Secrets Of Nusantari

Secrets Of Nusantari

Yogyakarta - Jakarta

“Bagaimana caranya aku bisa pergi dari sini? Siapa kalian kenapa kalian menatap aku seperti itu? Kenapa kalian diam, jawab aku!” teriak Tarissa ke arah sekumpulan orang yang mengenakan jubah hitam dan tampak sangat dingin.

Tatapan yang begitu tajam seolah ingin menelisik dan mengoyak-oyak jiwa Tarissa.

“Kenapa aku di sini, apakah kalian mengenalku?, apa yang kalian mau?, kalau memang kalian mengenalku, katakan!” Tarissa kembali berteriak kearah sekumpulan orang aneh itu lagi tapi usahanya tidak membuahkan hasil tetap keheningan yang Tarissa dapat.

"Sreeeeeet," tiba tiba terdengar suara tarikan gorden.

"Tarissa bangun udah pagi iki lho." Nada suara medok itu menyadarkan Tarissa dari mimpi.

"Iya bu, Tarissa udah bangun kok" Tarissa duduk dengan keadaan mata masih terpejam.

"Halah bangun piye, masih merem gitu" ujar Ibu Tarissa

"Kan masih proses pengumpulan nyawa bu" Tarissa mencoba menyangkal.

Ibunya hanya tersenyum sambil menggeleng-nggelengkan kepalanya.

Tarissa bangun dari tempat tidurnya, ia berjalan keluar menuju tempat jemuran untuk mengambil handuk kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Selang lima belas menit Tarissa keluar kamar mandi dan berpapasan dengan ibunya.

"Wih udah seger anak ibu" ujar ibunya

"Iya dong bu" jawab Tarissa

"Oh iya bu bantuin aku packing barang ya" sambung Tarissa.

"Tuh udah ibu packing, kamu cek lagi siapa tau masih ada barang yang ketinggalan" jawab ibunya.

"Ahh, ibu makasih banyak. Aku sayang ibu" Tarissa memeluk ibunya

"Iya sama-sama" jawab ibunya.

Tarissa kemudian melepas pelukannya lalu berkata, "oh iya bu, aku mau siap-siap terus mau pergi sama Abi buat beli tiket"

"Jadinya kamu naik bus apa kereta?" tanya ibunya

"Kayanya naik bus ajalah bu, yang murah" jawab Tarissa dengan nada pasrah.

"Ya udah sana siap-siap" kata ibunya sambil tersenyum.

Tarissa berlari ke kamar. Setengah jam kemudian Tarissa keluar dan menuju ruang tamu. Tarissa terlihat sangat cantik dengan balutan kaos putih pendek, dengan rok rempel berwarna millo dan dipadukan dengan sneaker putih.

"Ibu aku udah siap" Tarissa berputar di depan ibunya.

"Bentar ada yang kurang deh" ujar ibunya sambil menempelkan telunjuk dipipinya.

"Apa bu?" tanya Tarissa

"Bentar" jawab ibunya sambil berlari ke depan meja Televisi yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ibunya membuka laci lemari kecil yang ada di bawah televisi.

"Nah ini" Ibunya menunjukkan jepitan rambut berwarna putih lalu memasangkan di rambut pendek Tarissa yang bergaya bob berwarna hitam dan sedikit tambahan highligt berwana coklat.

"Aduh anaknya ibu ayu tenan" ucap ibunya sambil tersenyum lebar.

"Makasih ibu" Tarissa tersenyum.

"Mau berangkat sekarang?" tanya ibunya.

"Iya bu, tapi nunggu Abi katanya tadi baru on the way" jawab Tarissa

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan seruan dari depan, "permisi, Budhe"

"Nah itu kayanya Abi" tutur ibunya.

"Iya deh bu, aku mau ambil tas bentar deh" Tarissa berlari ke dalam kamar.

Ibu Tarissa berjalan keluar

"Eh Abi" Ibu Tarissa membuka pintu

"Eh Budhe Etik" Pemuda itu meraih tangan ibu Tarissa untuk bersalaman dengan gaya yang sedikit slengean.

Pemuda yang memanggil ibu Tarissa dengan sebutan budhe Etik itu adalah Abimanyu, namun lebih kerap disapa Abi. Abi ini putra dari adik Etik atau ibu dari Tarisa. Abi ini adalah sosok pemuda yang tampan, memiliki perawakan yang tinggi, memiliki proporsi badan yang pas serta kulit sawo matang. Memiliki mata hitam agak sipit ditambah gaya rambut two block, membuatnya terlihat manis.

"Kamu udah sarapan belum?" tanya Etik sang budhe.

"Hehehe belum" jawab Abi sambil tertawa malu-malu.

"Masuk sarapan dulu, Tarissa juga belum sarapan" Ujar Etik.

"Nggak usah bu, nanti aja" Sahut Tarissa

"Pokoknya nggak ada yang boleh pergi kalo belum sarapan" Seru Etik.

"Nah tuh dengerin Tar, sarapan dulu" Abi menatap Tarissa sambil tersenyum.

"Ya udah deh" Tarissa masuk lagi.

"Nah yok Abi masuk" pinta Etik

"Siap Budhe" Abi ikut masuk.

Setelah sarapan mereka berdua pamitan dengan Bu Etik.

"Ibu kita berangkat ya" Kata Tarissa sambil mengulurkan tangan meminta salim.

"Iya Budhe takut kesiangan" Abi menyusul salim dengan budhenya itu.

"Iya sana hati-hati" Jawab Etik.

Abi berjalan keluar dan menyalakan mesin motornya, "ayo ndang naik Tar" pinta Abi.

"Iya sabar lho, iki aku lagi naik" jawab Tarissa dengan wajah manyun.

"Udah?" tanya Abi

"Udah, yuh ndang jalan" jawan Tarissa.

"Kalo udah ya turun" seloroh Abi

"Malah guyon, guyonanmu nggak lucu tau udah basi" kata Tarissa sambil menepuk pundak Abi.

"Ya biarin" Abi menjalankan motornya

"Kira-kira kita dapet tiket buat berangkat malem ini apa besok pagi yah?" tanya Tarissa.

"Yo aku nggak tau, aku bukan dukun" Abi tersenyum jail.

"Ah males ngomong sama kamu" Tarissa kesal.

"Yo wis nggak usah ngomong" Abi tertawa.

Setelah sekitar sepuluh menit menempuh perjalanan, mereka sampai di agen bus.

"Bu, maaf mau tanya tiket bus dari Jogja ke Jakarta masih ada nggak ya?" tanya Abi pada penjual tiket bus.

"Masih ada mas" jawab ibu penjual tiket, "mau jam berapa?" sambung ibu penjual tiket.

"Kalo buat jam 5 sore nanti ada bu?" tanya Abi

"Ada mas, mau berapa?" jawab ibu penjual tiket.

"Mau dua bu" kata Abi

"Ini mas" Ibu penjual tiket menyodorkan dua lembar tiket.

"Berapa bu?" tanya Abi

"Semuanya jadi dua ratus lima puluh ribu" jawab ibu penjual tiket.

"Ini bu" Abi menyodorkan lima lembar uang lima puluh ribuan.

"Makasih bu" kata Abi sambil menganggukan kepalanya.

"Nih buat nanti jam 5 sore ada" Abi menunjukkan tiket yang ada di tangannya kepada Tarissa.

"Ya udah yok kita pulang siap-siap" Ajak Tarissa

"Yok" Abi menuju motornya dan menyalakannya.

Abi mengantarkan Tarissa pulang, sebelum ia pulang ke rumahnya.

"Ibu aku dapet tiket buat jam 5 sore nanti" kata Tarissa dengan senyum lebar.

"Oh syukur deh" Ibunya terlihat lega.

"Ya udah bu aku mau ngecek lagi barang-barangku ya" kata Tarissa kepada ibunya.

"Iya sana" jawab ibunya.

"Oh ya tunggu bentar" sambung ibunya.

"Ada apa bu" tanya Tarissa.

"Takut nanti ibu lupa, ibu juga udah siapin bekal makanan ada ayam goreng, orek tempe, sama kering kentang kan lumayan awet buat makan beberapa hari disana" jawab ibunya.

"Oke siap makasih ibuku sayang" Tarissa tersenyum dan memeluk ibunya.

"Iya sama-sama" Ibunya tampak memeluk erat Tarissa.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.15, Tarissa tampak sedang menarik koper keluar rumah dan ibunya membatu membawa tas ransel dan tas jinjing berisi makanan.

"Cek lagi ya barangnya sebelum dimasukkin bagasi, siapa tau masih ada yang ketinggalan" ujar ibunya.

"Aman kok bu, udah Tarissa cek" jawab Tarissa.

"Oke deh" Ibunya mengangguk-ngangguk.

"Oh iya Abi jadi ikut mobil kita?" tanya ibunya.

"Kayaknya sih jadi bu" jawab Tarissa sambil memasukkan barang ke dalam bagasi mobilnya.

"Nah itu dia si Abi" Tarissa menengok ke arah jalan.

Abi datang bersama ayahnya, mereka tampak repot membawa koper yang cukup besar dengan naik motor.

"Lho Aryo mau ikut anter Abi juga" tanya Etik pada Aryo ayahnya Abi, sekaligus adiknya.

"Nggak lah mba, aku anter sampe rumah mba aja" jawab Aryo.

"Yo melu lah Aryo sekalian, nganterin sampe agen bus nya. Lumayan nanti buat angkat-angkat koper kan kasian anak-anak" bujuk Etik.

"Ah aku males ah mba" tolak Aryo.

"Tenanan koe yo, ra sayang anak" kata Etik sambil menatap tajam adiknya itu.

"Guyon mba, aku pasti ikut lah" Aryo tertawa.

"Sekalian kamu yang nyupir ya" pinta Etik.

"Siap mba" jawan Aryo.

"Ah kita sudah sampai di Agen bus" kata Aryo dengan logat medoknya

Semuanya turun dari mobil, dan mengeluarkan koper, tas, dan barang-baramg lain dari bagasi.

"Abi Budhe titip Tarissa, jaga baik-baik ya saudara sepupumu ini" kata Etik serius.

"Iya Budhe, siap" kata Abi sambil memberikan sikap hormat.

"Apa sih bu, kaya pertama kalinya Tarissa pergi. Inget bu Tarissa bukan mahasiswa baru, Tarissa udah bolak balik Jogja Jakarta" ujar Tarissa.

"Lho ya nggak papa kan, emang ibu salah ngomong gitu?" Etik menatap wajah anaknya itu.

"Ya nggak salah sih" jawab Tarissa.

"Ya udah ibu bener, ya kan Abi Budhe bener" kata Etik sambil merangkul Abi ponakannya itu.

"Iya bener Budhe" jawab Abi.

"Ah salah" ledek Aryo

"Ya kan salah paman" Tarissa tersenyum kearah pamannya

"Iya salah" pamannya pun ikut tersenyum.

"Kayanya kita ketuker anak ya Yo" seloroh Etik.

"Enggak lah Bu, emang Tarissa mirip paman Aryo" tanya Tarissa sambil tersenyum.

"Mirip" Etik mengangguk-ngangguk.

"Ya udah aku anak paman Aryo" Tarissa memeluk pamannya.

"Ya udah Abi sini" Etik memeluk Abi

Mereka semua tertawa, mereka menunggu bus datang sembari bercanda. Sekitar setengah jam kemudian bus yang mereka akan tumpangi datang, kernet bus pun turun untuk membantu memasukkan barang bawaan para penumpang ke dalam bagasi.

"Ibu, paman. Tarissa berangkat ya" Tarissa salim dengan keduanya.

"Bapak, Budhe. Abi berangkat" Abi juga salim dengan keduanya.

"Iya hati-hati" Etik memeluk keduanya

"Hati-hati" Aryo pun gantian memeluk keduanya.

Tarissa dan Abi kemudian masuk ke dalam bus dan mencari nomor tempat duduk mereka.

"Nggak kerasa ya liburan dua bulan kaya liburan dua hari" celetuk Tarissa.

"Iya bener, aku belum puas tidur dirumah" jawab Aryo polos.

"Halah dasar Abi, gaweanmu tura turu tok. Nang kos nanti yo turu toh" ujar Tarissa dengan wajah mengejek.

"Ya iya sih hahaha" Abi tertawa.

"Raimu pancen rai bantal" Tarissa tersenyum.

"Yo wes aku tek turu, ngantuk" kata Abi sabil memejamkam matanya.

"Bener-bener tukang turu" Tarissa menggeleng-nggelengkan kepalanya.

Tarissa kemudian mengambil earphone dari dalam tasnya, kemudian dia membuka ponselnya dan menonton youtube. Namun setelah setengah jam lebih melihat youtube Tarissa mengantuk, dan ikut tertidur. Mereka menghabiskan semalaman di dalam bis, namun sesekali bis berhenti di rest area.

"Mas, mba udah sampe di Jakarta" Kernet bus membangunkan Abi dan Tarissa

Abi terkejut, "Oh iya Pak, makasih udah dibangunin"

"Tar..Tarissa bangun udah sampe" Abi membangunkan Tarissa.

"Masa sih cepet banget perasaan" Tarissa membuka matanya.

“Ini udah lebih dari sepuluh jam sih kita di bis, cepet katamu?” Abi tertawa

"Lagian kamu pules banget tidurnya habis makan, makanya gak kerasa" sambung Abi.

"Emang kamu kerasa?" tanya Tarissa.

"Nggak juga" Abi tertawa

"Ya udah yok turun" ajak Abi.

Abi keluar duluan karena ia yang duduk di sebelah jalan.

"Pak minta tolong barang saya ada di bagasi"

Pinta Abi ke kernet bus.

"Itu udah saya keluarin semua, saya taruh depan bus" Kernet bus menunjuk kearah tumpukan tas

"Oh iya pak makasih ya" kata Tarissa pada kernet bus.

"Iya sama-sama" jawab si kernet bus.

Abi dan Teressa mengambil barang mereka masing-masing. Teressa kemudian mengambil ponsel untuk memesan taksi online.

"Atas nama Tarissa" tanya seorang laki-laki dari balik kaca mobil.

"Iya pak" jawab Tarissa.

"Bentar ya mba, saya buka bagasi" kata seorang laki-laki, yang tidak lain adalah supir taksi online yang Tarissa pesan.

"Oh iya pak" jawan Tarissa.

"Abi tolong sekalian koper aku ya masukkin, aku bawa ransel" pinta Tarissa.

"Oke" jawab Abi.

"Biar saya bantu mas, mba" kata si supir taksi sambil meraih tas yang ada di tangan Tarissa.

"Oh makasih Pak" kata Tarissa.

Selang kima belas menit menit akhirnya mereka sampai di titik tujuan.

"Di sini mba?" tanya si supir taksi.

"Iya pak" jawan Tarissa.

Mereka berdua kemudian turun, dan menurunkan barang dari bagasi dibantu oleh supir taksi online.

"Ini pak uangnya" Tarissa menyodorkan uang lima puluh ribuan.

"Oh iya mba, ini kembali lima ribu ya mba" supir taksi itu menyodorkan uang lima ribuan.

"Nggak usah pak, buat bapak. Kan tadi bapak juga bantu kita angkat barang-barang ini" kata Tarissa.

"Beneran ini mba?" tanya si supir.

"Iya pak masa saya bohong" jawab Tarissa.

"Makasih ya mba mas, semangat kuliahnya" kata si supir memberi semangat.

"Iya pak sama-sama" jawab Tarissa.

"Semangat juga pak kerjanya" sahut Abi

"Siap mas" jawab si supir.

Mereka berdua menuju kos masing-masing. Jarak kos mereka tidak terlalu jauh dari titik pemberhentian taksi hanya tinggal masuk gang sekitar 100 meter, kos mereka juga hanya berbeda gang.

Sesampainya di kos, Tarissa langsung menuju kamar temannya

"Hallo Diandra" Sapa Tarissa menggebu-gebu

"Tarissa, akhirnya ya kita ketemu lagi" Diandra tak kalah menggebu-gebu

"Gimana liburan kamu di rumah?" tanya Tarissa

"Ya gitulah biasa aja, soalnya kan nggak ada kamu" jawab Diandra

"Ah masa sih" goda Tarissa

"Kalo kamu gimana?" tanya balik Diandra.

"Lebih banyak bosen sih karena jarang ada temen seumuran disana" jawab Tarissa.

"Iya sih sama aku juga" Diandra membenarkan kata-kata Tarissa.

"Oh iya Nada mana, apa belum kesini?" tanya Tarissa.

"Nada nggak akan kesini" jawab Diandra.

"Lah dia nggak kuliah apa?" Tarissa heran.

"Ya kuliah?" jawan Diandra.

"Lah masa nggak kesini" Tarissa semakin bingung.

Diandra kemudian menjelaskan kepada Tarissa, "ya ke Jakarta, tapi nggak ke kos ini. Dia pindah ke kos gang sebelah deket kos Abi"

"Lho kenapa pindah?" tanya Tarissa lagi.

"Nggak tau, katanya sih kos ini kan berhantu" jawab Diandra.

"Halah semua tempat ya pasti ada hantunya" ujar Tarissa.

"Ya udah sana beres-beres" kata Diandra.

"Oke, aku ke kamarku dulu" Tarissa pergi ke kamarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!