Alpha Female
"Gunakanlah mulut, kaki dan tanganmu, dengan sebaik mungkin. Seseorang dapat berubah dalam hitungan detik, karena kata-kata yang keluar dari mulutmu dan gerakan kaki serta tangan yang kau layangkan."
Welcome to Alpha Female ...
...××××××××××××××××××××××××××××××××××××××...
Rintih seorang gadis, terdengar begitu menyakitkan. Terlihat tiga orang gadis tengah membully seorang Siswi yang tak lain adalah Aizha Deana. Gadis yang malang itu, dijambak oleh salah seorang Siswi dan dimasukkan kepalanya ke dalam bak air.
Aizha berusaha, untuk mengeluarkan kepalanya dari bak air. Namun, saat dirinya mulai lemas. Siswi yang menjambak Aizha, langsung menarik rambutnya kuat-kuat dari bak air tersebut. Aizha hanya merintih kecil, tak sanggup berkata-kata.
Siswi yang mengenakan bando datang dan mengambil alih Aizha, dari tangan Temannya. Dia menarik kerah baju Aizha dan membenturkannya ke dinding, hingga jatuh terduduk. Tawa kebahagian pun terdengar, hingga memenuhi ruangan.
Siswi yang belum sama sekali menjaili Aizha, merasa tidak puas. Dia pun keluar dari kamar mandi, mengambil sebuah ember yang penuh, dengan air kotor dan memiliki bau menyengat. Kedua Siswi yang lain, langsung menutup hidung mereka, karena tak sanggup mencium bau busuk itu.
Aizha yang sedikit lemas dan pusing, tak dapat bergerak banyak. Dia hanya menyeret tubuhnya sendiri, seperti Suster Nyesot. Siswi yang sedang memegangi ember, tersenyum smrik dan langsung menyiramkannya ke arah Aizha.
"Iyuhhh!"
"Huwek!"
Aizha menangis seorang diri, melihat kondisinya saat ini. Ketiga Siswi itu, hanya mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan kata-kata menghina. Mereka pergi, tanpa rasa bersalah sedikit pun. Aizha pun, hanya bisa merutuki nasibnya yang sangat apes dan menyedihkan ini.
...<\=>...
Kini Aizha telah berganti pakaian, dengan baju olahraganya. Dia juga telah membersihkan diri, tanpa sabun mandi. Wajahnya nampak sedikit kusut, dengan rambut yang berantakan. Langkah kakinya juga sedikit pincang, akibat aksi bullying yang dia terima tadi pagi.
Diam-diam, tiap Murid yang dilalui oleh Aizha. Terlihat memasang ekspresi tersenyum, tertawa dan ada juga yang menggosip. Hal ini, merupakan asupan sehari-hari Aizha di Sekolah. Dia hanya perlu diam dan bersikap, bodo amat. Lagi pula, telinganya sudah kebal, dengan kata-kata seperti itu.
Aizha pun duduk di salah satu bangku panjang, setibanya di kantin. Dia nampak menunggu seseorang, dengan senyum bahagia. Sembari menunggu, dia melihat foto-fotonya, dengan sang Pacar di handphone. Namun, senyumnya pudar. Saat mendengar keributan di luar dan menyebutkan nama Kekasihnya.
Aizha pun pergi dari kantin, mengikuti beberapa Murid, yang berlari menuju halaman Sekolah. Kerumunan para Murid, nampak memenuhi halaman. Aizha yang berada di paling belakang, merasa gelisah. Dia terus menerobos kerumanan itu, meskipun tubuhnya terasa sakit, karena senggolan Murid lain. Beberapa juga menatap sinis Aizha dan menutup hidung mereka.
"Bianka, lo mau kan, jadi Pacar gue?" tanya Jeno, sembari memberikan balon bunga pada Siswi cantik, di depannya.
Siswi cantik, dengan body modelnya, tersenyum. Dia melirik ke arah para Murid, yang melingkari mereka berdua. Dia pun kembali melihat, ke arah Jeno dan bertanya, "Aizha gimana dong? Gue nggak enak sama dia."
Jeno memasang wajah murung dan sedih. "Nggak usah kamu pikirin, Bianka! Hubungan kami tuh palsu, cuman sekedar main-main aja. Anak-anak di sekolah ini, juga pada tau kok. Aku ditantang sama mereka, buat ngajakin tuh gadis dekil pacaran, sampek satu bulan. Awalnya, aku mau nol---" penjelasannya belum selesai. Namun, Bianka telah mendahului, dengan sebuah pertanyaan.
"Kayaknya lebih dari satu bulan deh. Itu artinya, kamu sama dia udah beneran pacaran dong. Aku nggak mau ah, ambil bekasnya tuh cewek jelek."
Jeno terkejut dan berusaha, untuk menjelaskan kembali, "Ayolah Bin, jangan beri cap aku seperti itu. Aku udah minta putus berulang kali. Tapi, dia nya aja yang nolak dan terus nempel. Aku juga, nggak menaruh perasaan sedikitpun ke cewek dekil, jelek, goblok kek dia."
Bianka tak percaya dan memalingkan wajah. Jeno pun meminta dukungan Anak-anak lain, untuk membujuk Bianka, supaya menerima pernyataan cintanya. Terlihat di balik kisruhnya para Murid, yang sedang membujuk Bianka. Nampak, Aizha yang menahan sesak dan tangisnya, seorang diri.
Bianka mulai sedikit menurunkan egonya. Dia mulai luluh, karena para Murid, berusaha untuk merayunya. "Jeno!"
"Hmm?"
"Kamu yakin kan, nggak ada perasaan sedikitpun sama Aizha?"
"Sama sekali enggak! Mata dan hatiku, hanya tertuju ke kamu seorang. Semua perhatian, uang dan kasih sayangku, cuman milik kamu, Bin!"
Para Murid langsung bersorak heboh, mendengar kalimat lebay Jeno. Bianka, nampak tersenyum malu. Sedangkan Aizha, terlihat hancur dan sedih.
"Gimana? Kamu masih mau kan sama aku?" tanya Jeno, dengan ekspresi memohon.
Bianka tersenyum malu. "Oke, aku mau!"
Sorakan gembira Anak-anak, mulai terdengar begitu kencang. Ucapan selamat pun dilayangkan oleh para Murid. Aizha tak tahan dan pergi melewati beberapa orang, hingga tiba di barisan paling depan.
"Dasar brengsek!" maki Aizha, cukup kencang.
Jeno dan Bianka, yang sedang berpelukan pun, melepaskannya. Mereka melihat ke arah Aizha. Nampak, Jeno nampak tersenyum smrik dan menekuk tangan ke pinggang samping.
"Aizhaaa, Aizha! Lo tuh goblok apa terlalu polos, hah?!" ujar Jeno dan tersenyum miris. "Sebelum lo marah-marah. Coba lihat ke diri lo sendiri! Lo itu nggak cantik, dekil dan... Benar-benar ngebosenin. Lihat sekali aja, rasanya pingin muntah dan pergi jauh-jauh."
"Apa?!" Aizha tak percaya, dengan apa yang didengar. "Lo pikir! Elo tuh perfek?!"
"Terserah, lo mau mikir gimana. Yang jelas, gue nembak elo waktu itu, karena tantangan dari Anak-anak," sahut Jeno dan meraih tangan Bianka. "Kalau orang pinter, harusnya sadar! Kalau dia itu, lagi dipermainkan. Tapi ya... mau gimana lagi. Gue paham banget, karena elo orangnya kelewat goblok, sampek nggak sadar sama hal-hal yang ada di sekitar lo sendiri." lanjutnya dan pergi bersama Bianka.
Bianka terlihat mengejek Aizha, dengan menjulurkan lidah. Aizha pun menatap nanar kedua orang itu, sembari menangis. Tak lama, para Murid langsung melemparinya, dengan kata-kata yang menyakitkan.
"Ngaca dong, elo itu siapa?!"
"Jeno sama lo itu beda jauh!"
"Mangkanya, banyak makan sayur. Biar otak lo tuh pinter!"
"Dari bayi, cuman dikasih air coberan kalik ya? Bisa dekil, jelek dan bodoh kek gitu?"
"Miris gue, kok ada ya. Orang sepolos ini?"
"Kalau gue sih, udah minggat dari nih sekolah. Mau ditaruh kemana, wajah orang tua gue. Kalau mereka tau, anaknya kek begini di sekolah,"
"Dihhh, orang tuanya aja nggak pernah muncul di sekolah."
"Malu kalik ya, punya anak kek dia?"
Tawa Anak-anak terdengar memenuhi halaman. Satu Murid menertawakan Aizha, tanpa rasa belas kasih. Aizha pun pergi meninggalkan halaman, dengan berlari sangat kencang, sambil menangis.
...<\=>...
Aizha berlari, tanpa henti. Dia tak sadar, jika sudah berada jauh dari sekolah. Langkah kakinya, membawa dia pergi ke area yang sepi dan hanya menampakkan beberapa pohon, rerumputan serta rel kereta. Dia pun berteriak sangat kencang, meluapkan semua emosi di dalam tubuh.
Tangis dan emosi menjadi satu. Dia terus saja, memukuli batu-batu kecil di sekitar sana. Nampak darah dari tanganya mulai keluar dan menetes. Hatinya sangat hancur, hingga membuat dia mati rasa. Luka di tangannya, tidaklah seberapa. Jika dibandingkan, sakitnya penghinaan dan pengkhianatan yang diterima.
Aizha terus saja menangis, tanpa henti. Dia benar-benar terpukul, akan kenyataan pahit ini. Dia merasa, Tuhan sangatlah kejam padanya. Dia bertanya-tanya, dosa besar apa yang telah dilakukan olehnya. Sehingga, dia menerima cobaan seperti ini.
Rasa lelah dan putus asa pun melanda Aizha. Dia berusaha untuk berdiri tegak, menghentikan tangis dan melangkah pergi ke atas rel. Langkanya sangat pelan, penuh dengan keputus asaan. Terdengar dari kejauhan, suara klakson kereta api mulai mendekat.
Aizha tak berpindah dan menetap, di atas rel kereta. Matanya juga mulai terpejam. Kereta api pun mulai mendekat, dengan cepat. Namun, seketika waktu di bumi ini berhenti.
Aizha merasakan hal janggal. Dia pun membuka mata dan terperanjat kaget. Tubuhnya terjatuh, melihat kereta api berhenti tepat di depannya. Tak lama, sebuah layar digital biru juga muncul.
...[Welcom to the Alpha]...
"Apa ini?!" Aizha terlihat bingung dan linglung. Jantungnya juga berdegup, dengan sangat kencang.
...[Sistem Alpha ini, diciptakan untuk mereka yang memiliki kehidupan tidak beruntung]...
...[Aizha Deana, aku berharap kamu mau bergabung menjadi Alpha Female]...
...[Aku akan memberikan beberapa item, untuk membalaskan pengkhianatan dan hinaan yang telah kamu terima]...
Aizha tersenyum remeh. "Kalau gitu, bunuh aku sekarang! Aku udah nggak tahan dan capek juga! Aku pingin mati! Aku nggak mau balas dendam!"
...[Mati bukanlah jawaban yang tepat, atas apa yang kamu terima saat ini]...
...[Bunuh diri adalah kesalahan yang sangat fatal dan tidak dapat dimaafkan]...
...[Kamu orang yang sangat baik. Aku tau itu]...
...[Jadilah Alpha Female, untuk memberi pelajaran pada orang-orang jahat seperti mereka]...
...[Apa kamu tega, menyia-nyiakan kesempatan ini? Dan membiarkan mereka menindas orang lemah lainnya?]...
Aizha tak ingin memperdulikannya. Lagi pula, saat dia ditindas tadi. Tak ada seorang pun yang berempati, untuk menolongnya. Semuanya membully dia, tanpa jeda sedikitpun.
...[Aku tau, apa yang kamu pikirkan Aizha]...
...[Kamu telah salah paham]...
Aizha mengernyitkan kening. "Terserah! Lo minggir deh! Biarin gue mati, pliss! Lo kan yang udah henti waktu ini?"
...[Apa kamu, akan membiarkan Jeno dan Bianka, bermesraan begitu saja?]...
...[Jangan buat keluargamu bersedih, karena kepergianmu. Mereka tidak bersalah. Kenapa kamu harus pergi, dengan cara yang menyedihkan seperti ini? Kamu hanya akan meninggalkan luka dan aib bagi keluargamu saja]...
...[Gunakan aku, untuk memberi pelajaran mereka! Jikapun kamu mati. Matilah, dengan hormat dan meninggalkan kesan baik]...
Aizha terdiam, membaca hologram tersebut. Apa yang dituliskan di sana, ada benarnya juga. Dia tidak bisa mati, dengan sia-sia dan membuat keluarganya malu. Dia haruslah meninggalkan dunia ini, dengan kesan yang baik dan membuat keluarganya bangga.
"Aku nggak akan biarkan, mereka bahagia di atas penderitaanku!"
...[Bagus]...
...[Apa kamu, akan mengaktifkan Alpha Female?]...
"Iya!" sahut Aizha penuh keyakinan dan langsung mengklik tombol *aktifkan*
...[Fitur Alpha Female telah diterapkan oleh Aizha Deana]...
...[Beberapa item yang kamu bisa pakai;]...
Nampak beberapa item yang terpampang dengan jelas di mata Aizha. Senyumnya terukir, begitu jelas. Melihat layar hologram itu.
"Aku akan memberikan mereka semua pelajaran, tunggu saja!"
...××××××××××××××××××××××××××××××××××××××...
"Tetaplah jaga kesehatan kalian dan selalu menjaga diri, untuk tidak melukai hati orang lain. Kamu tidak akan tau, apa yang terjadi padanya, kerena ulahmu itu."
See you ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Ibuk'e Denia
aq mampir thor
2024-01-26
0
Drag
ee cuma sedikit mengatur alur hidup dia gpp,secara perlahan si
2023-08-02
0
Anonymous
hm🥲
2023-07-25
0