Enam bulan sudah berlalu setelah kedatangan Elshara ke sekolah SMA 105 Jakarta. Kehidupan sekolah sama seperti hari-hari biasanya, belajar-istirahat-belajar dan mengerjakan tugas. Kehidupan sekolah hanya seputar hal seperti itu. Terkadang membosankan dan ingin mencari hal baru untuk dilakukan bersama-sama, dan tentunya jauh dari yang namanya pelajaran.
Pagi bersama sinar mentari pagi yang membawa semangat semua penghuni muka bumi ini. tak terkecuali Royyan yang masih dipeluk erat oleh selimut dan ranjang king-nya yang luas. Kaca jendela dengan anti peluru itu membiaskan cahaya mentari pagi secara langsung menerobos masuk ke celah-celah kaca menyoroti bola mata kecoklatan indah milik Royyan.
Menggeliat. Rentangan tangan Royyan mengerat seraya dia berusaha untuk membuka mata sepenuhnya, matanya masih lengket. Alam bawah sadarnya masih belum mengizinkan Royyan untuk keluar dari dekapannya. Royyan beringsut dari ranjangnya, keluar dari pelukan selimut. Membawa dirinya berdiri tegak tanpa sehelai baju apapun kecuali celana panjang dari set baju tidurnya, perut sixpack-nya yang sempurna ditonton langsung oleh kaca panjang se-ukuran dengan tinggi badannya tepat di samping sebuah pintu tempat seluruh pakaian dan barang-barang miliknya tertata rapi.
"Hari minggu kantor Papi. Membosankan banget hidup gue."Royyan menggerutu seraya dia berkacak pinggang di hadapan mading besar di salah satu sudut dinding putih kamarnya.
Mading yang berisikan seluruh kegiatannya selama satu minggu ke depan. Setiap malam terakhir di akhir pekannya dia menulis kegiatannya sendiri untuk seluruh kegiatannya. Setelah selesai membaca kegiatannya Royyan berangsur ke sudut kamar lain mengambil handuknya yang tergantung.
Beranjak dari sudut kamar masuk ke dalam kamar mandinya. Suara air berjatuhan begitu berisik terdengar keluar, dinding-dinding kamar Royyan berbincang dengan angin yang masuk ke dalam kamar dengan luas 390 meter persegi.
Meninggalkan Royyan yang menikmati acara mandinya, Dirta, Ajun, Nanda dan Elshara sudah masuk ke area **golf** yang bersatu dengan biliar kafe milik keluarga Royyan. Rumput hijau segar terbentang luas di hadapan ke-empatnya, olahraga golf menjadi acara berikutnya yang mereka rencanakan di akhir pekan kali ini.
Ke-empat remaja yang sudah mengenakan pakaian olahraga khusus golf itu berdiri di hole awal sebelum pertandingan santai ini dimulai. Nanda bertinggung di samping Elshara, kakinya sudah tak mampu menahan berat tubuhnya lagi. Topi putih yang dia kenakan sudah beralih ke samping membuat penampilan Nanda sedikit berantakan.
"Kenapa kamu Nan? Capek?"tanya Elshara menundukkan wajahnya.
"Banget."sahut Nanda singkat.
"Makanya olahraga lu, jadi kalau jalan gak gampang capek,"timpal Dirta becanda.
"Banyak bacot lu."Nanda memukul betis Dirta yang kebetulan ada di sampingnya.
"Aw! Sakit woii!"ringis Dirta melangkah menjauhi Nanda.
"Lebay anjir lu,"
Ajun yang berada di samping lain memicing seraya menghela nafasnya, mempersiapkan diri untuk menonton pertengkaran yang terjadi. Netra Ajun mengedar ke setiap sudut hamparan hijau lapangan golf, berkacak pinggang kemudian sesaat dia melihat sosok yang tak lagi asing bagi matanya. "Si cewek pembully itu ngapain ada di sini juga sih."ungkap batin Ajun kesal.
"Sama siapa tuh cewek itu, cantik banget, persis tipe cewek Royyan. Rambut panjang dengan ikal di ujungnya, tubuh tinggi ramping, berkulit putih bersih."lanjut Ajun masih berbicara dalam hatinya.
Tanpa persetujuan siapapun, Ajun menggerakkan tangannya mengambil ponselnya dari dalam saku celana, dan segera mengetikkan sesuatu pada pesan singkatnya untuk Royyan. "Bro! Ada bidadari jatuh di lapangan golf nih, mau lihat gak?"ketiknya, yang kemudian mengirimkan hasil jepretannya barusan.
Angin bergelombang kesana-kemari saling beriringan dengan awan-awan putih yang menemani langit dari sejak matahari menyingsing tadi pagi. Mengirim pesan Ajun pada Royyan yang baru saja bersiap untuk pergi ke lapangan golf menyusul teman-temannya. Seraya menuruni anak tangga rumahnya yang memiliki empat lantai, dia memeriksa ponselnya setelah dia mengabaikan beberapa notifikasi yang sempat dia dengar beberapa puluh menit yang lalu.
"Si ****** Ajun!"cibir Royyan dengan wajahnya yang serius.
Namun, setelah dia melihat wanita yang dimaksud oleh Ajun itu, lekas dia membiaskan senyuman tipisnya menghiasi wajah tegasnya menjadi lebih lembut. Pria dengan lengan berotot itu melenggang masuk ke dalam mobil pribadinya dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan normal, menyesuaikan dengan jalanan yang memang sedikit padat.
Tak perlu waktu yang lama untuk tiba ke lapangan golf, hanya membutuhkan kurang dari dua puluh menit berkendara Royyan telah sampai di lapangan golf miliknya itu. Beberapa staff segera menghampiri Royyan dan membawakan tas stik golf yang digendongnya dari rumah, salah satu pegawainya itu mengekori Royyan di belakang.
"Temen-temen saya sudah pada datang?"tanya Royyan pada pegawainya itu.
"Sudah tuan muda, mereka sudah masuk dari tiga jam yang lalu, dan sudah mulai bermain dari dua jam yang lalu."
"Oke. Tolong bawa tas saya ke deket mereka ya, saya mau nemuin Papi dulu."
"Baik tuan muda."sahutnya mengangguk.
Pegawai itu menyeret langkahnya masuk area lapangan golf, berjalan perlahan seraya menggeser tas milik Royyan mendekati Dirta, Ajun, Nanda dan Elshara yang tengah bermain golf. Royyan yang tak kunjung datang membuat semuanya kelelahan menunggu dan akhirnya memilih untuk main golf lebih dulu.
"Permisi tuan dan nona, ini milik tuan muda Royyan,"pungkasnya mengagetkan semua yang mendengar suaranya.
Serempak ke-empatnya menoleh ke arah suara itu berasal. "Royyannya kemana? Kenapa benda matinya yang nyampe duluan, orang hidupnya kagak nyampe-nyampe,"tanya Ajun sedikit diselipi candaan.
Nanda yang berada di sampingnya sontak menepuk punggung gagah Ajun dengan lembut, sedangkan Dirta dan Elshara hanya tersenyum kecil.
"Tuan muda menemui pak presdir dulu,"
"Oh gitu, yaudah silahkan kembali bekerja lagi aja,"jawab Dirta.
Pegawai yang mengenakan seragam khusus bagi seluruh pegawai dari golf itu berangsur pergi dari hadapan semunya dan menyisakan wangi parfum yang dikenakannya. Pelukan angin tentang parfum itu terlalu melekat. Setelah menjauh, dan semuanya sudah mulai fokus dengan permainannya, begitupun dengan Elshara tetap berusaha fokus dengan permainannya. Sudah beberapa kali pukulannya melenceng karena pikirannya masih dikuasai oleh kekhawatirannya terhadap Royyan yang tidak kunjung datang juga.
"Yah.. melenceng lagi, sorry ya."ucap Elshara dengan wajah manjanya setelah bola itu melambung menjauhi hol seharusnya.
"It's ok."sahut Dirta tersenyum hangat.
Ajun menggerenyot seraya dia menangkupkan kedua tangannya di atas stik golf-nya. Lagi-lagi dia mengedarkan pandangannya ke salah satu sudut dari lapangan golf itu, mencari sosok wanita cantik yang dia rekam tadi.
Wanita itu bener-bener tipe Royyan, apa mereka jodoh ya, haha.. ngaco banget lu Jun kek tuhan aja tahu segalanya. Tapi jujur sih cewek tadi cantik, mana tadi sempet ribut sama si cewek pembuly.
Batin Ajun kembali bergumam mencari sosok wanita berambut panjang cokelat keemasan itu. Hingga dia tidak fokus dengan permainan yang sedang dia lakukan bersama teman-temannya. Matanya tak bisa mengelak dari kecantikan wanita itu. Dia garuk tengkuknya lembut sembari terus melempar pandangannya jauh ke sana.
"Woi! Ajun!"panggil Dirta dengan intonasi suara yang lebih keras.
Detik itu juga Ajun menoleh dengan santai seraya menyeringai dan membuat dirinya berdiri dengan tegak, pundaknya yang merunduk tadi seketika menjadi bedegap, memutar-mutar stik golf di udara dengan salah satu tangannya di udara seraya dia beralih dari tempatnya semula mendekati posisi untuk memulai permainannya kembali.
"Ngapa lu jadi kagak fokus, seorang Ajun kagak fokus tuh aneh banget tahu,"papar Nanda yang kembali merelakan pantatnya menjadi kotor karena dia sudah lelah berdiri.
"Gua manusia, bukan serigala yang selalu fokus kali, eh Nan minggir dong gua gak fokus kalau lu ada di situ,"jawab Ajun mengernyih.
"Lah nyalahin gua, gak mau! Gua mager,"Nanda melipat kedua tangannya di depan.
"Buru ih cepetan."
"Iya! Iya! Bawel juga lu ya."sahut Nanda malas, menggeser tubuhnya ke belakang namuan dia hanya menyeret pantatnya dan sama sekali tidak berdiri.
Dirta dan Elshara yang melihat kedua temannya saling berkumut, serempak saling menatap dan tersenyum kecil.
"Jadian sabi nih kayaknya?"celetuk Dirta memancing asmara yang tersembunyi.
"Siapa?"Nanda yang terduduk di bawah lekas mendongak menatapi Dirta dan Elshara.
"Lu lah sama sohib gua tuh yang lagi main."
Deg!
Nanda dan Ajun menoleh dalam waktu yang sama, tak perlu menunggu lama, detik itu juga tawa keduanya pecah. Membuat Elshara dan Dirta kebingungan, kembali saling tersenyum dengan bola mata yang terus bergerak kesana-kemari tak tahu arah, namun dengan cepat kembali dan lagi-lagi senyuman itu merekah di waktu yang sama.
Club car melintas di hamparan tanah hijau yang luas tepat di bawah sinar matahari yang tengah menyorot bumi dengan segala kegagahan sinarnya. Topi wanita cantik yang di maksud Ajun nampak sedikit miring, kulit putihnya berubah kemerahan karena keganasan sinar matahari hari ini. Almira! Wanita cantik yang telah mencuri ke-fokusan Ajun hendak menaiki club car itu bersama teman karibnya Manda.
"Balik yuk ah, capek gue."ajak Almira menarik topinya semakin ke samping.
"Ayo. Hari makin panas banget ini."
Satu langkah kecil maju, kaki kanan Almira menginjak mobil club car itu dan membawa tubuhnya untuk masuk ke dalamnya, tiba-tiba satu tarikan kasar menghantam lengan Almira, hingga wanita bertubuh mungil itu tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, dia terpental ke belakang. Matanya membulat, jantungnya berdegup sangat cepat, dia sangat terkejut dengan apa yang terjadi padanya.
Almira terjatuh tepat di tangan Royyan yang sangat kebetulan melintas di sana. Manda bagaikan patung di mall-mall, dia hanya menutupi mulutnya dengan kedua tangannya tanpa melakukan apapun. Almira terpaku dalam pangkuan Royyan, tangan pria dengan otot tangan kekar itu melingkari pinggang ramping Almira dengan erat, mempertahankan posisinya agar wanita yang ada dalam genggamannya tidak mudah terjatuh.
"Kebabnya di makan gak?"tanya Royyan begitu saja seraya menggerakkan alisnya ke atas.
"Heh! Cowok kebab ngapain disini,"sahut Almira tanpa mengedipkan matanya.
Royyan bergerak malas, menurunkan Almira dari genggaman tangannya dengan lembut. Sedangkan tangannya masih senang melingkari pinggang kecil wanita cantik dengan jari-jari lancip itu.
Ke-empat wanita pembully. Wajah Royyan berubah dengan cepat, dia menegakkan dadanya, menajamkan pandangannya seraya dia berkacak pinggang setelah dia menggeser Almira dengan lembut ke samping Manda.
"Lu lagi."seru Royyan dengan bibirnya sedingin salju di swiss.
"Royyan. A-aku cuman mau mengambil hak aku aja, ini club car aku."sahutnya terbata-bata, namun dia tetap berusaha untuk berani.
Sementara teman-temannya yang lain nampak mundur tiga langkah dari si wanita yang selalu memakai bando itu. Almira merasa tersinggung dengan perkataan wanita angkuh di hadapannya, bibir Almira berkerut seraya menggertakkan giginya, tak lama Almira melangkah maju seraya mendorong Royyan ke belakangnya, menatapi wanita itu tajam seperti siap memangsanya.
"Coba ngomong sekali lagi, gua sumpel lu pake stik golf lu ya."cecar Almira berkacak pinggang dengan wajah seriusnya.
Royyan memiringkan wajahnya sembari bertolak pinggang, mengintip wanita yang mengenakan kaos putih polos pendek dan celana panjang yang juga berwarna putih dengan bahan yang mudah menyerap keringat lengkap dengan topi bucket. Dan kemudian dia kembali berdiri tegak dan terdiam, menunggu semuanya selesai.
"Apaan sih!"balas wanita dengan bando merah jambu itu, sedikit memalingkan wajahnya.
"Kalau lu mau ambil aja, gitu doang juga dibuat repot,"lanjutnya tak memandang perlakuannya sebelum ini.
Emosi Almira semakin membuncah. Memicing geram. Dia memutar lidahnya di dalam mulut, mempersiakan diri untuk menghantam wanita di hadapannya. Menyingsingkan lengan baju pendeknya itu semakin memendek, lalu tanpa segan Almira menarik rambut wanita dengan bando merah jambu itu, menyeretnya menjauh dari semua yang ada di dekatnya.
"Aw! Aw! Aw."wanita itu meringis.
"Ambil aja lu bilang! Heh! Ngaca lu, enak banget lu ngebacot,"Almira memperkuat cengkeramannya.
"Aw! Lu gila!"
"Gua emang gila! Siapapun yang ngusik hidup gua, pasti akan melihat kegilaan gua,"tegas Almira sembari melempar wanita itu tersungkur ke bawah.
"Makan tuh!"sambung Almira kembali berkacak pinggang seraya menghela nafasnya.
Di sudut lain, ke-tiga teman wanita tersebut datang menghampiri dan membawa wanita itu pergi dari hadapan Almira yang tengah dikepung oleh amarahnya. Dengan langkah terbata-bata Manda mendekati sahabatnya itu.
"Ra! Elu udah jadi manusia lagi kan, jiwa serigala lu udah hilang kan?"pungkasnya mencolek kecil lengan putih bersih Almira.
"Ya kali gue serigala, gua manusia Manda...."jawab Almira dengan nada suara manja khas dirinya.
"Syukurlah!"ucapnya lega seraya mengelus dadanya.
Dari samping lain Royyan mulai mendekati Almira dengan menggendong kedua tangannya di belakang. Senyuman tipis terlukis di wajah tampan dengan rahang yang tegas itu.
Menyadari jika Royyan mendekatinya, Almira menoleh dengan kasar, menatapi Royyan tajam, yang kemudian membuang wajahnya lebih cepat.
"Ayo balik Man!"ajak Almira menggenggam tangan Manda seraya melangkah pergi.
Tetapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh pelukan hangat dari tangan lebar Royyan. Tangan mungil Almira dengan mudahnya dilahap tangan Royyan. Pria dengan urat-urat tangan yang tergambar jelas itu sedikit menarik Almira agar bisa memandanginya dengan jelas.
"Gak jadi nih club car-nya, udah rela berantem masa gak di pake,"ucap Royyan lembut.
"Enggak. Udah gak mood, pake aja sendiri, udah ah awas, kita gak kenal!"ketus Almira.
Degup jantung Almira seperti mau meledak. Dia menyeret Manda dengan langkah cepat, langkah itu tak tahu mau kemana, yang jelas dalam benak Almira hanya ingin segera pergi dari hadapan Royyan untuk mempertahankan harga dirinya. Ketampanan Royyan selalu menggoyahkan jiwa Almira yang selalu dia buat menjadi mahal.
Royyan menghela nafasnya panjang. Langkahnya melenggang menghampiri teman-temannya yang sedari tadi hanya menonton, dan tidak memiliki keberanian untuk mendekatinya apalagi menyelam ke dalam permasalahan yang baru saja selesai.
"Lu kenal cewek itu Yan!"tanya Dirta penasaran.
"Enggak. Udah ayo kita main,"
"Ta-tapi.. kamu barusan kayak yang kenal Yan,"tanya Elshara dengan mata seriusnya.
"Pernah ketemu sekali. Tapi gak kenalan."
"Ooh."sahut Elshara tersenyum tipis.
Hatinya lega. Sempat merasa sakit hati Elshara melihat Royyan tersenyum pada wanita itu, syukurlah hanya orang sepintas dan itu memberikannya ruang yang lebih lengang bagi Elshara untuk berdiri di samping Royyan. Pria berhati dingin itu telah menarik Elshara pada cintanya.
Elshara mengekori Royyan. Mengabaikan Dirta yang selalu ada bersamanya, dia hanya peduli dengan Royyan. Bola matanya berbinar-binar kala Royyan berada dalam dekapan sorot matanya. Cinta? Mungkin saja iya. Elshara jatuh cinta pada Royyan.
Pukulan Royyan mencetak angka sempurna. Elshara tersenyum ceria seraya bertepuk tangan dan menyerukan nama Royyan berulang-ulang kali. Raut wajah Dirta seketika menjadi masam dan menunduk lemah. Ajun yang berada diantaranya merasakan matahari telah mengirimkan gelap dan dingin, dia menggaruk kepalanya yang tak merasakan gatal seraya memperhatikan ke-tiga temannya yang ada di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments