Kabut embun lebih cepat menaik dan menguap menjadi sinar matahari, daerah perkotaan, matahari lebih cepat datang naik dan menyatu bersama langit dan para awannya. Sinar mentari pagi menyorot salah satu sekolahan dengan kegagahan cahayanya, satu persatu siswa siswi memasuki area sekolah dengan penuh semangat. Banyak siswa yang berlari-lari demi masuk gerbang sekolah lebih cepat dibanding mereka harus berjalan menikmati sejuknya pagi yang perlahan menjadi hangat.
Bangunan sekolah yang megah itu memiliki lebih dari tiga puluh kelas dan puluhan ruangan lain sebagai fasilitas sekolah termasuk ruang seni musik, lab kimia, lab komputer dan ruangan untuk guru beserta jajaran terasnya. Sinar mentari mengikuti langkah seorang gadis yang sudah memakai pakaian sekolah dari sekolah yang sedang dia pijaki saat ini. Wanita berambut panjang lurus itu memasuki area kantor untuk menemui salah satu guru yang mengatur administrasi semua siswa-siswi yang ada disana.
"Mulai hari ini kamu sudah jadi bagian sekolah ini ya."ujar guru wanita di hadapan Elshara.
Elshara yang tengah berdiri dan menunduk, lekas mengangguk setelah mendengar ucapan guru yang memakai kerudung dengan gaya lilit di lehernya itu, seraya dia melukiskan senyuman indahnya.
"Baik bu, terimakasih."sahut Elshara kemudian.
"Kamu ikut pak Dirga aja ya, soalnya kamu masuk kelas 11.IPA.8."ungkap guru itu lagi.
"Iya bu."sahut Elshara singkat dengan tetap melontarkan senyuman manisnya.
Seorang guru pria berbadan tinggi namun dengan berat badan kecil itu beranjak dari kursinya dan mengajak Elshara untuk mengikutinya. Tak perlu menunggu lama lagi, Elshara sudah sangat memahami perintah pak Dirga itu. Lekas dia kayuh langkahnya mengikuti kemanapun pak Dirga melangkah.
Sampai di satu ruangan kelas yang nampak hening, tidak seperti kelas lainnya yang membuat kegaduhan. Kelas ini nampak tenang dan tertib. Pak Dirga masuk ke dalam kelas lebih dulu; Elshara terdiam di luar ruangan kelas tepat di dekat pintu masuk ruangan kelas tersebut.
"Pagi semuanya."sapa pak Dirga berdiri di depan semua murid-murid kelas itu.
"Pagi pak Dirga...."sahut semuanya serempak.
"Oke. Hari ini kita kedatangan anggota kelas baru, tolong kalian berteman dengan baik ya."ungkap pak Dirga.
Hening. Satu pun tak ada yang menjawab ucapan pak Dirga barusan. Pak Dirga melempar pandangannya keluar kelas, menatapi dua pasang mata yang sudah lama menunggu perintahnya. Pak Dirga mengangguk, sebagai isyarat perintah Elshara untuk segera memasuki area kelas.
Dengan langkah terbata-bata Elshara memasuki kelas dan berdiri di depan semuanya. Tiba-tiba bola mata Elshara membulat kala melihat tiga pasang mata yang tak lagi asing di matanya. Dirta dan Ajun duduk di kursi paling depan dijajaran kedua dari lima jajar, sehingga mereka bisa bertatapan secara langsung, sedangkan Royyan berada di belakangnya tengah tertunduk dengan mata tajamnya yang khas.
"Ha-lo semuanya. Aku Elshara Daniar, salam kenal semuanya."ungkap Elshara memperkenalkan diri.
"Hai."sahut semuanya kompak, kecuali Royyan.
Bibir pria dengan hidung lancip itu sama sekali tidak bergerak, bahkan matanya pun tak lepas dari buku-bukunya, sedangkan satu tangannya menopang dahinya yang mulus.
"Kursi kosong cuman ada di samping Royyan, gak papa kan Elshara duduk di samping kamu."tanya pak Dirga pada Royyan.
Mendengar namanya dipanggil, Royyan mendongak. Kemudian menyeringai kecil seraya mengangguk pelan.
"Oke! Silahkan El duduk aja."titah pak Dirga kemudian.
"Iya pak, terimakasih."
Kaki Elshara berayun mendekati Royyan dan segera duduk di samping Royyan yang telah kembali dengan bukunya. Di detik selanjutnya pelajaran dimulai, Elshara mengambil buku catatannya dan dia letakkan di atas meja di hadapannya. Dia terdiam saat semua anggota kelas itu membuka buku paket pelajaran yang sedang di bahas.
"Pakai berdua aja, fokus."ucap Royyan seraya menyodorkan buku miliknya dia simpan di tengah-tengahnya.
"Makasih."ucap Elshara merasa tertolong.
Pelajaran fisika membuat seluruh energi anggota kelas itu kehilangan semangatnya untuk menyambut pelajaran selanjutnya. Beruntungnya diantaranya ada jeda istirahat satu jam untuk mengisi energinya kembali. Wanita berambut hitam berkilauan itu kembali menyerana duduk seorang diri di kursinya, dia menatapi semua orang yang telah keluar dari kelas dengan teman-temannya.
Di belakang ada sebuah loker untuk setiap anggota kelas, termasuk untuk Elshara. Ada seorang wanita berambut pendek dan memakai seragam yang masih rapi, tidak seperti teman-temannya yang lain, seragamnya sudah berantakan tak terkendali. Lekas wanita itu menghampiri Elshara yang masih enggan untuk enyah dari kursinya.
"Kamu gak mau makan siang?"tanyanya tanpa ragu, sambil dia mendudukan dirinya di kursi Royyan.
"Iya nanti aku makan."sahut Elshara sungkan.
"Ayo kita makan, jangan sendirian. Udah ayo cepet."ucapnya lagi segera berdiri dari kursi Royyan.
"Kamu kenapa terburu-buru."tanya Elshara bingung.
"Ini kursi si makhluk es, kalau ketahuan aku duduk di kursinya bisa murka dia, udah ayo kita makan,"ajaknya lagi.
"Oh gitu. Yaudah ayo kita makan,"
Akhirnya Elshara menyetujui untuk makan bersama wanita itu. Keduanya melenggang ke kantin sekolah yang berada di lantai satu, sedang kelas 11.IPA.8 berada di lantai tiga gedung sekolah tersebut.
Kantin sekolah dengan tipe prasmanan kali ini menyediakan makanan sehat bergizi, nasi, ayam goreng, sambal bawang, sambal kentang ati ampela, dan beberapa makanan penutup seperti buah-buahan dan puding coklat dan juga susu.
Elshara dengan wanita yang benama Nanda itu mengambil kotak makan dan mulai berayun mengambil makanan yang dia inginkan. Lebih tepatnya ada pekerja yang menyendokkan makanan itu ke dalam kotak makan itu.
"Kamu sampai kapan di Indonesia?"tanya Nanda seraya dia mengambil susu pisang sebagai makanan penutupnya.
"Sampai lulus dong. Lagian kan Papa aku bisa bolak-balik Paris sendirian sama Mama, aku gak perlu ikut,"jawab Elshara mengekori Nanda.
"Oh gitu. Iya sayang banget kamu udah berhasil masuk sekolah ini, masa harus pindah lagi. Bayaran di sekolah ini mahal."sahut Nanda sedikit berbisik.
"Hehehe."
Keduanya beringsut memilih tempat duduk yang nyaman untuknya. Mereka duduk saling berhadapan di arah jarum jam sembilan. Kursi dan meja panjang yang berwarna putih menjadi pilihan yang tepat untuk Nanda dan Elshara. Kotak makan itu bersura nyaring saat mendarat diatas meja kantin bersamaan dengan Nanda dan Elshara duduk di kursi.
"Hai El!"sapa Dirta yang kebetulan melintas di dekat mereka seorang diri.
"Hai!"balas Elshara menyeringai manis.
Dirta membelokkan tubuhnya duduk di dekat Nanda tepat di depan Elshara, dia melipat kedua tangannya di atas meja seraya mendongkan wajahnya sedikit ke depan. Nanda menggerakkan bola matanya heran, dia merasa aneh sekaligus tidak nyaman dengan situasi ini. Hal langka dia bisa duduk berdekatan dengan seorang Dirta yang merupakan salah satu penguasa sekolah.
"Kemana temen-temen kamu, kok gak kelihatan?"tanya Elshara tenang, tidak seperti Nanda yang nampak terus mengatupkan bibirnya seraya mencengkeram sebuah sendok.
"Mereka masih main basket di lapangan."sahut Dirta dengan senyuman tampannya.
"Kamu gak ikutan?"tanya Elshara lagi.
"Udah. Cuman udah keburu capek."
"Oh gitu. Gak makan kamu,"
"Iya. Nanti aja, duluan ya.."Dirta beranjak dari kursi seraya merapikan pakaiannya yang sedikit kusut.
Elshara mengangguk dengan senyuman tipis. Sedang Dirta sudah berdiri di samping Nada dan Elshara sudah keluar dari kursinya.
"Oke bye ya. Bye Nan!"pamit Dirta berlari dari sana keluar dari area kantin.
Nanda terkejut. Dia tidak menjawab, Nanda malahan membeliak merasa aneh dengan sikap Dirta padanya. Selama ini tak pernah sekalipun Nanda bisa berbincang dengan Dirta ataupun Royyan, kecuali Ajun yang memiliki sifat mudah akrab dengan siapapun.
"Lega...."celetuk Nanda yang segera menyuapi mulutnya dengan makan siang kali ini.
Elshara tertawa kecil, lalu mengikuti langkah Nanda untuk mulai memakan makanannya. Tapi sebelumnya dia terlebih dulu meneguk air putih yang di bekalnya dari rumah.
"Kenapa? Kok kamu kayak yang gak nyaman gitu sama Dirta, dia baik lo, kecuali si Royyan itu, kalau dia aku juga takut."papar Elshara semakin melahap makan siangnya.
"Dirta sama Royyan itu powernya sama, bukan cuman berasal dari keluarga kaya raya aja tetapi sifat mereka emang mahal, ya emang lebih gila sifat Royyan."sahut Nanda penuh semangat.
"Mereka disegani ya disini."tanya Elshara mencoba mencari semua hal yang ingin dia ketahui.
"Ya. Royyan, Dirta dan Ajun. Mereka disebut sebagai penguasa sekolah, tapi mereka gak bully orang kok, justru mereka menyingkirkan para pembully, jadi sekolah ini aman. Diantara mereka bertiga, aku cuman berani sama Ajun, karena dia anaknya asyik gak terlalu keras kayak kedua temannya"beber Nanda menjelaskan apa yang dia ketahui.
"Hmm.."gumam Elshara mengangguk.
Secara lamban, kantin mulai sunyi. Satu-persatu siswa-siswi mulai berpencar meninggalkan kantin dengan kawan-kawannya. Jam istirahat telah usai. Meriak kesana-kemari menganjurkan langkahnya kembali ke kelas masing-masing, begitupun dengan Nanda dan Elshara ikut serta dalam gelombang semua orang keluar dari kantin.
Hari pertama berakhir dengan baik. Tak ada masalah ataupun hal-hal yang tidak diinginkan layaknya hujan yang berjatuhan di seluruh muka bumi ini dengan di hantui oelh sinar matahari yang sewaktu-waktu akan bersinar dengan ganas.
Di hari berikutnya Elshara bersekolah dengan damai dan juga mulai dekat dengan sang penguasa sekolah, termasuk Nanda yang ikut masuk ke dalam kedekatan Elshara dengan Ajun, Royyan ataupun Dirta. Kumpulan waktu berkumpul disatu titik dimana semuanya saling dekat satu sama lain.
Perpustakaan sekolah ini bak perpustakaan kota yang memiliki banyak buku, ribuan buku menjadi penghuni perpustakaan ini dengan penuh suka cita. Bukan hanya buku pelajaran, tetapi berbagai macam buku pengetahuan diluar pelajaran pun ikut menjadi penghuni perpustakaan ini.
Elshara berjalan di salah satu lorong perpustakaan ini di dampingi oleh Dirta, mereka menyusuri lorong ke lima dari lima belas lorong dari perpustakaan tersebut. Seraya memeluk beberapa buku yang telah mereka temukan untuk mata pelajaran yang akan mereka pelajari esok hari.
"Ini aja kan bukunya, udah berat banget tahu bukunya,"gerutu Elshara mengerutkan bibirnya.
"Iya itu aja dulu, kalau emang butuh banyak buku lagi tinggal datang lagi besok kesini,"balas Dirta seraya mengambil alih buku-buku yang bertumpuk di atas tangan wanita berambut panjang hitam itu.
"Makasih. Baik banget ih kamu, tahu aja kalau aku udah capek megang buku-buku itu,"ungkapnya, seketika bibirnya yang berkerut itu berubah dalam hitungan detik menjadi senyuman manisnya.
"Hmm...."Dirta bergumam yang kemudian menerbitkan senyumannya.
Tak jauh dari jangkauan pandangan keduanya, ada se-sosok wanita cantik dengan rambut sebahu dan juga perona bibir peach yang menyatu layaknya warna bibir alami, dengan beberapa temannya berdiri dengan dada melebar angkuh di hadapan seorang wanita berambut kepang, memakai kacamata dan juga rok panjang.
"Kerjain tugas gue sekarang juga! Gua mau hari ini selesai,"gertak wanita dengan bando cantik di kepalanya itu sambil menyodorkan buku latihannya denga kasar dipukulkan ke lengan wanita di hadapannya.
"Ta-tapi kan i-itu tugas kamu, ke-kenapa aku ya-"sahut wanita yang tengah memeluk rasa takut seraya mencengkeram buku-bukunya dengan erat.
"Berisik banget sih lu cupu, gua bilang kerjain ya kerjain, gak usah banyak bacot."potongnya.
Sedangkan ke-empat temannya yang lain sibuk tertawa melihat kekejaman temannya itu. Dari bilik wajah para siswi itu hanya nampak kebahagiaan, dan rasa puas bisa melihat wanita berambut kepang itu tertindas dan ketakutan.
"Kerjain cepet!"hardik wanita itu mendorong bukunya ke tubuh wanita di hadapannya dengan sikap yang lebih kasar sampai wanita yang mengenakan rok panjang itu terjatuh ke bawah.
Elshara sudah tidak bisa menahan diri lagi. Lekas dia berayun dengan tegas mendekati mereka dan mencoba masuk ke dalam permasalahan semuanya. Dia mendelik kasar penuh kekesalan dalam lumbung bola matanya, seraya dia menurunkan tubuhnya membantu wanita dengan rambut kepang kuno itu untuk kembali berdiri.
"Kalian kenapa sih, jahat bangat jadi orang,"cibir Elshara sembari mendekap wanita di sampingnya.
"Cih."decak wanita berambut sebahu itu seraya memalingkan mukanya malas.
"Siapa sih lu, gak usah ikut campur, atau target selanjutnya adalah elu!"lanjutnya angkuh.
"Bener itu."timpal salah satu temannya yang berdiri di belakangnya.
Wanita berambut sebahu itu berkacak pinggang dengan deru nafas yang memburu, menghantam wajah lembut Elshara yang kini tengah meneguhkan dirinya melawan wanita angkuh di hadapannya.
"Dia ini kacung gua! Jadi dia punya kewajiban ngerjain tugas gua, oh.. atau elu mau jadi kacung gue."
"Elu emang udah gila ya, lu gak takut sama Royyan"
Wanita berambut sebahu itu beserta teman-temannya tertawa puas, sampai wanita itu menyeka bulir kristal yang tidak nampak keluar dari pelupuk matanya. Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi serius bak seekor serigala yang siap memangsa mangsanya.
"Elu siapa! Berani banget lu nyebut nama Royyan dari mulut lu"wanita itu tak segan-segan menarik rambut panjang indah Elshara.
"Aw! Aw! Sakit. Lepasin gua"Elshara meringis kesakitan, kedua tangannya sibuk mencengkeram tangan wanita itu agar terlepas dari rambutnya.
"Mampus tuh! Hajar aja, biar tahu rasa,"timpal temannya yang lain.
Dirta terbelalak dengan gemuruh amarahnya. Dia menoleh pada Nanda yang berada tak jauh darinya, melunturkan buku-buku dari atas tangannya dan di serahkan pada Nanda segalanya.
"Pegang dulu."titah Dirta terburu-buru, lalu dia bergegas berlari dari sana meninggalkan Nanda yang masih membuntang heran.
"Heh! Dirta!"panggil Nanda mematung di tempat yang sama.
Dari arah lain, tepat di belakang ke-lima wanita angkuh itu Royyan menyelam ke dalamnya, menggenggam tangan wanita yang menjambak Elshara dengan penuh keangkuhannya. Tatapan tajamnya semakin mengintimidasi wanita itu sampai semuanya terkejut dengan kedatangan Royyan, perlahan ke-tiga teman wanita berambut sebahu itu mundur menjauh dari sana.
Seluruh raga wanita itu bergetar ketakutan, keringat dingin keluar dari segala arah. Bola matanya tak bisa berhenti untuk terbuka tanpa berkedip, ketegangan terlukis jelas di raut wajah kecilnya dengan dagu lancip.
"Selama ada gua, tidak ada yang namanya pembulyan. Jadi sekarang lu cabut atau kalian berempat yang bakalan cabut dari sekolah ini"tegas Royyan seraya melempar tangan wanita itu dengan kasar, lalu netranya mengedar ke semua mata ke-empat wanita yang sempat merasa tinggi diri itu.
Hembusan angin dari kibasan Royyan mendorong wanita itu terlempar ke belakang, beruntungnya tidak terjatuh. Para siswi itu merunduk layuh, kemudian melarikan diri dari sana. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi jika sudah ada Royyan diantara mereka, power Royyan tak bisa terkalahkan. Jiwanya sangat kuat sebagai penguasa.
Seirama dengan para siswi itu melarikan diri, Dirta tiba dengan terengah-engah dan hatinya merasa lega karena Royyan sudah menyelesaikan masalah itu lebih dulu. Dia berdiri tegak di samping Elshara.
"Makasih Royyan."ungkap wanita berambut kepang kuno itu dengan masih enggan untuk menatapi wajah Royyan secara langsung.
"Oke. Cepet sana pergi, udah selesai kan urusan lu"
Wanita dengan rok panjang itu mendongak sejenak kemudian segera merundukkan kepalanya lagi, lalu mengangguk. Tapi tiba-tiba dia mengedarkan pandangannya ke sebuah buku milik wanita pembully tadi, dia terdiam dan mematung.
"Buku itu bukan punya elu, jadi elu gak ada kewajiban atas buku itu,"tegas Royyan seraya memungut buku itu dan meremasnya dengan seluruh tenaganya, sampai buku itu kusut tak terelakkan.
Segera wanita berambut kepang kuno itu segera berlari menjauhi Royyan dengan yang lainnya. Saat itu juga Nanda tiba dengan buku-buku yang dititipkan oleh Dirta padanya tadi.
"Nih buku lu, gua banyak urusan, ngerepotin aja lu!"pungkas Nanda mengembalikan buku-buku itu ke tangan Dirta, lalu dia segera beranjak dari sana keluar dari perpustakaan.
Dengan mata yang terpaku dan mengekori langkah Nanda dengan netranya itu, lalu dia mendengus dengan disusul senyuman tipisnya.
"Si Nanda sekarang jadi berani ya, dulu dia gak pernah nanya gua sama sekali,"ujar Dirta.
"Lu terlalu menyeramkan makanya dia gak mau nanya."
"Heh! kagak ngaca lu."
Sudut bibir kanan Royyan menyeringai, begitupun dengan Elshara yang juga ikut tersenyum seraya mengelus kepalanya. Pria dengan dada lebar nan tegap itu beringsut keluar dari perpustakaan, sampai di dekat tong sampah depan perpustakaan itu Royyan melempar buku itu ke dalamnya lalu melanjutkan langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
anggita
like 👍 aja, smoga sukses lancar novelnya.
2023-07-21
0