gadis ini pintar menutupi kekurangannya dan terkesan lucu. Dia semakin menyukai pribadi Lika.
"Ayo kita foto bersama" seru Lika mengalihkan perhatian Rui
"Biar aku yang pegang ponselnya" kata Rui lalu memposisikan tubuhnya merunduk, kakinya dilebarkan mengingat selisih tinggi badan mereka cukup jauh
"Backgroundnya yang penting" kata Lika membantu mengarahkan letak ponsel mengambil sudut yang sempurna, Rui, dia dan gunung Rinjani.
Setelah mengambil beberapa pose, dan berfoto sendiri, mereka memutuskan mengirim foto terbaik kepada orang tua masing-masing
...
Lika menarik selimut berwarna putih menutupi tubuhnya, di dadanya menunjukkan reaksi yang pertama kali dirasakannya bahagia, berdebar, jantungnya berdegup sangat kencang, di bibirnya tersungging senyum lebar memperlihatkan semua giginya. Ini di karenakan 20 menit lalu Rui menyatakan cinta di depan pintu kamar Lika.
"Aku menyukaimu Lika.. dan aku tahu kamu menyukaiku juga" kata Rui dengan pelan sambil menangkup wajah Lika, kedua mata mereka saling menyelami hingga ke dasar hati
"Aku tahu ini pengalaman pertamamu dekat dengan laki-laki, walau terlalu dini untuk meminta tapi aku ingin jadi yang terakhir pula. Aku bersungguh-sungguh dengan perasaanku kepadamu. Jadi, kamu mau jadi kekasihku?"
Lika tanpa ragu menganggukkan kepalanya, ia juga mencintai Rui. Pria itu membuka hatinya di saat yang tepat, keakraban yang tercipta dengan cepat di antara mereka. Bukan perasaan seorang sahabat, namun ketertarikan hati saat pertama kali bertemu. Pribadi Rui yang sopan dan romantis membuatnya tergila-gila. Semakin kesini Lika selalu mendamba untuk sekadar berdekatan dengan Rui, entah hanya mendengar suara pria itu atau lebih dari itu. Merasakan genggaman hangat dan kokoh jemari Rui.
Cuma berapa detik setelah anggukan Lika, Rui pun mendekatnya wajahnya. Dengan lembut menyentuhkan bibirnya ke bibir Lika, sebuah kecupan ringan menandai hak kepemilikan dan momen ciuman pertama gadis itu di ambil oleh Rui.
"I love you Lika" gumam Rui kembali mencium bibir Lika, kali ini lebih dalam pagutan lembut. Ia mengerti, harus lebih sabar untuk mengajari teknik berciuman kepada kekasihnya yang minim ilmu. Namun Rui punya banyak waktu, ia hanya butuh bersabar.
...
Lika meraih ponselnya dan mengirimkan pesan ke Kila
"Coba tebak dek ?"
Tak lama Kila langsung membalas
"Apa sih kak? Adek bukan dukun"
Lika "kakak barusan jadian dengan Rui" dengan ikon tersipu malu
Panggilan telepon sepersekian detik kemudian dari Kila
"Kakakkkkkk" pekik suara di ujung telepon
"Yaaaa, hahahahaha"
"Jadiii?"
"Kami pacaran sekarang"
"Terus?"
"Kami ciuman"
"Ahhhhhhh kakakkkkk sudah orang dewasa sekarang" tawa Kila membahana di telinga Lika "gimana rasanya?"
"Rasanya gimana yah, bikin berdebar kencang. Kakak tidak bisa tidur rasanya"
"Selamat yah kak yang langgeng" seru Kila lagi disertai gelak tawa bahagia
Mereka berbincang sejam kemudian membahas perasaan Lika yang berbunga-bunga, mengulang-ngulang tanpa rasa bosan momen Rui menyatakan perasaan, pria yang menjadi kekasihnya.
Aku ingin mencintaimu
Lebih banyak dari debar
Lebih besar dari sabar
Lebih lama dari selamanya.
aksara tua -
###
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Hesti Pramuni
wuuiiihh senengnya yg baru jadian...
si othor to the point ya?
buka tikungan gak...?
2021-04-24
0
Dianalismiati
sy mnyukai ceritamu Thor ,😘😘😘😘
2020-11-14
0
👑 ☘s͠ᴀᴍʙᴇʟ͢ ᴍᴀᴛᴀʜ💣
Sy trharu, sy bahagia ktmu km lg, tor... sy keingetan lg kisah rinjani n radit. rasa cinta yg tak lekang oleh waktu... trbayarkan dlm kesabaran dan usaha serta doa penuh kepasrahan. kisah yg ckp mggetarkn🤗😍
2020-10-06
1