Desir angin bergelombang merasuki setiap sela-sela rumput yang tumbuh di sekitar pohon besar dengan banyak cabang dan juga daun-daun yang masih terlihat hijau, hanya beberapa helai saja yang nampak menguning, pohon itu berdiri kokoh di depan pagar yang membumbung tinggi tepat di depan lapangan basket salah satu sekolahan elit yang berdiri di Jakarta Pusat. Bangunan tinggi dengan desain modern itu menonjolkan kemewahan sekolah SMA tersebut, di lapangan ada beberapa anak lelaki yang tengah bermain basket.
Diantaranya ada tiga siswa yang dikenal sebagai penguasa sekolah, hanya saja mereka bukan seorang gangster ganas atau semacam pembully, Royyan D'caprio Alzaro, Ajun dan juga Dirta mereka bersahabat dengan baik dari sejak sekolah menengah pertama (SMP) dan kini mereka dipersatukan kembali dalam atap pendidikan yang sama.
Di sudut lapangan Dirta melempar bola basket melambung tinggi sampai akhirnya masuk ke dalam ring basket tersebut. Gemuruh teman-teman satu timnya meriuh dengan meriah, melompat bahagia bahkan semuanya mulai mengerumuni Dirta di satu tempat. Royyan dan Ajun yang memperhatikan sahabatnya itu menjadi pusat kerumunan layaknya gula lekas menorehkan senyumannya lebar.
"Kayak gula aja lu Dir,"seru Ajun di sudut lapangan lain seraya bertolak pinggang, yang kemudian mengibaskan rambutnya yang sudah basah oleh keringatnya.
"Cabut yuk, haus gue."ajak Royyan tiba-tiba berlenggang menjauh dari lapangan basket.
Tanpa menjawab Ajun mengikuti langkah Royyan, langkahnya sudah pasti ke arah kantin sekolahnya itu, lantas Dirta yang melihatnya segera berlari tergopoh-gopoh menyusul langkah Royyan dan Ajun yang sudah berjalan agak jauh.
"Woii! Tungguin. Parah lu pada ninggalin sohibnya sendiri."ucapnya sesaat setelah Dirta mendekati Royyan dan Ajun.
"Lu lama."sahut Royyan singkat, seraya berjalan mendekati kulkas yang berisikan minuman-minuman dingin.
"Nah itu lama, nungguin gula yang dikerumuni semut."timpal Ajun.
"Payah ah elu pada."balas Dirta lagi masih mengatur nafasnya yang tersendat.
"Mau minum?"tanya Royyan basa-basi.
Kedua pasang mata Ajun dan Dirta melebar ceria, seraya kedua sudut bibirnya ikut menaik, sedangkan kedua tangannya menempel erat di pinggang masing-masing. Royyan menoleh dan menyipitkan kedua bola matanya pada kedua sahabatnya itu, lekas dia menyeringai.
"Beli sendiri, gua nawarin doang."celetuknya mematahkan semua harapan Ajun dan Dirta.
Seketika senyum yang terukir di bibir Ajun dan Dirta meluntur dan meleleh lalu menghilang dari garis-garis wajahnya, memicing seraya menorehkan senyum tipis.
"Gak asik lu ah, kirain mau telaktir."ucap Dirta seraya memasukkan selembar uang pecahan dua puluh ribu ke dalam mesin minuman itu, lalu menekan tombol memilih minuman yang diinginkannya.
"Lu pada kan banyak duit."sahut Royyan sembari dia melenggang pergi.
Ajun menggeleng. Menatapi punggung salah satu sahabatnya si dingin namun perhatian, Royyan tetap teguh pada langkahnya tanpa menunggu Dirta dan Ajun selesai dengan minumannya. Ini sudah biasa, Royyan sering melangkah kemanapun yang dia inginkan tanpa memberi tahu siapapun.
Disebuah kafe terkenal dekat sekolahnya, Dirta, Royyan dan Ajun terduduk tenang dengan ponsel pribadinya masing-masing, tak terkecuali Royyan yang juga memainkan ponselnya seraya memantau saham perusahaan keluarganya melewati ponsel itu.
"Habis ini balapan asik nih,"seru Ajun masih fokus dengan ponselnya membalas beberapa pesan di sosial medianya.
"Ayo! Udah lama kita gak adu skill, jangan-jangan lu pada udah lemah."sahut Dirta yang juga tetap menikmati waktunya bersama ponselnya.
"Ngaco lu."timpal Royyan seraya melukiskan senyuman tipis.
"Ayo cabut."lanjut Royyan yang segera mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku jaket baseball putih hitam yang dia kenakan.
"Wah gila langsung cabut aja lu."timpal Ajun dan segera memasukkan ponselnya ke dalam saku celana seragam sekolahnya ,yang berwarna hitam.
"Kuyy! Gua suka nih laki yang gak takut tantangan."sahut Dirta sembari bergegas berdiri dari kursinya.
"Tantangan untuk ditaklukan."celetuk Royyan seraya mengambil ransel sekolahnya dan memautkan tasnya di salah satu pundaknya.
"Weeeis.. lelaki sejati."puji Ajun.
Tanpa menunggu jarum jam di dalam kafe itu berdetak lagi, mereka bertiga telah meninggalkan kafe, mengendarai mobil masing-masing meninggalkan kafe tersebut. Lajunya mobil menuju sebuah sirkuit pribadi milik keluarga Ajun, lokasinya tak terlalu jauh dari keberadaan kafe tersebut.
Sampai di sirkuit, ketiganya segera memarkirkan mobil di parkiran khusus dari sirkuit tersebut. Masuk ke dalam sebuah ruangan untuk mereka mengganti pakaiannya dan juga menyimpan barang-barang mereka di dalam loker yang telah disediakan oleh pihak sikuit yang bertugas. Loker tempat penyimpanan barang-barang itu berwarna putih dan juga abu pekat dengan tinggi tidak melebihi tinggi orang yang mengunjungi sirkuit.
Ajun dan Dirta keluar lebih dulu dengan pakaian layaknya pebalap profesional, sembari memakai sarung tangan berwarna hitam keduanya berayun ke arena. Setelah Kedua sahabatnya menjauh dari ruang ganti, sementara Royyan baru keluar dari ruang ganti lengkap dengan sarung tangan dan juga sepatu khusus untuk balapan, lekas pria bertubuh tinggi tegap itu berjalan mendekati Dirta dan Ajun yang sudah di area arena berdiri di samping mobil pilihannya masing-masing.
"Dah siap?"seru Royyan seraya dia memakai helm berwarna hitam yang berpadu dengan warna merah.
"Udah dong. Lama banget lu kayak cewek."balas Dirta sedikit meledek.
"Bacot lu! Udah ayo kita mulai."jawab Royyan melangkah maju masuk ke dalam mobil balap berwarna merah menyala, bak jiwanya yang tengah membara.
Ajun yang berada di tengah-tengah keduanya, lantas tertawa sembari memukul mobil yang akan dia kendarai itu dengan lembut tak lupa kepalanya ikut menggeleng bersamaan dengan matanya tertutup karena dia tak bisa menahan tawanya sendiri.
"Baku hantam aja terus lu pada."ujar Ajun yang kemudian masuk ke dalam mobil berwarna biru langitnya.
Semua telah bersiap di dalam mobil masing-masing, mesin mobil telah menyala, kedua tangan ketiganya telah bersiap di atas kemudi, perlahan salah satu kaki ketiganya menginjak gas pada mobil tersebut dalam satu waktu yang sama, tepat di menit 25 pada jam empat sore ini. Ketiga mobil dengan kekuatan kecepatan yang sama melesat menerobos angin yang berhembus dari arah yang berlawanan.
Kaca mobil tertutup dengan rapat, Baik Royyan, Ajun ataupun Dirta semuanya sepakat untuk mengenakan helm sebagai penyelamat jika ada hal yang tidak diinginkan datang menghampirinya. Mobil milik Royyan melesat bagai ada magnet penarik di depannya, meninggalkan Dirta dan Ajun di belakang. Dirta menyeringai lalu menginjak pedal gas mobilnya lagi dengan penuh keyakinan, jiwanya sama membaranya dengan Royyan, ambisi kedua pria yang sama-sama memiliki postur tubuh tinggi proporsional itu berapi-api. Sedangkan Ajun tetap pada pendiriannya untuk mengendarai mobil dengan aman, nyaman dan selamat, dia benar-benar menikmati angin yang menyelami pori-pori wajahnya.
"Woo.. hoo."Dirta berteriak penuh bahagia bisa mendahului Royyan yang di gadang-gadang pebalap yang kejam.
Pria dengan rahang tajam itu melukis senyumnya tenang, merekatkan kedua tangannya dengan kemudian, mencoba menyatukan dirinya dengan sang mobil, perlahan dia memperkuat kecepatan mobilnya dan berhasil menyusul mobil Dirta yang sempat mengunggulinya, Dirta menoleh sejenak dan dia lekas menaikkan sudut bibirnya tersenyum.
"It's me, Royyan!"celetuk Royyan semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan mencapai batas kemampuan mobil tersebut.
Dari jarak tiga meter di depannya, tepat di arena sirkuit, ada seorang wanita yang tiba-tiba saja masuk dan berdiri di tengah-tengah dalam keadaan rambut berantakan dan pakaian yang juga berantakan, wanita bertubuh tinggi, berkulit putih bersih dan juga pipi tembam itu tak segan-segan mencondongkan tubuhnya ke depan, nampaknya dia masih terengah-engah.
Royyan terkejut hebat sampai dia melebarkan kedua bola matanya dan dengan sigap melemparkan kemudinya ke arah kanan, jaraknya terlalu dekat sehingga Royyan tak bisa menghentikkan mobilnya yang tengah melaju dengan kecepatan dahsyat itu. Mobil itu membentur pembatas antara arena dengan kursi penonton. Termasuk wanita itu pun ikut terkejut sehingga dia menurunkan lututnya seraya menutupi kedua telinganya dan matanya terpejam begitu kokohnya.
"Arrrghh."wanita bermata pipih itu bergetar ketakutan.
Beruntungnya Royyan memiliki tindakan cukup cekatan, walau dia sendiri terbentur dengan kemudinya. Wajahnya memerah padam, menahan amarah yang sudah membuncah dari dalam dirinya. Lekas Royyan keluar dari mobilnya, dengan langkah tegas Royyan menghampiri wanita yang tengah mengenakan celana jeans navy dan tank top cosmic latte lengkap dengan cardigan berwarna senada dengan baju yang dipakainya seraya melepaskan helmnya dan sedikit mengiraikan rambut hitamnya yang nampak sudah panjang.
"Lu gila! Masuk arena sembarangan, arena buat balapan, gimana kalau lu mampus hah?! Gua yang rugi, kalau mau bunuh diri jangan disini."bentak Royyan dengan wajah merahnya dan netra yang membuntang kesal.
"Ma-af, a-aku gak tahu jalan, jadi nyasar kesini, maaf."jawab wanita berambut panjang lurus itu.
Wanita yang nampak kelelahan itu berdiri dengan lutut yang masih bergetar ketakutan. Royyan bertolak pinggang dan terus menghujamkan tatapan kesalnya pada wanita yang entah datang dari mana dia.
"Nyasar apaan lu sampai ke sirkuit, ketahuan bullshit-nya."sahut Royyan lagi semakin memojokkan wanita di depannya.
"Lah emang gak sengaja kesini, terus aku harus jawab apa lagi."Wanita itu terus mengelak.
"Heh! Elu muncul dari area penonton, harusnya elu tahu ini tempat apaan."nada suara Royyan semakin meninggi.
Melihat mobil Royyan berhenti, Dirta dan Ajun segera menghentikkan kemudinya dan bergegas menghampiri Royyan yang tengah dalam keadaan marah. Dirta menarik Royyan dari hadapan wanita itu.
"Ada apaan sih? Kenapa lu malah bentak-bentak cewek sih."tepis Dirta, datang menjadi penengah antara Royyan dan wanita itu.
"Nih cewek mau mati."celetuk Royyan mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hush! Sembarangan lu kalau ngomong."timpal Ajun di samping kirinya.
"Terus kalau kagak mau mati mau ngapain berdiri di depan mobil gua."
Wanita dengan pipi sedikit gemuk itu mendelik kesal, menampilkan wajah kesalnya dengan nyata. Sorot matanya pun ikut menajam pada Royyan, tetapi Royyan bersikap acuh seolah tak peduli dengan apa yang terjadi pada wanita itu.
"Kamu ngapain masuk ke arena, ini area bahaya?"tanya Dirta lembut.
"Sebenarnya aku itu dikejar-kejar orang, dan aku bingung harus lari kemana, dan akhirnya nyasar kesini."jelasnya dengan wajah paniknya.
"Siapa yang ngejar kamu?"Ajun ikut bertanya seraya dia melepaskan kedua sarung tangan yang membalut tangannya itu sampai berkeringat.
"Mantan pacar aku, aku takut sama dia, dia itu sering kasar banget, tolongin aku, please."ucapnya memohon seraya meraih satu tangan Dirta dan juga Ajun yang berada di dekatnya.
Dahinya berkerut, matanya pun mulai berkaca-kaca. Ketakutannya benar-benar tergambar jelas dari garis-garis wajahnya, Royyan mengernyit ikut merasa kasihan pada wanita itu, namun dia memilih untuk acuh dan memalingkan wajah darinya seraya menyisir rambut hitam lembutnya itu menggunakan jari-jari tangannya setelah dia melepaskan sarung tangan yang berwarna putih itu senada dengan baju balap yang dia gunakan saat ini.
"Dahlah gua cabut, gak mood."gerutu Royyan memutar tubuhnya dan meninggalkan semuanya disana.
Berjalan menyusuri jalanan sirkuit dengan luas lebih dari empat kilometer, lebar 18 meter, dan terdapat 20 tikungan dengan lintasan lurus lebih dari 800 meter itu, pria yang memiliki otot-otot tangan kekar itu terus berjalan dan tidak lagi mempedulikan wanita tersebut. Berbeda dengan Ajun dan Dirta yang memilih tetap diam di hadapan wanita dengan bibir merah muda mempesona itu, sesekali Dirta dan Ajun mengalihkan perhatian pada pria pemilik hati dingin itu yang sekarang telah meninggalkan lintasan arena.
"Abaikan Royyan ya, dia emang kayak gitu. Tapi dia baik kok."ujar Dirta dengan intonasi yang sangat rendah.
"Kalian betah temenan sama orang kayak kulkas begitu."sahut wanita itu mengangkat dagunya lebih percaya diri.
"Dia baik, cuman emang dingin aja tapi dia perhatian kok."timpal Ajun.
Wanita itu mengangguk.
Dedaunan kering yang berasal dari sebuah pohon besar di tengah-tengah arena sirkuit itu beterbangan tertiup oleh angin dan berguling-guling di hadapan Ajun, Dirta dan wanita yang bernama Elshara. Mereka memutuskan untuk segera meninggalkan arena secepatnya menyusul Royyan yang sudah lebih dulu pergi, bahkan dia meninggalkan sarung tangannya di atas mobil balap yang dipakainya tadi.
"Tolong bereskan semuanya ya."titah Ajun pada beberapa staff yang sudah menunggu perintahnya di salah satu sudut kursi penonton.
"Baik tuan."sahut salah satu staff itu.
Sedang Ajun bersama Dirta dan Elshara melanjutkan langkahnya memasuki area gedung sirkuit tersebut, ketiganya berjalan mendekati ruang ganti sebagai fasilitas dari sirkuit itu. Elshara menunggu di luar ruang ganti, tak mungkin Elshara mengikuti ketiga pria itu masuk ke dalam ruang ganti.
Ajun dan Dirta masuk ke dalam ruang ganti, suara hening merajai telinga Elshara. Jantungnya berdegup sangat cepat, bola matanya terus memantau sekitarnya. Netranya tak bisa berhenti untuk terus melirik kanan kirinya, bahkan dia menatapi langit-langit putih polos di atasnya seraya menghenyakkan tubuhnya membentur lembut dinding putih di belakangnya.
"Semoga dia gak sampai sini, takut banget. Dia kayak kerasukan manusia serigala."gumam batin Elshara seraya dia menunduk dengan kedua tangannya dia gendong di belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Rey
baru mampir 2 bab, ntar malem lanjut lagi.
ayo kak, saling berbalas baca dan like🤗
2024-02-04
1