Tertawan Masa Lalu
Di bawah langit cerah yang sedang memancarkan sinar bahagianya bersama langit biru, cahaya mentari pagi menyinari bangunan rumah megah bercatkan putih dengan perpaduan hitam yang manis. Sosok seorang pria bermanik hazel, memiliki postur tubuh tinggi dengan otot-otot tangan yang kekar berdiri di depan sebuah mobil mewah berwarna hitam, dia sedang merapikan penampilannya, mengatur jam tangannya selurus ruas-ruas jarinya.
Bola matanya yang kecil namun tajam itu menyisir setiap sudut pagar tinggi rumahnya, lalu dia melempar pandangannya kembali masuk ke dalam rumahnya. Dia kembali berayun ke dalam rumah itu, berjalan menyusuri keramik-keramik putih mengkilap menghampiri seorang wanita berambut coklat keemasan panjang dengan ujungnya yang ikal, wanita itu tengah menyantap sehelai roti dengan selai coklat yang manis.
"Hari ini pergi kemana?"tanya pria berumur 30 tahun itu.
"Kemanapun aku pergi, bukannya kamu gak peduli,"sahut wanita di hadapannya yang tengah mengenakan baju tidur berwarna merah.
"Bisa langsung jawab kan, gak usah melipir kemana-mana,"sahut Royyan. Dan kini dia menjatuhkan dirinya di kursi depan istrinya Almira.
Almira mendelik kesal, memasang muka cemberutnya seraya terus mengunyah roti, lalu dia meneguk segelas susu hangat di samping piring putih dengan ukuran lumayan besar, dan dia segera meletakkan gelas itu di atas meja panjang dengan balutan kain putih corak abstrak.
"Mau kerja kan? Yaudah sana pergi, kan kamu gak mau kita keluar barengan biar gak ketahuan publik, udah sana pergi."Almira mangkir dari pertanyaan suaminya dan tetap melanjutkan sarapan paginya.
"Jawab dulu bisa kan,"tegas Royyan kembali berdiri dan merapikan jas hitam yang dipakainya.
Almira ikut berdiri karena makanannya sudah habis begitupun dengan segelas susu hangatnya, dia berjalan mendekati suaminya yang selalu memasang muka serius dengan tatapan tajam itu. Seraya melipat kedua tangannya di depan, dia melewati Royyan tanpa menjawab pertanyaan sang suami.
"Jawab dulu!"tegas Royyan seraya menarik salah satu lengan Almira sehingga wanita dengan tubuh ramping itu kehilangan kendali dan terjatuh ke dalam pelukan Royyan, segera pria dengan bulu mata lentik itu melingkari pinggang sang istri dengan jari-jarinya.
Almira terperanjat. Dia membuntang lantas mendongakkan wajahnya menyisakan beberapa helai rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Dia menggertakkan giginya berusaha melepaskan diri dari genggaman suaminya, namun Royyan dengan tegas kembali menjatuhkan Almira kembali dalam pelukan tangannya.
"Lepasin! Apaan sih kamu, lagian kamu emang gak pernah peduli aku kemanapun itu,"bentak Almira menajamkan mata kecilnya itu.
"Jawab!"
"Iya, oke aku jawab"
Setelah mendengar jawaban tegas dari Almira, pria dengan rambut klimis itu segera melepaskan Almira dan membiarkannya berdiri dengan kedua kakinya sendiri.
"Aku mau ke toko guci keramik yang ada didekat mall pusat, bareng Mami juga karena kita mau beli hadiah buat kak Aneu, dah jelas,"papar Almira menerjalkan pandangannya pada sang suami.
"Oke!"jawabnya singkat, lalu kembali berayun keluar dari rumahnya.
Almira membuntang lagi, lalu meninju angin di sekitarnya sembari menghentak-hentakkan kakinya kesal sehingga rambut lembutnya mengibas kemana-mana karena angin yang menerobos masuk ke dalam rumah mewahnya itu.
"Dasar cowok gak jelas, kalau gak peduli ngapain pake nanya-nanya sih, ih bikin hari gue makin buruk aja,"Almira menggerutu, kemudian dia memutar tubuhnya melanjutkan langkahnya menuju lift rumah yang ada di sebelah kanan ruang makan.
"Bunuh suami sendiri dosa gak sih."lanjutnya kesal memasuki lift dan menekan tombol lantai rumah yang ditujunya.
Di samping itu, Royyan dalam perjalanan ke kantornya terduduk tenang di dalam mobilnya bersandar ke belakang dan memejamkan matanya seraya melipat kedua tangannya di depan, setelah dia memasang headset tanpa kabel ke telinganya sedangkan ponselnya dibiarkan menyala di samping kirinya, yang sedang melakukan panggilan telepon dengan seseorang.
"Awasi istri saya, sebentar lagi dia keluar dari rumah menuju toko guci deket mall pusat, jangan sampai lengah,"ucapnya pada seseorang itu.
"Baik pak, saya akan awasi istri bapak dengan baik,"sahutnya.
"Oke."balas Royyan yang segera mematikkan panggilan teleponnya.
Mobil hitam keluaran terbaru dari merek terkenal itu melesat menerobos angin dan juga beberapa mobil-mobil sejenisnya di depan, merasuki setiap ruas jalanan dengan kecepatan sedang karena jalanan agak padat hari ini. Jalanan di Jakarta pusat rasanya selalu dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan pribadi yang menuju lokasi perkantoran dan ada pula yang memang hanya sekedar mencari sarapan pagi.
Di depan kantor dengan bangunan gedung yang menjulang tinggi menembus awan itu, mobil Royyan terparkir di parkiran khusus para atasan perusahaan itu, salah satu perusahaan properti terbesar di Jakarta, Royyan berjalan dari parkiran menuju pintu utama perusahaan tersebut.
"Untuk meeting hari ini sudah kamu persiapkan?"tanya Royyan pada sekretaris pribadinya yang sedari tadi mengikuti langkahnya ; Royyan terus mengayuh langkahnya memasuki area gedung tempatnya bekerja.
"Semuanya sudah siap pak, bapak mau langsung ke ruangan meeting atau mau ke ruangan bapak dulu,"jawab Adrian sembari menenteng buku catatan kecil dan juga beberapa map yang ada di tangannya yang lain.
"Oke. Saya ke ruangan dulu,"
"Baik pak."
Royyan dan Adrian berjalan dengan cepat menuju ruangan pribadinya yang berada di lantai 15, sementara itu Adrian tetap mengikuti langkah Royyan memasuki ruangan pribadinya yang cukup luas itu. Lekas Adrian menyimpan berkas-berkas yang akan dipelajari oleh Royyan segera dia letakkan di atas meja di depan bos-nya itu.
"Silahkan bapak pelajari dulu, dan saya akan menyiapkan ruangan meeting-nya,"papar Adrian sopan, sembari dia menundukkan wajahnya santun.
"Baik. Terimakasih."sahut Royyan singkat, dengan bola matanya yang tidak lepas dari kertas-kertas putih di genggamannya.
Searah dengan jarum jam, Adrian melipir keluar dari ruangan Royyan, dia kayuh langkahnya menuju lift terdekat dari lantai itu, masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka tujuh, sesuai dengan tujuan kakinya kali ini.
Menyisir setiap tempat yang terjangkau oleh kekuatan penglihatannya, di sana Adrian melihat sosok wanita berkulit putih bersih sedang mendekatinya, hanya saja wanita itu menutupi seluruh wajahnya dengan masker, topi dan juga kacamata hitam, sedangkan rambutnya dibiarkan terurai dan juga tertiup angin-angin yang berasal dari pendingin ruangan.
"Selamat siang bu, silahkan mari saya antar,"ucap Adrian begitu saja, dia tahu siapa wanita yang menyembunyikan wajahnya itu.
Lekas Adrian memandu Almira kembali ke lantai 15. Adrian membukakan pintu ruangan Royyan untuk Almira, sedangkan dirinya tetap berdiri di depan pintu menunggu Almira selesai dengan urusannya bersama Royyan.
"Nih kata Mami,"celetuk Almira menyodorkan sebuah undangan kertas bergaya klasik mewah di hadapan Royyan.
Spontan Royyan membeliakkan matanya dan segera berdiri, mendekati Almira dan meraih salah satu tangan Almira, digenggamnya erat namun tetap ada kelembutan di dalamnya.
"Kamu ngapain ke kantor, gimana kalau ada yang lihat kamu masuk ke kantor ini, di sini gak ada yang tahu kalau kita suami istri,"bisik Royyan melukis wajahnya dengan sangat serius.
"Apa sih. Lagian aku pake masker, topi sama kacamata juga, gak bakalan ada yang sadar juga, emangnya kenapa sih, sebegitu malunya kamu nikah sama aku,"sergah Almira menarik tangannya dari genggaman Royyan secara kasar.
"Bukan! Udahlah gak usah dibahas, kamu ngapain kesini,"tepis Royyan mangkir dari pertanyaan Almira.
"Tuh.. udah ya mau balik,"jawab Almira seraya membuka masker penutup hidung dan mulutnya itu turun ke bawah dagu seraya dia melangkah pergi.
Fokus Royyan tetap pada Almira, dia segera berlari memblokir jalan Almira dan segera membenarkan masker Almira agar menutupi wajahnya dengan sempurna sehingga tidak ada yang mengenali sosok Almira.
"Royyan!"tegas Almira menepis tangan Royyan dari wajahnya.
Dengan sigap Royyan menggenggam kedua lengan Almira di belakang tubuh istrinya itu, memblokirnya agar wanita berambut panjang itu tak mampu menghentikkan aktifitasnya.
"Tutupi wajah kamu dengan sempurna, jangan sampai kelihatan kalau kamu mendatangiku,"tuturnya seraya memperbaiki masker Almira.
"Emangnya kenapa sih, aku jelek! Sampai kamu gak mau semua orang tahu,"
"Ssstt!"desis Royyan meletakkan jari telunjuknya di atas masker Almira tepat di depan bibir istrinya itu.
"Kamu cantik! Jadi tutupi wajah kamu,"
"Apaan sih, kagak jelas."sahut Almira memalingkan wajahnya dari Royyan.
Lantas Royyan melepaskan tangannya dari tangan Almira dan juga memundurkan langkahnya segera, kemudian dia memutar tubuhnya dengan cepat kembali ke kursi kerjanya. Sedangkan Almira merengut seraya memicing kesal, memutar kenop pintu ruangan Royyan dan juga menutup pintu itu sedikit keras.
"Sudah selesai bu?"tanya Adrian sopan.
"Hmm.."gumam Almira mengangguk sembari menancapkan sorot matanya pada Adrian.
"Mari saya antar bu."tawar Adrian menjulurkan satu tangannya mempersilakan Almira berjalan lebih dulu.
Almira tidak menjawab, dia mengambil langkah besar mendahului Adrian, lantas dia pun tertunduk melangkah ke depan meninggalkan ruangan Royyan bersama Adrian, menuju lantai satu gedung megah itu.
Sesampainya di lantai satu, Almira yang mengenakan gaun cherry blossom di bawah lutut dengan lengan panjang menutupi sikutnya sedikit berlari masuk ke dalam mobil pribadinya yang dibawa oleh seorang sopir. Royyan sengaja menyediakan sopir untuk istrinya, agar dia lebih mudah melacak keberadaan sang istri.
Adrian berdiri di depan pintu utama memperhatikan pantat mobil Almira meninggalkan gedung perkantoran. Setelah mobil Almira tak nampak lagi, Adrian berputar membawa dirinya kembali mengunjungi lift, ada banyak kerjaan yang harus dia kerjakan. Belum habis dia melahap keramik-keramik putih di lobi itu, dia sudah dikunjungi beberapa orang yang mengenalnya, sepertinya mereka sangat ingin mengetahui siapa Almira sesungguhnya.
"Rian! Siapa itu? Ketemu sama siapa? Sama pak bos besar?"tanya seorang pria berpakaian rapi dengan jas coklat dan kemeja hitam klimis.
"Kepo lu,"sahutnya singkat seraya melajukan langkahnya lagi.
Ketiga orang itu terus berjalan mengekori langkah Adrian yang memasuki lift, dan menekan angka 7, ruangan meeting belum dia selesaikan karena terhalang kedatangan Almira tadi.
"Ah elah Rian, kan kita pengen tahu."timpal salah satu diantara ketiga orang itu.
"Pamali kepo sama urusan bos sendiri, udah sana kerja."jawab Adrian tetap pada pendiriannya untuk menatap lurus ke depan seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Gak asik lu"
"Gua lagi kerja makanya gak asik"
"Dih udah gila nih anak, kerjaan lu banyak ya sampai otak lu oleng."
Perlahan bibir kecil Adrian menyeringai, melukiskan senyuman tipis seraya menunduk, dan kembali memasang wajah serius setelah pintu lift itu terbuka. Setelahnya Adrian mengambil langkah besar, berayun ke ruangan meeting. Sebuah ruangan dengan dinding kaca anti peluru dan juga kedap suara, bahkan pintunya pun terbuat dari kaca, hanya ada sebuah stiker abu di tengah-tengahnya dengan corak nama perusahaan Royyan yaitu Rain Corporation.
Meja bundar dan panjang itu nampak sudah bersih dan rapi lengkap dengan kursi hitam yang mampu berputar itu berdiri di depan meja. Sedang di depan sudah terdapat layar besar dengan podium putih di sampingnya lengkap dengan laptop di atas podium itu.
Meeting dimulai. Seluruh jajaran karyawan yang terlibat dalam proyek ini sudah masuk satu persatu ke dalam ruangan tersebut dan duduk di kursinya masing-masing menunggu Royyan mengunjungi ruangan tersebut. Tak perlu waktu lama Royyan segera datang menghampiri dan Adrian senantiasa di belakang Royyan membawakan beberapa keperluan untuk meeting hari ini.
"Bu Almira sudah sampai di rumah dengan selamat bersama nyonya besar tuan, semuanya aman terkendali, bu Almira tidak menemui siapapun, beliau hanya mengunjungi toko guci itu, bahkan bu Almira tidak melepas masker dan topinya, bu Almira hanya melepaskan kacamatanya."tulis seseorang pada pesannya yang masuk langsung ke ponsel pribadi Royyan.
Mendapatkan pesan itu, senyum Royyan terbit dengan ceria seraya dia masuk ke dalam ruangan meeting, dan dia segera berdiri di belakang podium untuk segera memulai meeting tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Amelia
aku mampir Thor ❤️👍
2024-05-13
0
Rere Sativa
aku udah mampir.. nanti di lanjutkan..
yuk barter☺☺
2023-10-04
0
sheisca_4
aku keep dulu yaa
2023-09-09
0